Semua Bab Istri Kembar CEO Posesif: Bab 31 - Bab 40
117 Bab
Takut Jatuh Hati
"Aku tanya sekali lagi," ujar Erland karena melihat Aruna bimbang."Kamu tidak takut bertemu Yuda, jika aku memberi kamu kebebasan?" Mata Aruna menatap suaminya lekat. "Lantas bagaimana denganmu? Apa kamu akan membiarkan aku bertemu dengan Yuda?"Pertanyaan yang sangat bagus bagi Erland, sampai bibir menyeringai. "Tentu saja tidak. Mana mungkin aku biarkan pengganti Irene kabur dari hidupku."Pengganti? Aruna membisu. Entah kenapa, hatinya sedikit kesal mendengar kenyataan bahwa dirinya tidak lebih dari seorang pengganti. "Kalau begitu, aku tidak perlu cemas," sahutnya karena butuh kebebasan."Tapi, apa kamu lupa Aruna. Bahwa aku bukanlah iblis yang terus berada di sekitarmu," singgung Erland."Jika sampai bertemu, bukankah itu sangat merepotkan?" tanya Erland.Aruna tahu, pria ini hanya berniat menyurutkan semangatnya untuk menjalani kehidupan seperti manusia lainnya. Keluar rumah ketika ada keperluan."Sekarang identitasku adalah Irene, dia tidak akan berani macam-macam," ujarnya
Baca selengkapnya
Seolah Miliknya Sendiri
"Aku berada di sisimu, karena kamu menikahi aku secara paksa. Dan aku tetap di sisimu untuk bersembunyi," ujar Aruna.Lantas, Aruna menegaskan. "Jadi, aku bukan pengganti. Ingat itu."Erland menyeringai mendengarkan ucapan dari Aruna. Memang, tak ada manusia satu pun yang ingin dijadikan pengganti. Termasuk Aruna sendiri."Jalan," perintah Aruna dengan lirikan mata, ketika lampu lalu lintas telah hijau kembali.Erland menatap ke depan dengan ekspresi datar. Mengemudi bersama pengendara lain kembali. Aruna kerap melirik ke arah Erland yang hanya diam saja."Jadi, aku hanya harus berpura tetap jadi Irene saja kan?""Kamu akan bekerja sama saat aku bertemu dengan Yuda, iya kan?" tanya Aruna lagi karena Erland tak menyahut.Begitu mendengar ucapannya. Erland menoleh dengan mata menatap marah. Membuat Aruna segera melirik ke depan dengan jemari mencengkram bajunya."Kamu masih ada rencana untuk bertemu dengannya?" tegur Erland.Aruna langsung menghela napas. "Aku bicara kalau bertemu.""Ka
Baca selengkapnya
Tergoda Pada Daging Terbungkus
Mata Erland menjadi serius. "Aruna."Kecurigaan dia terhadap Aruna begitu besar. Wanita itu pernah tertangkap memasuki ruang penyimpanan ini. Erland mulai keluar ruangan dan berjalan cepat ke arah kamar yang dihuni Aruna.Erland berniat menegur sekaligus bertanya, perihal catatan itu. Tapi, semua kata yang telah dirangkai dalam hati, seketika hilang sudah. Begitu menemukan Aruna berdiri di depan kamar dengan dress seksi."Apa yang kamu kenakan?"Aruna menoleh, dapat Erland lihat belahan dada yang hampir terekspos itu. Juga paha yang keluar dari dress dengan bagian bawah terbelah begitu panjang. Erland hampir saja tergoda pada daging yang masih terbungkus itu."Gaun malam. Bukankah kamu mengajak makan malam? Aku mendengarnya dari pembantu."Erland mendengkus. Meski hanya wajah saja yang mirip, tapi sifat sangat berbeda dengan Irene. Tetap saja, Erland tak rela Aruna dilihat oleh banyak pria dengan pandangan minat."Ganti pakaian."Aruna yang bergeming di tempat, dengan tangan memegang
Baca selengkapnya
Berani, Maka Tidak Ditindas
Sementara Erland melirik ponsel yang bergetar. Dia mendapat pesan dari satpam di depan rumah yang mengenai sosok Yuda. Terburu Erland berdiri dari kursi dan menatap sebuah mobil yang mulai meninggalkan kediaman."Hebat sekali kamu, Aruna."Mata Aruna terangkat dan menatap Erland yang masih menunjukkan punggung. Aruna sedikit tak mengerti dengan maksud dari Erland. Lagi pula, entah itu bentuk pujian atau sindiran, Aruna sendiri belum tahu."Kamu seperti parfum yang wangi menggoda, hingga mendatangkan pria lain ke rumah," sindir Erland.Aruna mulai mengerti siapa yang datang. Jadi, dengan tubuh yang bangkit sembarangan, membuat kaki kursi bersentuhan kasar dengan lantai dan menciptakan suara berisik. Erland melirik dingin ke arah Aruna yang sudah berdiri di sebelah."Senang? Dijenguk oleh suami pertamamu itu."Atas sindiran yang ditemani amarah ini. Kepala Aruna menoleh dengan cepat, lantas berdecak kesal."Aku bukannya senang, aku hanya memastikan apakah dia sungguh datang ke sini," ke
Baca selengkapnya
Jangan Tinggalkan Trauma Padaku
Aruna menunjuk wajah Yuda dengan jarinya. "Aku mengenalnya, kamu bisa melepaskan dia."Mata Aruna menatap ke arah Ajun yang masih tak mau berpindah dari tubuh Yuda. Melihat Aruna yang menyipitkan mata, namun tetap tak membuat Ajun menurut."Apa kamu belum pernah digantung di depan balkon?" sindir Aruna."Maaf Nyonya Irene."Ajun mulai bangkit dan melepaskan Yuda yang duduk di lantai dengan meringis. Aruna menatap Yuda amat lekat. Ia ingin menghindar, namun pria ini telah tahu keberadaannya. Aruna hanya bisa menghadapi Yuda dengan tetap berpura sebagai Irene."Apa kamu baik-baik saja?"Atensi Yuda teralihkan pada Aruna yang bertanya dengan ramah. Mata bertatapan cukup lama, namun Aruna langsung menatap ke arah Ajun."Masih tidak meminta maaf," tegurnya.Ajun langsung menunduk. "Maafkan saya Pak, saya tidak tahu kalau Anda kenalan Nyonya Irene.""Dia bukan Irene," sahut Yuda begitu cepat.Aruna tersenyum. "Kalau bukan Irene, lantas aku siapa? Kamu seenaknya mengubah nama orang."Lantas,
Baca selengkapnya
Irene Yang Berbeda
Tangan Erland sejenak berhenti meraba. Mata saling pandang dengan Aruna, lantas Erland mengulas senyum dan kembali melanjutkan kegiatan meraba. Jemari merasakan kenyalnya dada sang istri."Dengan lembut? Itu maksudmu. Baiklah, selama kamu juga tidak menolak.""Memangnya kapan aku menolak?" tanya Aruna membuat Erland menyeringai."Benar. Istriku yang satu ini, mana mungkin menolak kenikmatan."Erland mencium bibirnya jauh lebih lembut dan Aruna pun membalas tanpa menggigit sama sekali. Aruna biarkan tangan Erland yang melepaskan bajunya. "Apa kamu juga seperti ini pada Yuda?" bisik Erland sembari menggigit kecil lehernya."Sebagai istri, sebelum suami minta pun akan diberikan," sahutnya.Erland tersenyum sinis. "Omong kosong, itu hanya karena kamu yang mesum, bukan sebagai kewajiban."Aruna memukul membuat Erland sedikit kesal. Hingga meraih tangannya dan digenggam, meski tak kasar. "Aku paling benci dengan pukulanmu, Aruna.""Kenapa? Belum pernah ada wanita yang memukulmu?" tanya Ar
Baca selengkapnya
Yang Dihindari Justru Bertemu
"Selamat pagi Mama," sapa Aruna dengan wajah yang canggung.Erland kembali menarik tubuhnya. "Apa yang sedang kamu lakukan?""Aku hanya menyapa," sahutnya membuat Nina menatap takjub."Apa kalian sudah sarapan? Mama membawakan beberapa buah."Mata Aruna pun menatap melalui jendela. Sopir yang dibawa oleh Nina, mulai mengeluarkan buah dari bagasi dan berjalan mendekat. Hanya dengan lirikan dari Erland, pembantu berjalan terburu untuk mengunci pintu rumah. Memberi batas bagi sopir untuk masuk ke rumah. "Erland!" sebut Nina sedikit kesal secara terang-terangan."Padahal mama hanya ingin memberikan buah, kamu tetap tidak menerima?" protes Nina.Erland kembali menyembunyikan Irene. "Anda pikir kami kekurangan? Hanya buah saja, aku bisa membelinya sendiri.""Jadi tidak usah repot-repot dan silakan kembali."Erland membawa Aruna berjalan pergi ke dalam rumah. Nina mengepalkan tangan, melihat Aruna yang hanya diam dan mengikuti Erland, sama seperti dulu."Apa kamu masih membenci mama karena
Baca selengkapnya
Kehilangan Yang Mendadak
Tapi, Erland jauh lebih kaget saat sang ayah mertua malah menemukan mereka. Erland berharap pintu lift segera tertutup. Sayangnya, Aruna malah meletakkan kakinya di tengah pintu lift hingga tak jadi tertutup.Erland langsung menemukan penyebabnya dan mendelik marah. "Apa yang sedang kamu lakukan?""Aku ingin bertemu dengan ayahku, tidak boleh?"Erland kesal dan terpaksa membawa Aruna keluar dari lift. Karena sudah ketahuan juga. Mata ayah Irene menatap lekat wajah Aruna yang benar-benar mirip."Irene--"Pria setengah baya itu berhenti bicara sendiri dengan mata mulai memandang sendu ke arah Erland. Ada rasa heran juga di sana, membuat dia menghela napas."Sayang, kamu ikut dengan Daffa ke ruang kerjaku dulu," pinta Erland tanpa memanggil Irene mau pun Aruna.Meski mata Aruna masih menatap penasaran ke arah ayah Irene. Pria yang tampan meski sudah termakan usia. Daffa menunjuk jalan ke arahnya, membuat Aruna terpaksa memutus pandangan dan berjalan mengikut
Baca selengkapnya
Menghina Yuda
Erland dengan hati-hati meletakkan tangan pada paha Aruna. Selagi mata dia memperhatikan ekspresi Aruna yang baru saja menyeringai."Kamu bilang kegiatan ranjang itu sebuah pekerjaan yang kamu gaji?" "Bukankah begitu?" tanya Erland dengan bibir sudah mengecup lehernya.Aruna langsung mendorong kepala Erland dengan tangan. Mata Erland memandang posisi Aruna yang membelakangi, tapi masih bisa mencapai kepala dia."Sayang," keluh Erland.Aruna langsung diam, merasa kalau Erland sepenuhnya masih menganggap dirinya adalah Irene. Sementara diamnya Aruna, dianggap sambutan bagi Erland. Hingga kembali ingin memberikan kecupan di lehernya.Tapi, Erland menatap heran. Atas Aruna yang baru saja berdiri, menciptakan kekosongan serta kehangatan yang sirna. "Aruna, kenapa?"Kenapa? Aruna sendiri tidak tahu. Ada apa dengannya kali ini. Perasaan tak terima karena Erland selalu terbayang oleh sosok Irene. "Apa aku sungguh akan bekerja di perusahaan ayahnya Irene?" tanya Aruna masih dengan posisi be
Baca selengkapnya
Hubungan Rumit Antara Mereka
"Saya mengira kalau Anda akan menerima tawaran Yuda."Daffa menyinggung begitu mereka tiba di depan mobil. Mata Aruna memandang ke arah Yuda yang baru saja mengendarai mobil, keluar dari area perusahaan milik Erland. Wajah pria itu jelas sangat terluka dan marah oleh ucapan Aruna."Aku tidak sebodoh itu, kembali pada kenangan buruk," sahutnya sembari menurunkan pandangan."Apa Anda tidak memiliki solusi atas permasalahan sendiri?"Aruna mengerutkan dahi mendengarnya. "Solusi dan permasalahan? Kamu bicara perihal apa."Daffa menarik napas. "Memangnya ada hal lain? Selain hubungan rumit di antara Anda, Yuda dan tuan Erland."Mata Aruna menatap Daffa yang terkadang. Terlihat merindukan sosok Irene melalui dirinya, juga begitu ingin menghapus Aruna dari kehidupan Erland. Aruna menyeringai, ia tak bisa menyimpulkan mana sifat Daffa yang asli."Kamu pikir, yang aku hadapi adalah ujian matematika? Cukup bermodal rumus dan kertas coret untuk menyelesaikannya?" sindir Aruna."Yuda tidak sesede
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status