All Chapters of Cinta yang Tertukar: Chapter 131 - Chapter 140
379 Chapters
Bab 0131
Kakek Susilo melambaikan tangan padanya.Melanie cepat-cepat mendekat dengan riang."Di bawah tempat tidur, ada pispot yang kupakai tadi malam. Buangkan isinya, lalu bersihkan dan bawa kembali."Pispot?Melanie tertegun sesaat sebelum akhirnya menyadari benda apa itu, lalu dia langsung terlihat seperti ingin muntah.Dia jelas merasa bahwa Kakek sedang menggodanya, jadi dia menampakkan wajah sedih dan tidak senang."Kenapa? Nggak mau?" Kakek tidak terkejut. "Jadi ingat, selama aku hidup, jangan mimpi bisa masuk keluarga Lastana."Melanie meledak-ledak. "Kenapa kamu ingin mempersulit aku? Kenapa kamu nggak minta Rara membersihkan pispot untukmu?"Dia tidak percaya Yara mau melakukan hal rendahan seperti itu.Alhasil, Kakek Susilo tersenyum lembut. "Kamu pikir Rara belum pernah melakukannya?""Saat awal menikah dengan Yudha, dia pertama tinggal di rumah keluarga besar. Dia membantuku membersihkan pispot dan bahkan mencuci seprai kotorku dengan tangannya sendiri.""Di matamu, aku cuma lela
Read more
Bab 0132
"Ya." Ketika Melanie kembali, dia melihat Silvia datang."Kak, aku minta maaf padamu atas anakku Rara." Silvia menyeka air matanya. "Anak itu ... aku terlalu memanjakan dia."Santo sama sekali tidak menyukai Silvia. Ditambah marah pada Yara, dia sangat tidak ingin bertemu Silvia.Dia mengibaskan tangannya dan menyuruhnya pergi. "Sudah, kamu pulang saja. Zaina perlu istirahat sekarang. Kamu nggak perlu datang ke sini lagi.""Ya sudah Kak, kamu jaga kesehatan." Silvia mengerutkan bibirnya."Ayah, aku antarkan Bibi Silvia keluar dulu ya." Melanie ikut pergi mengikuti.Keduanya pergi untuk bicara di koridor."Melly, ibumu masih mungkin bangun lagi?" tanya Silvia ingin bergosip.Melanie mendengus. "Lebih baik mati saja.""Nak, kamu ini." Silvia diam-diam bersukacita dalam hati dan merendahkan suaranya. "Melly, ibu punya kabar baik untukmu. Agnes menghubungiku dan memberi tahu bahwa Yudha akan menceraikan Yara.""Beneran?" Melanie sangat gembira. Agnes tampaknya sudah menerima dia sepenuhnya
Read more
Bab 0133
Setelah Yara menerima pesan itu, dia bergegas ke rumah sakit tanpa menduga akan bertemu Melanie di lantai pertama."Mau apa lagi kamu ke sini?" kata Melanie seolah bersikap sangat hati-hati."Bukan urusanmu." Yara tidak mau memedulikan dia dan berusaha berjalan secepat mungkin.Namun, Melanie penuh kecurigaan dan bersikeras mengikutinya. "Kamu masih ingin ditampar ayahku lagi?"Yara menoleh tajam. "Tenang saja, aku ke sini bukan untuk menjenguk Bibi.""Oh, jadi Kakek Susilo?" Melanie menyeringai mengejek. "Yara, kamu nggak punya malu ya? Keluarga Lastana nggak menerima kedatanganmu, kamu masih nggak tahu malu juga datang ke sini?"Yara berhenti dan berbalik untuk menatapnya, "Melanie, aku datang ke rumah sakit bukan untuk menjenguk Kakek. Gita memanggilku ke sini."Dia benar-benar muak. "Bisakah kamu berhenti mengikutiku?"Gita?Seluruh tubuh Melanie kaku karena waspada dan dia buru-buru berlari menarik Yara."Ibuku sudah bangun.""Benarkah?" Yara tampak terkejut.Melanie mengangguk. "
Read more
Bab 0134
Gita sedang duduk di meja kerjanya, sepertinya sedang menulis sesuatu. Saat Yara masuk, dia hanya mengangkat kepalanya dan melirik sekilas."Ah! Sebenarnya nggak ada apa-apa. Aku barusan mau telepon biar kamu nggak perlu datang.""Hah?" Yara merasa aneh.Gita menunduk dan memaksakan senyuman. "Sebenarnya, darah yang sesuai dengan golongan darah bibimu di bank darah hampir habis. Kalau kamu bisa, aku mau ....""Nggak masalah." Yara segera menarik lengan bajunya. "Ambil sebanyak-banyaknya kalau butuh."Hidung Gita terasa perih. "Oke, langsung ke ruang donor darah saja. Aku masih ada pekerjaan lain, jadi nggak bisa menemanimu ke sana.""Oke." Yara selalu merasa ada yang salah dengan Gita, jadi dia memastikan sebelum pergi, "Gita, kamu baik-baik saja?""Ah?" Gita tertawa datar. "Nggak apa-apa, aku baik-baik saja. Cepat pergi."Setelah Yara menjauh, Gita melihat ke arah sudut lemari dengan pandangan marah.Tak lama kemudian, Melanie keluar dari belakang. Setelah dia berpisah dengan Yara bar
Read more
Bab 0135
Tanto tertawa marah. "Yudha, kamu cemburu?""Jangan asal bicara." Yudha menatap Tanto dingin. "Aku cuma mau mengingatkan, Yara sebentar lagi bukan bagian dari keluarga Lastana. Sebaiknya kamu jaga jarak darinya."Tanto mengangkat sudut kanan bibirnya. "Bukan bagian dari keluarga Lastana. Lebih-lebih lagi, bukan istrimu. Bukan urusanmu dia mau pergi dengan siapa."Setelah sengaja menyulut kemarahan Yudha, dia memasukkan tangan ke dalam sakunya dan bersenandung, berjalan memasuki kamar rumah sakit.Wajah Yudha sangat muram. Dia tadi baru saja tiba saat melihat Tanto dan Yara meninggalkan rumah sakit sambil bergandengan.Dia baru tahu mereka cukup dekat juga, bahkan sampai pergi sarapan bersama.Kobaran api yang dia sendiri tidak mengerti langsung menyala dalam hatinya.Tentu saja dia tidak cemburu. Dia hanya takut mereka akan mengundang gosip jika ada orang lain yang mengetahui interaksi mereka.Yudha percaya bahwa sebagai kepala keluarga, dia berhak menjaga nama baik keluarga Lastana. I
Read more
Bab 0136
"Bukan begitu," sela Melanie. "Dok, di keluarga saya sedang ada masalah. Saya harap ibu saya belum akan bangun untuk saat ini.""Apa?" Faris bahkan lebih terkejut lagi. "Apa maksudnya?""Dok, tolong bantu saya." Melanie menangis pelan. "Saya sedang ada salah paham dengan ibu saya saat ini. Kalau dia bangun, konflik di antara kami hanya akan semakin besar."Dia meraih lengan baju Faris memohon-mohon, "Dok, saya cuma perlu sedikit waktu untuk menemukan bukti. Bisakah Anda membantu saya?"Memanfaatkan situasi ini, dia memasukkan kartu itu ke dalam saku Faris.Faris merasa agak malu, tetapi godaan 2 miliar itu jauh terlalu besar. "Saya cuma perlu memastikan dia nggak bangun, 'kan?"Melanie mengangguk. "Ya, terima kasih, Dokter Faris."Faris mengikuti Melanie menemui Zaina. Ketika dia tiba di bangsal, Gita juga ada di sana."Dok," kata Gita gembira. "Bibi Zaina sudah pulih dengan baik dan menunjukkan tanda-tanda akan bangun.""Benarkah? Coba diperiksa dulu." Faris pura-pura memeriksa Zaina
Read more
Bab 0137
Yara berpikir lama sebelum sampai pada kesimpulan, "Aku nggak bisa menebaknya sama sekali."Dia menjelaskan, "Di keluarga Lastana, Paman selalu dianggap sebagai orang yang paling nggak bisa diandalkan dan nggak punya ambisi. Tapi menurutku selama ini ... dia bukan orang semacam itu."Siska mengangguk sambil berpikir, "Benar juga, memang sulit dimengerti.""Hah?" Yara merasa aneh. Siska harusnya sangat jarang berhubungan dengan Tanto, kenapa dia bisa berkata sulit ditebak?"Maksudku ...." Siska memulai keahlian komentar kasarnya. "Dia jelas-jelas bukan orang baik, tapi dia sempat perhatian padamu. Benar-benar sulit dimengerti."Yara tertawa. "Kalau begitu, mungkinkah aku bisa minta tolong dia memberikan lukisan ini kepada Kakek?""Harusnya sih bisa." Siska mengangguk setuju dan tidak bisa menahan diri mengata-ngatai, "Masih mending daripada diberikan kepada Yudha yang buta itu.""Oke, begitu saja." Yara segera menghubungi Tanto dan mereka berdua membuat janji bertemu.Keesokan harinya,
Read more
Bab 0138
"Gambar pakai tangan kiri?" Safira terkesima. "Rara, kamu terlalu hebat."Yara mendesah pelan. "Kehidupan memaksaku."Candra mendecakkan lidahnya dua kali. "Aku pun nggak mungkin bisa walaupun hidup memaksaku sampai mati."Safira ikut mengangguk. "Aku setuju itu."Yara mengobrol sebentar dengan mereka, lalu pergi ke kantor direktur untuk menemui Ken.Ken masih ingat Yara dari acara tahunan Baruy. "Selamat datang kembali.""Terima kasih." Yara tidak menyangka akan berjalan selancar ini."Bagaimana kalau kamu mulai jadi manajer?" Ken sepertinya sudah menunggu-nunggu hari ini. "Posisi Anita dulu aku serahkan padamu.""Benarkah?" Ini adalah bonus yang tidak terduga. Yara mengucapkan terima kasih berulang kali.Safira dan yang lainnya juga ikut berbahagia untuknya. Yara menjadi bos baru mereka, akhirnya mereka tidak perlu diperintah-perintah Melanie lagi.Malam harinya, mereka memanggil Anita untuk merayakannya bersama.Saat mereka berpisah, Anita memberikan sebuah undangan kepada Yara. "Ak
Read more
Bab 0139
"Nggak peduli siapa yang mengawali di antara mereka, mereka nggak bisa bersama."Yudha mengucapkan kalimat itu, lalu melenggang pergi diliputi amarah.Dia kembali ke vila. Setelah memikirkannya, akhirnya dia tidak bisa menahan diri dan menelepon Yara."Kamu pulang sekarang."Pulang?Yara tidak begitu mengerti maksudnya. "Pulang? Pulang ke mana?""Ke vila!" Rahang Yudha terkatup."Haha ...." Yara tertawa pelan. "Kamu salah, itu bukan rumahku."Yara hampir menutup telepon."Kamu ke sini sekarang juga, tanda tangan perjanjian cerai!" Malam ini juga Yudha harus menemui Yara."Besok saja nggak bisa?" Yara ragu-ragu. "Sekarang sudah larut malam.""Aku mau ke luar kota besok. Kamu ke sini sekarang juga." Lalu Yudha menutup teleponnya."Bajingan! Sok ngatur-ngatur!" Yara mengumpat beberapa kali pada ponselnya. Namun, dia tetap berencana pergi sekalian membawa lukisannya.Karena Tanto tidak mau membantu, dia hanya bisa meminta bantuan Yudha.Satu jam kemudian, Yara tiba di ruang tamu vila."Nyo
Read more
Bab 0140
"Berengsek!" Yara mengambil lukisannya dan berjalan keluar.Dia benar-benar gila ingin meminta bantuan Yudha. Pria berengsek ini hanya akan menginjak-injak harga dirinya.Suara Yudha terdengar dari jauh di belakangnya. "Aku minta sopirku mengantarmu.""Nggak perlu." Yara menolak dengan keras.Namun, sepuluh menit kemudian, dia berakhir duduk di dalam mobil Yudha.Tumpangan gratis, kenapa harus ditolak?Di dalam mobil, mengingat Yudha menuduhnya berhubungan dengan pamannya, Yara begitu marah sampai harus menyeka air matanya.Setelah begitu lama, pria ini masih tidak punya sedikit pun kepercayaan padanya.Busuk!Sepertinya dia harus meluangkan waktu untuk mengirimkan lukisan sendiri kepada Kakek.Pada hari Sabtu, Yara pergi ke pernikahan Anita.Cuacanya sangat bagus. Pesta pernikahan itu tidak mengundang banyak orang. Keseluruhannya sederhana, tetapi disiapkan sepenuh hati dan jiwa. Yara dapat melihat bahwa Jeremy sangat perhatian.Pasangan pengantin baru ini selalu tersenyum tipis dan s
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
38
DMCA.com Protection Status