All Chapters of Istri Kembar CEO Posesif: Chapter 61 - Chapter 70
117 Chapters
Dapat Teror
Wajah Aruna langsung bersemu karena malu begitu mendengar ucapan suaminya. Mata Aruna melirik sana-sini, rupanya mereka sudah fokus dengan makanan."Bagaimana kalau ada yang dengar?" bisiknya."Tidak ada Sayang."Lantas, Erland menuntun Aruna untuk duduk di kursi yang telah ditata. "Kamu juga harus makan.""Iya."Erland memperhatikan Aruna dengan serius. Sang istri yang pilih-pilih makanan, tidak seperti biasanya. Semakin dilihat, akhirnya Erland bertanya."Sayang, apa ada yang ingin kamu makan?"Pandangan Aruna terangkat. Ini adalah makanan yang biasa dirinya konsumsi. Tapi, Aruna sedikit tidak bisa mencernanya."Aku hanya mual dengan beberapa lauk ini, aku tidak ingin makanan yang lain," bisiknya.Erland memperhatikan lauk yang Aruna pisahkan. Semuanya adalah jenis sayuran dan telur. Tersisa hanya daging dan tempe saja."Mulai sekarang katakan apa saja yang bisa kamu makan ya, yang bikin mual juga dicatat."Aruna langsung tersenyum. "Baiklah."Tanpa mereka berdua sadari, ada mata ya
Read more
Memberi Tahu Yuda Kabar Anaknya
Melihat Erland yang terlihat marah dengan tangan menyobek kertas itu. Aruna mulai mencurigai sesuatu. Kemudian berjalan mendekati suaminya yang terburu mengulas senyum padanya.Aruna semakin yakin, ada yang suaminya sembunyikan."Erland," sebut Aruna."Iya Sayang."Mata Aruna yang tertuju pada tangan menyimpan sobekan kertas. Membuat Erland langsung meraih pinggang Aruna."Bukankah kamu ingin mengantar aku kerja, Sayang? Aku ingin segera berangkat.""Apa yang pria tadi lempar?""Hanya batu," sahut Erland."Ada kertasnya tadi, aku lihat jelas."Tangan Erland yang berisi kertas membuka pintu mobil langsung dicegah oleh Aruna. Erland terburu meraih tangannya."Sayang, jika kamu seperti ini aku akan terlambat," ujar Erland terdengar terburu."Perlihatkan padaku pesan yang pria itu lempar.""Tidak ada, hanya kertas kosong.""Mustahil, cepat berikan padaku," pinta Aruna dengan keras kepala.Erland meraih kedua tangannya. Aruna bisa rasakan sobekan kertas yang menyapa permukaan kulitnya. Nam
Read more
Aku Butuh Suap
Mata Aruna sedikit menatap Mitha dengan tertegun. Bahkan tangan Aruna sekarang mendadak dingin. Namun, Aruna berusaha mengendalikan rasa gugup serta takutnya ini.Dari mana wanita ini tahu? Itulah yang Aruna pikirkan. Namun, bibirnya menyeringai membuat Mitha yang semula merasa di atas angin. Mulai menatap heran ke arah Aruna."Apa yang mau kamu beri tahu? Anakku?"Aruna melipat tangan di dada. "Katakan pada Erland selaku ayahnya, untuk apa kamu libatkan Yuda."Mitha menertawakan keberanian Aruna mengklaim anak yang dikandung milik Erland. "Usia kandunganmu sangat tidak sesuai, Aruna. Kamu mau berpura sampai kapan?"Aruna menyeringai. "Aku hanya diculik, tidak dihamili. Kenapa kamu begitu yakin kalau ini bukan anak Erland?"Mata Mitha menatap Aruna yang tak gentar sama sekali dengan kesal. "Aku pastikan dunia akan tahu, kalau kamu menipu Erland. Lihat bagaimana Erland akan melindungi kamu, saat keluarga besarnya menyerangmu, Irene palsu."Mendengar ancaman itu, Aruna tak merasa takut.
Read more
Mari Saling Menjaga Aruna
Melihat jemari Erland yang berada di atas bibir. Aruna segera menolehkan kepalanya sana-sini. Erland pikir, Aruna bakal menolak karena kesibukan karyawan cafe. Tapi, mata Erland sempat terbelalak kaget karena bibir dikecup oleh Aruna."Sudah disuap," ujar Aruna kembali duduk.Jemari Erland menyentuh permukaan bibir sendiri, lantas tersenyum lebih lebar. Mendadak menciptakan rasa malu dalam diri Aruna. Bukan malu karena berbuat salah, tapi ada getaran yang mengatakan cinta di hatinya."Kamu ke sini untuk menjemput aku kan? Sebentar lagi cafe tutup," singgung Aruna berusaha mencari topik lain."Memang. Tapi, aku ingin berkencan dulu sebelum pulang."Mendengar rencana suaminya. Aruna langsung menatap lembayung sore yang sebentar lagi akan membanggakan diri atas keindahan di langit. "Aku sedang hamil, kamu lupa?""Aku tidak amnesia, Sayang." Jemari Aruna kembali dimainkan, terutama jari manisnya."Ya terus kenapa mengajak pergi saat mau maghrib, bahkan malam hari?"Dahi Aruna sampai men
Read more
Tengah Malam Diusir Mertua
Faisal langsung tertawa, bahkan tangan sampai bertepuk dan menimbulkan bunyi. "Benar sekali, aku punya keturunan dari Irene."Lantas, tawa itu terhenti dan berganti menjadi senyuman penuh kemenangan. "Kemudian, kamu akan memberi ayah cucu lagi kan? Cucu asli dari kalian berdua."Tangan Erland mengepal. "Tentu saja. Cukup sekali saja aku kecolongan, akan aku potong burung yang berani singgah di tubuh Irene.""Tidak. Bahkan sebelum dekat pun, sudah aku singkirkan."Sorot mata Erland begitu serius. Sampai membuat Faisal merasa lucu sendiri. Jika sampai Daffa kembali mendapat keberanian seperti dulu. Sudah pasti Erland akan menghabisi sekretaris dengan tangan sendiri.Namun, pandangan Erland tertuju pada bayangan di bawah pintu yang terlihat. Hal itu mengundang Faisal untuk menatap juga."Sepertinya masih ada satu tikus yang belum Ayah kandang ya?" sindir Erland sembari menyeringai.Helaan napas terdengar dari mulut Faisal, begitu menyadari siapa yang menguping diam-diam itu. Artinya, ora
Read more
Berbagi Aroma Sampah
Sekitar tujuh menit berlalu. Sebuah mobil berwarna putih terparkir di hadapan ruang keamanan. Pria itu nampak menoleh sana-sini dahulu, memastikan tidak ada gedung yang digusur oleh Erland.Kedatangan tamu macam Erland, pria itu antara senang sekaligus takut setengah mati. Begitu memasuki ruang keamanan. Pria itu tertegun karena menemukan Erland duduk dengan tatapan siap membunuh."Berapa waktu yang aku berikan?" tanya Erland dengan sarkas."Maaf Pak, saya harus mengeluarkan mobil dari parkiran dan saya sampai mengebut--""Pikirkan berapa lama istriku ini kedinginan karena menunggu," sindir Erland.Tatapan agen tertuju pada Aruna yang menyenderkan kepala di pundak Erland, Aruna sedang tertidur dengan jas menutupi badan. Mata Erland mulai menyorot benci."Lihat apa! Sialan!" Meski itu berupa makian yang dipenuhi amarah, Erland mengutarakannya dengan suara tertahan.Satu hal yang tak dia inginkan. Aruna bangun dari tidur hanya karena amukan dari suami sendiri."Langsung lanjutkan trans
Read more
Menjual Rumah Penuh Kenangan
Erland yang semula begitu gembira, sekali pun gagal menggauli istri. Tapi, ketika Aruna sibuk memasak di dapur. Erland duduk di atas sofa dengan raut wajah tertekuk, dia marah apalagi mata melirik ke arah Daffa yang membisu.Sembari memasak, Aruna membuatkan minuman untuk Daffa. Kemudian berjalan ke ruang tamu. Mata Erland menatapnya saat melintas, tangan sudah siap meraih secangkir kopi. "Aruna," Erland protes.Sebab, kopi itu mendarat di hadapan Daffa. Sementara tangan Erland hanya meraih angin yang bahkan tak ingin digenggam."Oh, kamu mau kopi juga? Sebentar aku buatkan."Aruna sedikit tidak peka. Padahal suaminya tak pernah minta dibuatkan kopi padanya. Satu hal yang membuat Aruna tak mengerti. Baik Erland mau pun Daffa, tak ada yang membuka percakapan sama sekali.Bahkan, saat Aruna selesai membuat kopi dan mengantarkannya pada Erland. Mereka tetap tak saling bicara.Aruna sampai berdiri dengan tangan memeluk nampan di perutnya. Mata memandang ke arah Daffa yang sibuk memegang
Read more
Memang Perabotan Bikin Kamu Keenakan?
"Anda sudah yakin dengan keputusan ini, Tuan?"Daffa jelas mempertanyakan. Karena rumah yang dihuni Erland penuh kenangan bersama Irene. Meski sebagian hal yang dirasakan adalah lara dan keegoisan. Erland sendiri meletakkan kedua tangan di atas meja dan saling menggenggam. Erland menunjukkan kebimbangan secara terang-terangan."Tetap harus aku jual."Pada akhirnya, Erland memutuskan dengan penuh tekad. Ada hati yang harus dijaga, dan itu bukanlah orang yang telah mati. Melainkan Aruna yang masih hidup dan berstatus istri baginya."Baiklah, saya akan menjual rumah milik Anda." Daffa menuruti permintaan sang atasan.Mata Daffa kembali menatap pada Erland. "Lantas, apa yang akan Anda lakukan, Tuan? Saya bicara soal orang tua Anda."Pandangan Erland mulai terangkat dan memenjarakan sang sekretaris. Daffa bukanlah pria dengan sifat seperti ini. Peduli pada orang lain, terlebih pada wanita."Saya bertanya karena Anda pasti tidak nyaman tinggal di apartemen, di sana sempit--""Aruna sudah b
Read more
Yang Kamu Permasalahkan Nominalnya Kan?
Aruna yang mendengar omong kosong dari suaminya, langsung memukul pelan lengan Erland. Lantas, Aruna mulai berjalan ke arah pintu dari ruangan ini yang rupanya dikunci."Erland, apakah kunci di tanganmu adalah kunci pintu ini juga?" tanya Aruna.Erland mendekatinya. "Cium dulu, baru aku buka."Kepala Aruna langsung menoleh. Memang boleh semesra itu di hadapan tukang yang membongkar perabotan rumah, serta Daffa yang sedang mengatur mereka.Melihat Aruna yang terlihat enggan, membuat Erland semakin mendekat. Tapi, Aruna mendorong pundak suaminya."Kenapa lagi?" tanya Erland terdengar protes, "suami cuma minta cium kok.""Ya cium juga tahu tempat sedikit, pintu kaca ini kan membuat kegiatan kita terlihat jelas dari dalam mau pun luar," singgung Aruna kesal.Erland menatap ke arah tukang yang diam-diam mencuri pandang. Hal itu membuat dia marah dan ingin mencolok mata mereka semua. Namun perilaku yang terang-terangan tentu mengundang Aruna untuk marah."B
Read more
Tubuhmu Bakal Pisah Dari Kepala
"Coba bilang sekali lagi," pinta Erland nampak senang."Aku gunakan uang sisanya buat beli pakaian untukmu! Aku yang memilihnya sendiri!" selagi menjelaskan, Aruna sampai menyeru.Erland semakin senang. Rasa marah dia perlahan menghilang, karena gemas dengan tingkah dari Aruna. Apalagi bag lain yang diletakkan di sofa ruang tamu.Jemari Erland iseng menunjuk. "Lantas, apakah puluhan bag di sana sisa dari membeli lukisan juga?"Mata Aruna melirik ke belakang. Amarahnya juga lenyap sudah, dan digantikan dengan rasa kaget."Biar aku lihat, apakah itu barang-barang yang kamu untukku lagi," goda Erland sembari melangkah ke sana.Sebelum Erland benar-benar pergi. Aruna lebih dahulu meraih tangan suaminya, berjinjit kemudian mendaratkan kecupan di pipi. Erland sampai menoleh dengan wajah memerah.Sementara Sonya hanya bisa menundukkan wajah dengan bibir mengulas senyum. Trik licik dari Aruna benar-benar bagus, menurut Sonya. "Itu hanya pajangan kok, biar aku dan Bu Sonya yang angkat," ujar
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status