All Chapters of Cinta yang Tertukar: Chapter 111 - Chapter 120
367 Chapters
Bab 0111
Begitu Agnes pergi, Yudha duduk di sofa."Berhenti pura-pura!" katanya tajam sambil memandang wanita di tempat tidur itu.Yara membalikkan badan dengan canggung, menguap dan berkata, "Aku ngantuk, mau tidur. Kamu cepat tidur juga.""Yara!" Rahang Yudha terkatup rapat. "Kamu bilang apa ke ibu tadi pagi?"Yara diam-diam menarik selimut menutupi kepalanya.Yudha bangkit berdiri, mengambil beberapa langkah mendekat dan mengangkat selimutnya dengan kasar. "Ngaku!"Yara saat ini mengenakan baju tidur, berbaring menyamping. Selimutnya tiba-tiba terangkat, memperlihatkan leher dan sebagian bahunya.Dia cepat-cepat duduk dan merapikan pakaiannya. "Kalau bukan sesuatu menarik minatnya, mana mungkin dia mau mendengarkanku?""Apa yang kamu bilang?" Yudha memaksakan diri untuk tidak menatap dada Yara."Cuma ...." Yara menundukkan kepalanya dan mendesak keluar kata demi kata. "Cuma sesuatu yang membuatnya peduli, tentang ... kita nggak punya anak, itu ... itu karena ... kamu ada masalah di bagian sa
Read more
Bab 0112
Yudha merasa sangat tidak tahan dan ingin pergi ke kamar mandi untuk meredakannya sendiri.Dia berdiri, memandang Yara yang duduk meringkuk, dan memberi tahunya tanpa basa-basi, "Sebagai istri, memangnya sebagai apa lagi?"Dia merasa wanita ini terkadang sulit dinalar.Setelah Yudha pergi, Yara berbaring lagi.Sebenarnya, dia tidak sedang datang bulan. Dia bahkan sudah terlambat seminggu.Namun, masih wajar-wajar saja.Dia kehilangan banyak darah setelah pergelangan tangannya disayat, kemudian dua kali donor darah untuk Zaina. Yara semakin curiga darah di tubuhnya hanya tinggal sedikit.Dia sudah sangat mengantuk dan akhirnya terlelap dalam waktu singkat.Saat Yudha keluar dan melihat ke arah Yara yang sudah tertidur, dia benar-benar tertawa marah.Di vila dulu, mereka kadang-kadang berbagi ranjang yang sama. Saat itu, ketika dia terbangun di tengah malam, dia selalu melihat Yara masih terjaga.Entah itu memandanginya dalam kegelapan, atau memang kesulitan tidur.Sekarang, di rumah kel
Read more
Bab 0113
"Tunggu."Kakek Susilo menghentikan kepergian Yudha."Ajak istrimu beli baju baru hari ini.""Kakek." Yara memandang lelaki tua itu dengan tatapan penuh pinta. "Nggak perlu, aku sudah punya baju, nggak perlu beli baru lagi."Yudha seketika teringat waktu itu di Bar Mistique, saat Yara memakai pakaian yang sangat terbuka.Wajahnya berubah gelap. Dia mengeluarkan sebuah kartu black card dan menyerahkannya kepada Yara. "Aku ada pertemuan penting hari ini. Kamu pergi sama temanmu saja.""Oke." Yara cepat-cepat mengangguk, takut Kakek mengatakan sesuatu lagi.Setelah sarapan, Yara pergi berpamitan kepada Kakek saat hendak keluar."Sana, jalan-jalan sama temanmu. Siangnya cari tempat makan yang enak." Kakek Susilo selalu ingin memanjakan Yara."Ya." Yara sudah sangat lama tidak pergi jalan-jalan bersama Siska.Semua rencana jalan-jalan dengan Siska selalu gagal akhir-akhir ini. Gadis itu rupanya sedang dimabuk kepayang dengan pacarnya sampai lupa dia punya teman."Oh iya, jangan lupa beli pe
Read more
Bab 0114
Tiba-tiba, suara tidak asing terdengar dari belakang mereka."Ngobrol nggak penting tentang apa kalian perempuan?"Saat Yara berbalik, ternyata itu Tanto."Paman, kamu di sini juga?"Mata Tanto menyapu wajah mereka berdua. "Tentu saja, aku juga sedang mencari persiapan untuk pesta besok."Yara mengangguk mengerti. Dia melihat ada seorang gadis di sebelah Tanto. Wajah itu seperti tidak asing, sepertinya seorang artis.Seolah melihat tatapannya, Tanto mengambil inisiatif dan berkata, "Perkenalkan, ini Rita Ramana. Dia yang menemaniku ke pesta besok."Gadis bernama Rita Ramana ini menggelendot di tubuh Tanto seakan tidak punya tulang.Seperti bandul yang tidak bisa lepas."Halo, Kakak-Kakak." Begitu bibirnya terbuka, suara yang keluar sungguh sangat lembut.Yara tertawa datar. Dia sudah tahu sejak lama bahwa Tanto adalah seorang playboy sejati.Dan dia memang benar-benar ahli. Setelah bertahun-tahun lamanya, dia tidak pernah terjerat skandal sekali pun.Setelah meraih tangan Siska, Yara m
Read more
Bab 0115
"Lagian kamu nggak menghabiskan uangmu sendiri untuk membelinya."Tanto dengan santai mengambil sebuah gaun putih dan mencocokkannya di depan Siska."Nona Siska, kamu coba yang ini. Menurutku sangat cocok.""Nggak, aku nggak suka warna putih."Siska berjalan menjauh dan berdiri di belakang Yara, seolah ingin menghindar dari orang asing.Yara tahu alasan sebenarnya bukan karena Siska tidak suka warna putih, tapi dia tidak suka dengan Tanto.Akan tetapi, dia kagum dengan selera Tanto. Baru pertama bertemu, dia bisa memilih pakaian yang sangat cocok untuk Siska. Sungguh menakjubkan.Dia berinisiatif bertanya pada Tanto, "Paman, Rita yang tadi di mana?""Gadis lemah, dikata-katai sedikit saja langsung pergi."Kata-kata Tanto terdengar seperti berusaha menyenangkan Siska.Yara melirik Siska yang masih tanpa ekspresi dengan tatapan dingin.Yara membeli kedua gaun dan meminta Siska memilih untuknya sendiri, tetapi Siska selalu menolak meski telah dibujuk.Tanto masih enggan pergi. "Ya sudah,
Read more
Bab 0116
Setelah Yara kembali, dia pertama-tama menunjukkan barang belanjaannya kepada Kakek Susilo dan secara khusus mengatakan bahwa Tanto membantu memilihkan untuknya.Kakek itu mengangguk-angguk. "Anak itu nggak bisa apa-apa, tapi dia pintar milih barang-barang seperti ini. Karena dia yang pilih, kamu nggak usah khawatir."Yara kembali ke kamarnya, mengemasi barang-barangnya, lalu mengirim pesan kepada Siska."Siska, terima kasih sudah menemaniku hari ini. Kapan-kapan aku traktir kamu makan ya, kalau ada kesempatan."Namun, setelah dia selesai mandi, Siska masih belum membalasnya.Yara berpikir sejenak dan menelepon.Saat ini, di rumah kontrakan Siska, tubuhnya dikekang Tanto, dipaksa bercumbu.Pria itu menggunakan seluruh kekuatannya seperti sedang balas dendam, tidak memberi kesempatan baginya untuk melawan.Saat mendengar telepon berdering, Siska tersadar dan berkata dengan suara serak, "Ada telepon.""Kamu sudah seperti ini, masih mau jawab telepon?"Tanto jelas tidak senang, kembali me
Read more
Bab 0117
Jamuan makan malam amal keluarga Lastana selalu menjadi sorotan di kalangan orang-orang kaya Kota Selayu. Setiap tahunnya bisa mengumpulkan donasi hingga ratusan miliar.Tema jamuan makan malam tahun ini adalah "Suara Bunga Mekar". Penggalangan dananya akan digunakan untuk membangun sekolah dan membeli buku untuk anak-anak perempuan di daerah tertinggal.Agar setiap anak perempuan menerima program wajib belajar, mengikuti suara hati, dan mengejar cahaya dalam hati mereka.Jamuan makan malam diadakan di lantai atas Hotel Royal, dihadiri kalangan sosial orang-orang kaya dan berkuasa di sana.Kakek Susilo sebenarnya tidak harus hadir, tetapi dia datang demi melindungi Rara kecilnya.Alhasil, seluruh keluarga Lastana semuanya keluar, kecuali Felix Lastana yang masih di luar negeri.Yara melihat Tanto ditemani oleh seorang wanita, tapi bukan Rita. Entah siapa dia.Begitu rombongan turun dari mobil, orang-orang jadi sangat ramai.Kakek Susilo hari ini menggunakan kursi roda dan meminta Yara
Read more
Bab 0118
Melanie menatap Yudha dengan tatapan memelas.Yudha mengerutkan keningnya. "Tentu saja.""Kalau begitu, jangan tunggu lama-lama. Berapa lama kamu ingin terus bersama Yara?"Wajah Agnes berubah dingin. "Karena kamu sudah memutuskan untuk menikah dengan Melly, hari ini cuma untuk memberi kesempatan biar semua orang nggak kaget.""Tapi Kakek ...." Yudha jelas masih sangat enggan."Kakek bukan anak kecil. Menangani urusanmu sendiri dengan baik saja sudah berbakti namanya."Agnes mengeluarkan sisi kerasnya dan berbalik pergi sebelum Yudha sempat bicara lagi."Yudha ...." panggil Melanie ragu-ragu, menarik lengan baju Yudha dengan hati-hati.Yudha merunduk dan memberi tatapan yang menunjukkan amarah."Yudha, kali ini memang ibumu yang memintaku, bukan karena permainanku."Melanie hampir menangis. "Kalau kamu nggak mau, biar aku bilang ke ibumu.""Nggak perlu." Yudha berkata dengan suara dingin, "Nggak masalah kamu menari dengan siapa saja."Tak lama, acara dimulai.Setelah pembawa acara memb
Read more
Bab 0119
"Hei, kebetulan sekali. Nyonya Lastana?""Ada apa? Bukannya kamu harus menari dengan Tuan Lastana untuk membuka acara?""Oh, maaf, aku lupa. Semua orang tahu kamu mendapatkan identitas itu dengan cara yang memalukan. Nggak ada yang menganggapmu serius. Tuan Lastana sedang berdansa bersama pujaan hatinya."Mereka adalah dua sahabat baik Melanie, Judy dan Winona.Sejak Yudha menggandeng tangan Melanie, mereka selalu memperhatikan Yara.Mereka awalnya mengira Yara akan bersembunyi bersama Kakek Susilo. Tak disangka, wanita tidak tahu malu ini berani keluar mempermalukan dirinya sendiri.Yara menatap mereka dingin. "Minggir."Mereka berdua seperti tidak mendengar dan masih berdiri bersama menghalangi jalan, memandang Yara seakan menantang."Memangnya siapa kamu, main perintah-perintah? Kamu kira, kamu ini benar-benar Nyonya Lastana?""Kalau kamu punya otak, cepat-cepatlah bercerai dan beri jalan untuk Melly.""Yara, atau jangan-jangan kamu pergi ke ranjang Kakek Lastana juga? Kenapa dia sa
Read more
Bab 0120
Dia menyentuh kepalanya yang menerima pukulan dari Winona. Untung cuma sedikit berdarah.Dia membasuh bagian tubuhnya yang kotor dengan air bersih dan menata rambutnya sebelum keluar.Semakin mereka berharap dia menghilang begitu saja, semakin tidak ingin dia mengabulkan harapan mereka itu."Bagaimana keadaanmu?" Suara di luar pintu mengagetkan Yara.Dia berbalik dan melihat ternyata itu Tanto."Paman, kenapa nggak pergi berdansa dengan pasanganmu? Kamu ingin mendapat kursi paling depan melihatku dipermalukan?"Tanto mendesah ringan. "Kamu masih bisa bercanda, sepertinya kamu baik-baik saja."Dia berjalan perlahan di belakang Yara dengan tangan di belakang punggung."Paman, aku baik-baik saja. Pergilah berdansa bersama pasanganmu.""Jangan khawatir. Wanita seperti dia cuma mencari tiket masuk ke pesta semacam ini. Siapa pun pasangan dansanya, dia nggak peduli sama sekali."Benar saja, Yara melihat dari kejauhan wanita yang baru saja membantunya sedang memeluk pria lain dan menari denga
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
37
DMCA.com Protection Status