Semua Bab Istri Kembar CEO Posesif: Bab 51 - Bab 60
117 Bab
Kehidupan Di Dalam Rahim
Erland memasuki mobil dengan mata yang muram. Dia sengaja membuka kaca dan tangan menyender di sana. Mata menatap langit yang begitu cerah ditemani matahari.Lantas, mulut merasa telah kehilangan minat untuk merokok. Namun, dia tetap paksa mengisi paru-paru. Hal menyesakkan akan teringat, jika dia melepasnya."Langit yang kita tatap mungkin sama, tapi keberadaan kamu ...."Erland melempar puntung rokok keluar dengan emosi. Lantas, menyenderkan punggung pada kursi dan memejamkan mata. Dia semakin kesal, mengingat jejak terakhir dari Aruna yang terekam CCTV.Aruna yang berlari melewati sebuah toko dengan bertelanjang kaki. Dan keberadaan Aruna terputus di sana, karena tak ada tempat lain yang memiliki CCTV."Aku bahkan bisa menjelajahi samudera untuk menemukanmu, sungguh bulshit! Bahkan di mana kamu berada pun aku tidak tahu!"***Aruna menatap matahari yang sedikit jinak. Lantas, helaan napas terdengar darinya. Hanya ingin kembali pada suami sendiri saja, susahnya seperti minta bintang
Baca selengkapnya
Keputusan Melepaskannya
Pandangan Erland seolah terperangkap pada botol alkohol. Dia kembali menggoyangkannya, lantas berniat menyesap alkohol yang masih tersisa. Namun, semua keinginan itu tak berhasil terwujud. Setelah tangan Daffa memberanikan diri menahan kelakuan Erland."Lepas," pinta Erland pelan."Tidak," tegas Daffa."Tuan harus mencari nyonya."Daffa jelas tak rela melihat Erland menyerah seperti ini. Padahal pria itu sudah membuat keputusan paling sulit, melepas Aruna untuk sang tuan."Apa Tuan ingin nyonya lebih dulu ditemukan oleh Yuda?"Erland menyeringai. "Dia ada dalam genggaman aku, mampukah dia menemukannya?""Lalu bagaimana kalau orang yang ditemui nyonya justru menarik perhatiannya? Kemudian mereka hidup bahagia bersama."Erland menatap Daffa dengan kesal. Padahal dia hanya rehat sejenak, karena sedikit frustrasi kehilangan Aruna dan tak mampu menemukan. Rupanya mencari orang yang hidup lebih sulit ketimbang melupakan orang mati."Cari Aruna," meski kesal tapi Erland bangkit dari duduk d
Baca selengkapnya
Akhirnya Aku Menemukanmu, Sayang
Mentari merangkak malu-malu, mengintip Erland yang tengah memejamkan mata dengan tubuh menyender pada kursi. Sementara tangan dia menggenggam foto Aruna yang tersenyum."Tuan."Ketukan pada pintu, membuat mata Erland terbuka sejenak. Namun, kepanikan melanda. Terburu dia berlari dan membuka pintu."Apakah Aruna kembali?"Mata Erland menatap Sonya dengan pandangan penuh harapan. Namun, kepala pengurus ini membisu dengan tatapan sendu."Saya ingin mengingatkan Anda untuk makan, ini sudah saatnya sarapan."Mendengar hal yang sangat tidak menarik baginya. Erland mendengkus dan menutup pintu kembali dengan kasar."Jangan ganggu aku, kembalilah bekerja.""Tuan. Tolong isi perut Anda, sejak semalam Anda tidak memakan apa pun," Sonya berusaha membujuk."Nanti saja," sahut Erland lemas."Bunga! Bunga milik nyonya layu."Tapi, begitu mendengar bunga kesukaan Aruna yang dikatakan layu. Dia berbalik dan membuka pintu, bukan hanya itu. Erland juga langsung beranjak keluar dan menuruni anak tangga.
Baca selengkapnya
Kamu Istriku, Jadi Anak Ini Milikku
"Kamu tidak waras ya? Siapa yang miskin!"Mendengar seruan dari Aruna yang tersinggung. Berhasil menciptakan sebuah senyuman di bibir Erland. Dia mendapatkan dunianya kembali."Aku yang miskin," sahut Erland mengalah."Tidak waras," keluh Aruna lebih pelan, namun masih membuat Erland tersenyum.Pandangan Aruna sejenak menatap ke arah anak buah suaminya yang makan. Hatinya terenyuh, kenapa? Pria ini harus mencarinya. Sosok wanita yang hamil anak pria lain. Aruna tak yakin bisa bicara jujur.Kehadiran pria ini di depan matanya. Telah menciptakan sifat serakah dalam diri Aruna. Rasa ingin memiliki yang tak terobati.Jam pulang karyawan telah tiba. Semua pegawai bersiap berganti pakaian dan mengambil tas mereka di loker, termasuk Aruna juga. Membuat Ridwan memanfaatkan kesempatan itu untuk mendekati Erland."Bisa bicara empat mata di luar?"Pandangan Erland terhenti pada ponsel. Lantas tertuju pada Ridwan. Mengingat pria ini bos cafe Sior, telah menerima Aruna bekerja, dia harus bersikap
Baca selengkapnya
Aku Cinta Aruna, Bukan Irene
"Aruna."Tangan Aruna baru saja dicekal oleh Erland. Bahkan dengan hati-hati membantu Aruna kembali duduk di sofa yang rasa batu ini. Aruna menghindari tatapan Erland sekarang."Sepertinya ada kesalahpahaman ya, Aruna," sindir Erland.Aruna terpaksa menoleh ke arah suaminya. Tertawa sejenak, kemudian langsung diam. Kebohongannya terbongkar sudah."Tidak mau cerita?" tagih Erland, jelas memintanya meluruskan masalah."Sebenarnya," jeda Aruna untuk menatap suaminya yang mengangguk."Aku diculik oleh seseorang, aku berhasil kabur dan ditemukan oleh Aryo saat pingsan."Keluarga Yati nampak terheran dengan cerita Aruna. Padahal kan Aryo yang hampir menabrak Aruna. Namun, Aruna yang tahu sifat suami sendiri memilih menyembunyikan fakta itu."Aku hanya kesal karena tidak dicari, maka dari itu aku berbohong dan tidak ingin pulang," lanjutnya.Sementara Erland membisu. Dia mencerna maksud dari ucapan Aruna. Rupanya bukan karena tidak dicari, melainkan ada anak yang tumbuh di rahim. Membuat Aru
Baca selengkapnya
Orang Licik Harus Dikelabui
Malam yang begitu terang dengan disinari bulan purnama. Suara bising penuh tawa dan keceriaan itu menghuni pedesaan Bandung. Semua itu jelas karena makan bersama yang Erland buat."Nah, ini tidak pedas."Erland meletakkan piring berisi daging dan seafood yang telah dipotong di hadapan Aruna. Bibirnya mengulas senyum, lantas menggeser tubuh saat Erland ingin duduk di sisinya."Bagaimana? Enak tidak?"Kepala Aruna mengangguk. "Enak."Jemari Erland merambat dan berakhir di pinggangnya. Mata Aruna melirik apa yang suaminya ini lakukan. "Nanti ada yang lihat," protesnya pelan."Tidak ada. Lagi pula hanya begini saja, tidak ada cium atau bikin anak kan," bisik Erland.Aruna mendadak malu dan melirik waspada pada warga. "Menjauhlah. Kumpul sana dengan para pria."Erland menatap wajahnya yang sedikit bersemu. Meski malam hari, tapi dia bisa melihat cukup jelas. Rasanya Erland tak mampu menahan diri untuk tidak mencium bibir Aruna yang bergerak karena mengunyah."Aku di sini menjaga istri, me
Baca selengkapnya
Itu Menyalahi Aturan
Daffa melongo sejenak, mendengar ucapan dari Erland. Namun, pria tersebut mulai memaklumi. Erland yang licik tentunya bisa melakukan apa saja demi mendapatkan Aruna."Bagaimana bisa Anda mengelabui Yuda begitu mudah, Tuan? Yuda tentunya tahu kalau itu tepung."Erland menyeringai. Sembari berjalan beriringan dengan Daffa, mata dia menatap sang sekretaris yang tak mampu memecahkan rencana penipuan dari Erland."Bukankah kamu sangat tidak tahan dengan aroma lembab dan jamur itu?""Benar Tuan."Lantas, Daffa memikirkan Yuda yang berbulan-bulan dikurung di sana. Hanya mendapat secuil mentari dari cela langit-langit rumah. Yuda pasti muak berada di sana.Mata Erland menjadi serius. "Jika kamu mendapat tepung di tempat itu, apa kamu akan tahu dengan hanya mencium aromanya?"Daffa mulai mengerti, Erland menghela napas melihat reaksi sang sekretaris. Yuda baru tahu saat lidah merasakan bubuk itu adalah tepung, bukan obat terlarang."Jadi, Anda berniat menceraikan nyonya dengan Yuda?"Erland te
Baca selengkapnya
Bikin Mall Pun Boleh
Erland yang semula berniat menaiki tubuh Aruna. Berakhir dengan helaan napas panjang dan hanya bisa berdiam di posisi terlentang. Bahkan Erland menutupi dahi dengan tangan."Kamu sungguh ingin?" tanya Aruna pelan."Masih perlu ditanyakan?"Mata Aruna merangkak ke bawah. Lantas bibir tersenyum karena menyaksikan sesuatu yang sedikit bangkit di bawah sana. Aruna menyentuh dada suaminya dengan gerakan meraba.Segera Erland turunkan tangan yang menutupi sebagian wajah. Mata melirik ke arah Aruna dengan tertegun."Sayang. Tidak boleh seperti ini."Aruna mendekat dan berbisik di telinga Erland, "boleh kok. Aku kan istrimu, apalagi kamar ini sepertinya cukup untuk meredam suara kita."Begitu mendengar ucapannya. Erland terburu menuruni ranjang, mata Aruna mengawasi suaminya yang mengunci pintu dengan pelan. Kemudian baru mendekati dirinya.Aruna tersenyum dengan tangan sudah mengundang suami. Erland terkekeh melihat dirinya yang juga mau disentuh. "Kamu lagi hamil, mau di atas atau bawah?"
Baca selengkapnya
Mengenalkan Aruna Pada Publik
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh. Dengan Aruna yang kerap merebahkan tubuhnya di mobil, menjadikan Erland sebagai bantal. Akhirnya mereka telah tiba di Jakarta.Tepatnya kediaman milik Erland. Aruna dibuat terpukau oleh ruang tamu di bagian sudutnya. Vas berisi bunga masih ada di sana, bahkan raknya pun terlihat berwarna dan masih baru."Bagaimana bisa bunganya masih ada?" tanyanya dengan takjub.Erland meraih pinggangnya dan tersenyum. "Suamimu menggantinya setiap minggu, bukankah aku harus dapat hadiah?""Apa yang kamu inginkan?" tanya Aruna ikut tersenyum."Bikin anak lebih sering," bisik Erland membuat Aruna malu-malu.Bicara hal yang sedikit tabu di dalam rumah ini, Aruna merasa ada kecanggungan. Apalagi sudah lama tidak tinggal di sini.Aruna melihat Sonya yang berjalan mendekat, tapi bersama puluhan pembantu yang tidak bisa Aruna kenali wajahnya. Hal itu membuat Aruna segera menatap suaminya."Selamat datang, Nyonya Aruna," sebut Sonya yang diikuti semua pembantu.
Baca selengkapnya
Tak Bisa Lepas Dari Bayang Irene
Selama berada di dalam mobil. Erland menatap gedung-gedung perusahaan lain yang terlewati. Dia terdiam dengan banyak pemikiran.Baru kali tersebut, dia merasa tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Padahal biasanya Erland mampu melakukannya tanpa peduli dengan risiko."Aku juga tidak ingin hancur dan membuat Aruna sengsara," gumam Erland sembari menarik napas.Daffa melirik dari spion. Mendapati sang atasan yang terlihat bimbang."Ayah mertua menolak ide Anda, Tuan?" Daffa mulai memberanikan diri bertanya.Tatapan Erland tertuju pada Daffa. "Ya, dia menolak."Padahal pria itu tahu, Erland adalah orang yang tak peduli pendapat orang lain. Tapi, kali ini malah berdiskusi dahulu dengan Faisal, selaku ayah kandung dari Aruna juga Irene.Erland menyeringai. "Mungkin jalan satu-satunya, hanya dengan menyingkirkan penghalangnya maka masalah selesai kan."Mendengar ucapan Erland, Daffa tertegun. "Tuan, tidak akan melakukan hal itu kan?""Entahlah."Mata Erland memandang keluar lagi, kali
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status