Semua Bab Terjerat Jebakan Cinta CEO Arogan: Bab 31 - Bab 40
52 Bab
31. Berusaha Memperbaiki
Rumah Sakit Saint Carolus,“Kau kemana saja Ayana? Aku mencari mu sejak tadi pagi tapi tidak satu pun pesan ku yang kau balas.” Ayana langsung disambar ocehan dari Mattew begitu ia keluar dari toilet wanita.“Oh astaga Matt kau mengagetkanku!” Protes Ayana yang langsung diikuti pukulan kecilnya pada punggung tangan Mattew. Pria jangkung dengan tinggi hampir mencapai seratus delapan puluh senti itu hanya menatap geli padanya.“Jangan berpura-pura kaget, sekarang beritahu aku kenapa kau tidak membalas pesan ku. Apa aku telah membuat kesalahan padamu?” Tanya Mattew panjang lebar. Ia sudah mengikuti Ayana yang berjalan kembali menuju ruangan kerjanya.Gadis itu membuat pandangannya pada jam tangan kulit berwarna coklat yang di pakainya lalu menghela napas pelan.Entahlah ponselnya berada dimana sekarang, dari sejak bangun tidur pagi ini, ia sudah berusaha mencari ponselnya ke seluruh kamar hotel namun entah dimana benda pipih itu terlempar.Ia tidak mungkin kembali ke kamar hotel itu jika
Baca selengkapnya
32. Aku Menyukai Mu!
Ayana mempercepat langkahnya saat menyadari bahwa Aaron masih terus mengikutinya sejak mereka berpapasan di depan pintu tadi. Oh shit, jika begini terus, ia bisa memutuskan untuk kembali ke Amerika.“Aaron, jangan mengikuti ku. Aku ingin sendiri sekarang!” Ayana tidak tahan, ia berbalik dan meneriaki Aaron yang berada tidak jauh di belakangnya.Aaron melonggarkan dasinya sebelum melangkah mendekati Ayana yang menatap tajam padanya.Tanpa mengatakan apapun pria itu mengeluarkan ponsel Ayana dari dalam kantong celananya lalu menyodorkannya pada gadis itu.Ayana mengangkat alisnya kikuk saat menatap ponselnya yang berada di tangan Aaron. Baiklah jadi entah ada dimana ponselnya pagi ini sehingga ia tidak bisa menemukannya dan Aaron menemukannya dengan begitu mudah. Dan ia sudah salah paham mengira Aaron akan menggangunya lagi.“Kau meninggalkannya di hotel.” Tangan Aaron menggantung dengan ponsel Ayana yang masih berada di tangannya.Ayana menggigit tepi bibirnya merasa kikuk sebelum meng
Baca selengkapnya
34. Perang Saudara
Pagi di bulan September itu dingin dan seperti hari sebelumya, cuaca tidak begitu cerah. Senin adalah hari favorit Aaron Xavier, karena ia sangat suka bekerja. Namun pagi itu langkah kaki Aaron bukan melangkah menuju perusahaannya.Kaki Aaron sudah menapak sempurna di depan Craven Cottage lengkap dengan pakaian serba biru gelap, khusus untuk bermain hoki, sedang ditangan kanannya sebuah hockey stick sudah dipegang erat.“Apa semalam sebuah meteor jatuh di London?” Suara berat seorang pria melangkah mendekati Aaron dari arah belakang.Tanpa menoleh Aaron sudah bisa mengenali suara itu. Felix Dalles, sepupu dari pihak ibunya berdiri tepat disamping Aaron.Aaron menoleh singkat dengan tatapan dingin, sedingin ice yang membuat Fellix menggelengkan kepala acuh tak acuh.“Ada project mu yang gagal? Atau bibi Gisel membuat masalah lagi?” Felix tertawa lebar. Ia sudah mengenal Aaron sejak kecil, hampir seluruh pria didalam keluarganya menyukai olahraga hoki ini kecuali Aaron, jika ia bisa ber
Baca selengkapnya
34. Membuat Keputusan
"Tidak, Ayana!” Sentak Mattew begitu sadar dengan apa yang baru saja ia dengar. Pria jangkung itu berjalan ke arah meja kerja Ayana. “Omong-omong kau masih punya pasien?” Tanya Mattew setelah menyadari bahwa ia terlalu berisik. “Untungnya sudah tidak ada, kalau tidak kau hanya akan membuat pasien ku semakin sakit.” Ayana mendengus kesal lalu menyandarkan b*kongnya di tepi meja sembari melipat kedua tangannya di depan dada.Mattew mengangguk kecil lalu menatap serius Ayana, “Kau serius dengan ucapan mu tadi?” Tanya Mattew lagi.Ayana menggigit bibirnya pelan kedua bola matanya bergerak-gerak mencari ide di atas langit-langit ruangan tersebut.Akhir-akhir ini, terutama setelah ia kembali ke London, Ayana merasa sering sekali menemui kesialan, tidak ada yang benar dalam hidupnya. Dari sejak hari pertama ia menginjakan kakinya di mansion mereka, ia sudah bertemu dengan Aaron Xavier, lalu setelah itu kesialan-kesialan terus membuntutinya. Rasanya tidak ada yang benar terkecuali deng
Baca selengkapnya
35. Seribu Alasan Penolakan
Ayana menggelengkan kepalanya tidak percaya pada pandangannya saat ini, iris mata haselnya menatap lurus pada sosok tampan Aaron yang berjalan lurus menyusuri lobi rumah sakit tersebut dengan serangkaian buket bunga berwarna merah yang membuatnya semakin mencolok ditengah-tengah suasana rumah sakit yang berwarna putih.Ayana nyaris gila karena warna bunga tersebut mulai mengundang tatapan para gadis muda yang berada disana, oh tidak sepertinya bukan karena warna bunga itu, namun karena ketampanan Aaron yang terlalu sempurna.Shit! Ayana yakin ia pasti gila karena ia baru saja memuji ketampanan Aaron.Ayana memegang erat tas nya lalu membawa pandangannya ke sekitar, semua mata terus tertuju pada Aaron. Ayana tidak cukup yakin apakah buket bunga itu untuk partner bisnis nya yang bernama Robert atau mungkin ada partner bisnis lainnya yang sedang dirawat di rumah sakit ini.Aaron terus melangkah, hingga tidak ada waktu bagi Ayana untuk menghindari Aaron yang terlihat semakin mendekatinya.
Baca selengkapnya
36. Pria Berkepribadian Ganda
‘Bernapas Ayana…’ Ayana sibuk mengutuk pikiran kotornya sendiri saat melihat bibir Aaron. Sial, Aaron pasti bukan pria perokok, warna bibirnya semerah warna jambu dan mulutnya wangi. “Aaron…” Ayana menghentikan ucapannya sendiri saat mendengar suara yang sangat memalukan dari perutnya sendiri. Oh Tuhan.Ayana menundukan kepalanya dalam-dalam didepan dada Aaron mencoba menahan malu saat senyum kecil pria itu mengembang.“Sebaiknya kita makan malam.” Bisik Aaron dengan senyum usilnya lalu menarik Ayana menuju mobilnya sendiri.“Aaron, kau tidak bisa seperti ini.” Protes Ayana mencoba menahan Aaron yang terus menariknya. Aaron seolah tidak peduli jika ada yang melihat mereka.“Masuk.” Aaron mendorong tubuh langsing Ayana masuk ke dalam mobilnya dan langsung memasang seat belt ketika ayana sudah duduk. Buket bunga besar itu masih di pegangnya.Setelah memastikan Ayana tidak akan melepas seat beltnya dan melompat keluar, Aaron baru berjalan mengitari porche mahalnya itu dan langsung duduk
Baca selengkapnya
37. You're My Special Dinner
Ayana melipat kedua tangannya di depan dada menatap tidak percaya pada Aaron yang tiba-tiba saja terlihat marah padanya.Ayana kehabisan kata-kata dan ia sebenarnya ia tidak mengerti apa yang terjadi pada Aaron hingga ia bertingkah gila seperti ini.“Ada yang bisa ku bantu?” Ayana mengedarkan pandangannya pada berbagai jenis bahan masakan yang sudah dikeluarkan Aaron dari lemari dingin. Alih-alih marah, satu-satunya yang bis ia lakukan sekarang adalah membantu Aaron memasak dengan cepat karena perutnya sudah sangat lapar.Aaron menggulung lengan kemeja nya saat mendongak menatap Ayana dengan serius.“Kau tidak marah?” Tanya Aaron penasaran. Biasanya Ayana sudah pasti akan meneriakinya brengsek karena selalu sesuka hati mengaturnya.Ayana mengambil beberapa kentang lalu mulai mencucinya sebelum memotong dadu.“Kau kira aku punya tenaga untuk berdebat dengan mu setelah kau membuang cokelat-cokelat nya dan membuatku kelaparan?” Tandas Ayana malas.“Baiklah, aku akan segera membuat
Baca selengkapnya
38. Gairah Panas Sang CEO
Ayana membisu, tidak memberi penolakan ataupun persetujuan. Ayana benar-benar mabuk, bukan karena wine, namun karena sentuhan gila Aaron padanya.Ayana yakin ia pasti sudah gila karena tidak menolak Aaron, bagaimana bisa ia berkhianat pada Hana disaat dirinya pun menginginkan sentuhan Aaron padanya.Ah tidak! Kali ini dokter cantik itu bahkan melumat bibir Aaron yang mendamba. Bibir Aaron adalah figure sempurna yang diciptakan Tuhan untuk ia nikmati.Balasan Ayana pada bibir Aaron membuat CEO tampan itu tak tahan lagi. Jika tadi ia mabuk oleh kemarahan karena cemburu pada sepupu nya sendiri maka sekarang ia mabuk karena gairahnya yang meledak-ledak untuk dokter cantik itu. Aaron mabuk kepayang! Sial, apa lagi?“I want to f*ck you,” bisik Aaron pelan tepat didepan wajah Ayana yang memerah, ujung ibu jarinya mengusap bibir Ayana yang lembab dan tentunya membengkak karena ciuman balasannya yang begitu agresif.Ayana terdiam, napasnya memburu, tidak ada satu pun yang akan menyangkal jika
Baca selengkapnya
39. Kau Milik Ku!
Aaron mulai menyentak Ayana dengan pelan hingga luar biasa cepat membuat desahan nama Aaron terus berkumandang dari suara merdu Ayana. Aaron semakin gila.Aaron berani bersumpah bahwa Ayana sangat nikmat. Meniduri wanita yang sudah lama mengisi hatinya adalah impian Aaron selama ini.“Aahh, Aaron kau akan membunuh ku.” Racau Ayana menerima hentakan-hentakan dashyat Aaron.“Ssttt! Nikmatilah, kau tidak akan kesakitan setelah ini.”Dan setelah bisikan Aaron tersebut, Ayana memang tidak merasakan sakit apapun selain rasa nikmat teramat parah yang diberikan pria itu kepadanya.Ayana tidak mampu menjelaskan rasanya, karena pengalaman pertamanya berhubungan s*x adalah dengan Aaron. Namun, yang jelas, inti tubuhnya terasa penuh oleh junior Aaron dibawah sana.“Hhhh…”“Hhhh…”Aaron dan Aaron mengerang hebat pada detik yang sama, keduanya mencapai puncak gairah secara bersamaan.“Akhirnya…” Aaron menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Ayana, masih menindih tubuh langsing gadis itu. “Tidak ada
Baca selengkapnya
40. Anxiety
Bibir Ayana melengkung ke bawah saat ia melangkah keluar kamar meninggalkan Aaron yang sedang mandi.Dengan kaki kosongnya Ayana melangkah menyusuri mansion besar itu, kesan majestic dari luar mansion yang tercipta semalam rasanya pagi ini telah sirna diganti dengan pemandangan serba hijau yang membuat matanya akan semakin sehat. Setelah menatap wajah seorang pria tampan yang menyebalkan pagi ini.“Cih, aku sangat yakin dia punya dua kepribadian. Sebentar-sebentar dia terlihat sangat manis dan romantis tapi kemudian berubah kasar dan kejam seperti… ya seperti seharusnya karakter seorang Aaron Xavier yang sebenarnya.”Ayana baru saja menyesal, seharusnya dulu ia mengambil spesialis kedokteran jiwa dan menjadi seorang psikiater alih-alih menjadi seorang dokter spesialis bedah saraf.Langkah Ayana semakin jauh meninggalkan bagian belakang mansion yang masih juga terlihat sepi. “Apa tidak ada orang disini? Lalu dimana pria yang semalam?” Ayana memejamkan matanya sesekali demi menghirup da
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status