All Chapters of Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat: Chapter 71 - Chapter 80
124 Chapters
Patah Hati
“Menikah? Bagaimana mungkin Pram menikah dan aku tidak tahu?” Wajah cantik Marinka sudah merah padam menahan amarah, dengan kedua tangan terkepal seakan hendak memukul wanita muda di hadapannya.“Pak Pram memang tidak mengadakan pesta. Saya juga kurang tahu alasan beliau, Non.”“Lalu, siapa wanita yang Pram nikahi?” tanya Marinka penuh selidik. Bagaimana dia tak marah? Marinka pikir setelah Laila menghilang, Pramoedya akan kembali padanya. Namun, kenyataan justru tidak demikian. Pria itu malah menikah dengan wanita lain yang bahkan tak Marinka kenal.“Istri Pak Pram sangat cantik. Namanya Bu At ….”“Nona Marinka? Apa ada yang bisa saya bantu?” Suara Damar menyela ucapan asisten rumah tangga tadi. Ajudan setia Pramoedya tersebut melangkah gagah ke dekat Marinka. Damar memberi isyarat kepada wanita muda itu, agar meninggalkan ruang tamu. Barulah dia kembali fokus pada Marinka. “Bagaima
Read more
Bermain Ice Skating
Laila membuka mata perlahan, saat mendengar suara aneh di luar. Wanita itu berusaha mengumpulkan kesadaran, yang belum sepenuhnya hadir. Hati-hati, dia menyingkirkan tangan Pramoedya dari perutnya, lalu tersenyum lembut melihat sang suami tidur nyenyak seperti seorang bayi. Laila turun dari ranjang, kemudian berjalan ke dekat pintu balkon. Dia mengembuskan napas lega, saat mengetahui bahwa suara aneh tadi ternyata butiran salju yang menghantam dinding kaca. Rupanya, salju mulai turun deras disertai angin. Beruntung, di dalam kamar sudah dilengkapi dengan perapian modern, sehingga cuaca dingin tidak begitu terasa. "Sedang apa, Sayang? Kenapa sudah bangun pada jam seperti ini?" Tanpa diduga, Pramoedya sudah berdiri di belakang Laila. Hangat napas pria tampan tersebut menyapu tengkuk Laila. Membuat wanita cantik tadi memejamkan mata, saat kedua tangan Pramoedya melingkar erat di perutnya."Aku ingin tahu rasanya bermain salju," ujar Laila polos.Pramoedya langsung terbahak. setelah men
Read more
Gara-gara Teman Lama
Pramoedya yang tengah asyik memperhatikan Laila di arena ice skating, langsung menoleh. Pria itu tersenyum simpul, saat seorang wanita berambut panjang dengan topi rajut abu-abu menghampiri dirinya. “Hai, Pram. Apa kabar? Lama sekali tidak melihatmu di sini,” sapa si wanita hangat. Tanpa diduga, dia langsung memeluk, lalu mencium pipi kanan Pramoedya. Laila yang masih bermain di arena ice skating, seketika terpaku. Bukan cuaca dingin yang membuatnya membeku. Melainkan, adegan tak terduga antara Pramoedya dengan seorang wanita yang tentu saja tidak dirinya kenal. Terlebih, Pramoedya tampak biasa saja. Pria itu bahkan bersikap hangat, kepada si rambut pirang tadi. “Ow,” gumam Lara, yang seakan paham atas makna tatapan Laila terhadap kakaknya. Namun, adik pertama Pramoedya tersebut tak tahu harus menjelaskan bagaimana, karena Lara tak menguasai Bahasa Indonesia. Selain itu, Laila juga tidak terlalu fasih Bahasa Inggris. Alhasil, ko
Read more
Butiran Salju
“Memangnya, kamu mau ke mana?" tanya Pramoedya cukup nyaring, karena Laila berjalan cepat meningglkannya. "Silakan pergi sendiri, dan berharaplah bertemu seseorang yang bisa bicara Bahasa Indonesia,” ujar Pramoedya, karena Laila tak menanggapi pertanyaannya.Namun, setelah mendengar ucapan tadi, seketika Laila tertegun. Apa yang Pramoedya katakan memang benar. Bukan hanya tak tahu rute jalan, dia juga tidak paham sama sekali Bahasa Belanda. Akhirnya, Laila hanya berdiri terpaku. Dia harus mengesampingkan segala kekesalannya terhadap sang suami. Pramoedya tersenyum kalem, seraya berjalan mendekat. Dia berdiri tepat di belakang Laila, hingga tubuh mereka merapat. “Kenapa berhenti?” bisiknya nakal. “Mundur! Jangan dekat-dekat!” sergah Laila. Meski suaranya terdengar pelan, tapi kemarahan masih tersirat jelas dalam nada bicara wanita cantik dua puluh lima tahun tersebut. “Ini bukan Indonesia. Aku bisa menciummu sesukaku di sini. Tak harus sambil bersembunyi,” ujar Pramoedya enteng, mem
Read more
Kembali ke Indonesia
Pramoedya terdiam beberapa saat, sebelum mengalihkan perhatian kepada Laila yang kembali terlelap. Cuaca dingin bersalju, membuat wanita cantik itu malas beranjak dari tempat tidur. Terlebih, karena semalam Laila mengeluh sakit di bagian pinggang. “Sayang.” Pramoedya mengecup pipi sang istri, sambil membelai pucuk kepalanya penuh kasih. Dia menunjukkan perasaan yang begitu tulus terhadap wanita cantik berusia dua puluh lima tahun tersebut. “Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa pinggangmu masih sakit?” tanyanya lembut.Laila menggeliat pelan sambil membuka mata, lalu menoleh perlahan pada pria tampan di belakangnya. “Selamat pagi,” sapa Laila parau. “Aku malas bangun.” Bukannya menjawab pertanyaan sang suami, dia justru berbalik dan langsung memeluk Pramoedya. “Ya, Tuhan. Mulai manja rupanya.” Pramoedya tersenyum lebar, seraya membalas pelukan Laila. Pria tampan bermata hazel itu berkali-kali meng
Read more
Situasi yang Memanas
Widura sontak membelalakkan mata. Dia yang sedang risau karena Pramoedya tak dapat dihubungi, menjadi tambah pusing mendengar jawaban Elang. Selama dirinya bertugas menjaga serta mengelola harta kekayaan milik Reswara, baru kali ini Adnan bertindak di luar batas. “Di mana Pak Adnan sekarang?” tanyanya dengan sorot tajam kepada Elang. “Saya tidak tahu, karena Pak Adnan tadi menghubungi lewat telepon. Beliau meminta saya datang dan berbicara dengan Anda tentang masalah ini,” jawab sang akuntan muda, yang menaruh perhatian lebih kepada Laila tersebut. Widura terpaku beberapa saat, dengan tatapan tajam yang masih terarah kepada pria muda di hadapannya. Dia sadar bahwa Elang tak tahu-menahu tentang pengkhianatan serta segala kejahatan yang Adnan lakukan. “Saya akan bicara terlebih dulu dengan Pak Adnan. Barulah mengambil keputusan,” ucap Widura sesaat kemudian. Nada bicaranya terdengar sangat tegas dan penuh wibawa. 
Read more
Gagal Bercinta
“Anda berdua tidak berhak mengusir saya dari rumah ini!” lawan Widura. Dia tak akan tinggal diam, dengan perlakuan Adnan dan Mayang. “Dulu, saya bekerja kepada Pak Reswara. Saat ini, saya mengabdi pada Nona Laila. Hanya dia yang bisa memecat dan mengusir saya dari rumah ini!” tegas pria paruh baya itu penuh penekanan. “Kamu lihat Laila ada di sini?” tantang Adnan, seraya mengarahkan pandangan ke setiap penjuru ruangan, seakan tengah menyindir dan mengolok-olok ucapan Widura. “Di mana majikanmu sekarang? Jika Laila masih hidup, sudah pasti dia akan langsung kembali ke rumah ini. Namun, lihatlah kenyataannya. Sudah lebih dari satu bulan, keponakanku tak juga pulang.”“Keponakan kita sudah pulang, Pa. Dia kembali ke pangkuan Yang Maha Kuasa. Itulah yang belum orang bodoh ini sadari,” cibir Mayang. K
Read more
Tak Percaya
Pramoedya menoleh sekilas pada Laila, yang baru selesai mengancingkan baju. Embusan napas pelan meluncur, seiring dengan suara beberapa notifikasi yang masuk ke ponsel miliknya. Pramoedya tersenyum dan berusaha terlihat tenang. Dia lalu duduk di sebelah sang istri, yang kembali memasang ekspresi cemberut. Semenjak menikah dengan Pramoedya, Laila memang jadi sedikit manja. Itu semua karena Pramoedya memperlakukannya seperti ratu. Laila yang selama menjalani pernikahan dengan Aries tidak pernah mendapat perlakuan demikian, merasa menemukan kehidupan baru.“Kamu tahu kenapa kita pulang mendadak?” Pramoedya menggenggam ponsel yang sudah dinyalakan. Laila yang tengah cemberut, langsung menoleh. Dia menggeleng pelan. “Informanku mengatakan, bahwa Adnan dan istrinya berniat untuk mengaudit perusahaan pengolahan tuna milikmu. Segala hal yang berkaitan dengan perusahaan itu, akan dialihkan atas namanya.” “Apa?” Laila sontak berdiri. Dia menatap tajam Pramoedya, seakan hendak melayangkan pr
Read more
Drama Penangkapan
Mayang membelalakkan mata, melihat pemandangan yang membuat jantungnya seperti berhenti berdetak. Ibunda Marinka tersebut bergerak mundur. Mayang bahkan sampai tak menyadari, bahwa Adnan sudah berdiri di belakangnya.Adnan pun sama terkejut seperti Mayang. Pria paruh baya itu berdiri terpaku, menatap Laila dan Pramoedya yang sudah berdiri di hadapannya. “Ka-kamu ... ma-masih hid-up?” Dia tergagap. Jika Laila masih hidup, sudah dapat dipastikan bahwa semua rencananya akan gagal total. “Kenapa, Om? Om dan Tante sepertinya tidak senang melihatku ada di sini?” Laila tersenyum sinis, seraya mengarahkan pandangan pada Adnan dan Mayang secara bergantian.Adnan menggeleng kencang, sebagai tanda bantahan atas ucapan Laila. Sedangkan, Mayang hanya terpaku tanpa mengatakan apa pun. “Te-tentu saja tidak. Apa maksudmu? Kami sangat senang melihatmu pulang. Bukankah begitu, Ma?” Adnan melirik Mayang sekilas. Namun, wanita itu tak merespon. Seulas senyuman tersungging di bibir Laila. Wanita cantik
Read more
Penyesalan Tak Berguna
Laila tertegun, lalu menoleh kepada Aries. Dia menatap sang mantan suami, yang sudah berdiri di hadapannya. “Ada apa?” tanya wanita itu terlihat heran. Tanpa memberikan jawaban, Aries langsung menarik tangan Laila agar menjauh dari mobil. Apa yang Aries lakukan, tentu saja membuat Pramoedya tak terima. Dia langsung mencekal pergelangan tangan mantan suami Laila tersebut. Pramoedya mencengkram erat, hingga Aries meringis kecil. “Berani sekali kamu menyentuh istriku!” sergahnya. Tatapan pria tampan berdarah Belanda tadi sangat tajam, seakan hendak menghujam dan menghabisi putra sulung Kartika tanpa ampun.“Sudah! Hentikan!” Laila yang menangkap gelagat tak baik dari kedua pria di dekatnya, langsung memisahkan mereka. “Tolong jangan membuat keributan di sini.” Nada bicara Laila melunak. Pramoedya mengempaskan kasar tangan Aries. Dia tak ingin memedulikan pria itu. Pramoedya membuka pintu mobil, “Masuklah, Sayang. Kita harus segera ke kantor polisi,” ujarnya. Laila tak membantah. Wani
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status