All Chapters of Penebusan Dosa Istri Kedua: Chapter 31 - Chapter 40
64 Chapters
BAB 31
Malam tak begitu dingin, tapi rasa rindunya kepada sang suami, membuat cuaca hari itu tak begitu bersahabat di hatinya. Sejak kedatangan Alexa pagi itu, ia sama sekali tidak melihat Eshan. Entah lelaki itu sudah pergi bekerja, atau menghabiskan waktunya seharian bersama Alexa.Dzurriya hanya bisa pergi ke halaman belakang dan duduk sendiri di sana. Ia memeluk jaket pemberian Eshan yang diselampirkan di kedua lengannya. Ia saling berpangku itu sambil mencium bau musknya. Ia menghela napas panjang setelah menatap jauh ke arah jendela-jendela yang terpasang di dinding belakang rumah besar tersebut.‘Ya Allah rasanya aku mulai jatuh cinta pada suamiku, apakah ini berkah? Tapi kenapa rasanya begitu sakit?”Air matanya mulai menetes, sedikit demi sedikit akhirnya ia sesenggukan dan tangisnya tak bisa tertahan. Ia menunduk sambil mencium jaket itu yang basah oleh air mata. “Nyonya,” sapaan dari Tikno terdengar dari arah belakang.Dzurriya langsung mengusap air matanya dan mendongak. “Iya,
Read more
BAB 32
Ryan menatap Dzurriya dalam-dalam dan membuatnya merasa tidak nyaman.“Apa ada yang salah?” tanya Dzurriya sambil membenahi kerudungnya.Ryan hanya menggeleng pelan sambil berseru, “Ayo!”Keduanya pun berjalan beriringan menuju ruang makan. Sesampainya di sana, Eshan tampak mengikuti gerakan Dzurriya dan Ryan sampai keduanya duduk di hadapan mereka. Hal itu membuat Dzurriya refleks menundukkan kepalanya, apalagi ketika Alexa tiba-tiba membetulkan dasi Eshan.Wanita itu tampak berbisik di telinga Eshan, lalu tertawa lirih. Tak berhenti di situ, Alexa kemudian menempelkan pipinya pada pipi Eshan, kemudian bergerak lembut ke arah bibirnya. Dzurriya menelan air liurnya dan berusaha mengabaikan keduanya. ‘Terserah’Ia bergemam dalam hati dengan kesal kemudian tersenyum pada Ryan yang menggeser air mineral ke hadapannya.“Jangan dihiraukan, Alexa memang begitu, tidak tahu kapan dan di mana ia harus bersikap seperti itu. Baginya dunia ini miliknya,” bisik Ryan yang kembali disambut senyum
Read more
BAB 33
“Kalau dipaksakan akan terjadi blighted ovum atau kehamilan tanpa embrio atau calon janin.”Alexa langsung berteriak, dan tanpa bisa diprediksi, wanita itu langsung bangkit dari kursi untuk menghampiri Dzurriya.“JALANG SIALAN! INI SEMUA GARA-GARA KAU! MATI SAJA SANA!” teriak Alexa sambil berkali-kali menampar, memukul, dan menarik kerudung Dzurriya dengan membabi buta.Orang yang ada di sana membelalak kaget dan berusaha menolong Dzurriya. Bahkan Ryan pun terkena sasarannya, pipi kanannya tertampar karena menghalangi Alexa. Eshan sendiri segera memegangi istri pertamanya itu.“Lepaskan aku, aku akan membunuhnya!” teriak Alexa beberapa kali dengan lantang.Namun bukannya menangis dan diam seperti biasa, Dzurriya malah mengepalkan tangannya dan membalas ucapan Alexa. “Bagaimana bisa itu salahku?! Aku bahkan tidak ingat siapa diriku ketika bertemu kalian!”Semua terdiam, tidak hanya Alexa, tetapi juga Eshan dan Ryan. Ini pertama kalinya mereka melihat Dzurriya melawan, berteriak kembal
Read more
BAB 34
Dzurriya pulang diantar Ryan. Hatinya begitu was-was dengan apa yang terjadi selanjutnya, apalagi Ryan langsung pergi karena ada jadwal operasi sore itu. Dengan sisa keberanian, ia menghela napas panjang dan masuk. Baru sampai di ruang tamu, ia sudah berpapasan dengan Eshan yang menatapnya dalam-dalam. Lelaki itu kemudian menghampirinya. ‘Kamu kira Eshan dan Alexa akan melepaskanmu setelah apa yang kau lakukan tadi?’ suara Ryan bergema dalam pikirannya. Nyalinya bertambah ciut, apalagi Eshan tiba-tiba mengangkat tangannya. Sontak Dzurriya yang ketakutan langsung menutup matanya. Namun, bukannya pukulan atau tamparan, ia malah merasakan pipinya terasa dingin. Dzurriya pun meringis ketika luka sedikit perih yang sedari tadi dirasakannya seperti dioles sesuatu. Dzurriya membuka mata dan menatap wajah suaminya yang tengah fokus menyapu salep di pipinya yang meradang karena tamparan Alexa. Dia terlihat menyesal. ‘Apa dia tak marah? Kenapa dia tak tanya aku dari mana? Apa
Read more
BAB 35
“Kak Eshan di sini?”Keduanya langsung menoleh kepada Ryan yang datang dengan penampilan sangat segar. Ia sudah berganti pakaian menjadi setelan formal. Sepertinya ia akan sekalian berangkat kerja.Dzurriya tersenyum manis ke arahnya, sengaja menghindari Eshan. “Masakannya sudah selesai. Kau tunggu saja di meja.”Dzurriya lantas berbalik, memunggungi Eshan yang masih terpaku di sana. Entah wajah apa yang ditunjukkan lelaki itu sekarang, Dzurriya tidak mau tahu. Ia masih sakit hati dengan tamparan itu, apalagi Eshan belum meminta maaf.“Sebaiknya kalian tahu,” suara Eshan terdengar, bersamaan dengan suara langkahnya menjauh dari dapur. “Aku tidak suka ISTRIKU memasak di dapur. Jadi cepat bereskan!”Ryan terkekeh sambil berjalan mendekati Dzurriya dan melihat isi penggorengan, “Apa Kakak yakin tak ingin mencicipinya dulu? Masakan Kak Dzurri lebih enak dari koki kita.” Eshan mengangkat alisnya mendengar panggilan akrab Ryan untuk Dzurriya. Lalu, tanpa memperdulikannya, ia justru beranja
Read more
BAB 36
“Dia mantan karyawan kita yang kau pecat waktu itu karena mencuri,” jelas Tikno di tengah laju mobil yang begitu cepat. Eshan tampak tak kaget mendengar panggilan “kau” dari Tikno. Dia hanya tetap fokus menyetir. “Apa kau mau menghadapinya langsung atau diam-diam?” tanya Tikno kemudian. “Kita lihat kondisi nanti,” ujar Eshan dengan begitu tenang, kemudian memacu mobilnya lebih cepat. Mobil itu berhenti di sebuah gudang lama, tempat itu terlihat begitu sepi. Eshan masuk dan mengeluarkan sebuah sepeda motor sport hitam yang terlihat sudah usang dari sana. Sementara Tikno memarkir mobil ke dalam garasi gudang yang kelihatan kumuh itu, kemudian mengganti plat mobil dan menutupnya dengan terpal. Keduanya berboncengan keluar dari area sepi dan kumuh itu dengan cepat, menuju jalan raya besar. Satu per satu kendaraan di sana dilewatinya dengan ngebut. Hari berganti malam. Perjalanan yang cukup jauh tersebut tak membuat mereka berhenti untuk beristirahat. Akhirnya mereka sampai di
Read more
BAB 37
“Atau kamu akan meminta orang lain menikahi suamimu lagi, atau kau akan biarkan harta suamimu disumbangkan. Apa kamu bisa hidup miskin?” tanya Ryan kembali, terdengar sedikit menekan.Masih belum ada jawaban yang didengar Dzurriya.“Ini satu-satunya cara, Alexa!” walaupun berbisik, Dzurriya bisa mendengar paksaan dari suara Ryan. “Toh, setelah itu anak itu akan jadi milikmu, bukan?”“T–tapi…” elak Alexa.“Nyonya?”Ketika tengah serius mendengarkan percakapan dua orang itu, tiba-tiba Tikno memanggilnya. Seketika suara dari arah dapur itu berhenti, berganti dengan suara langkah kaki yang berjalan keluar dari dapur.Deg.“Dzurriya?” desis Alexa sinis, kemudian menghampirinya dengan tatapan tajam.Dzurriya sudah beringsut menempel ke tembok, takut Alexa melakukan hal ekstrem kepadanya. Namun, wanita itu hanya mendengus dengan wajah dingin.“Baguslah kalau kau sudah mendengar semuanya,” ucap Alexa, kemudian berlalu dari tempat itu tanpa rasa bersalah.Dzurriya kini memandang ke arah Ryan y
Read more
BAB 38
Pagi yang begitu lama tiba.Dzurriya bangun dengan malas, hatinya terasa membatu melihat perlakuan orang di rumah itu terhadapnya, terutama Eshan. Ia merasa tak ada sisa semangat dalam dirinya.Andai saja suaminya sedikit mencintainya, mungkin semua cobaan itu tidak terasa memberatkan. Kalaupun berat, sesimpul senyum suaminya akan menghapus dan menggantikannya.Dzurriya menghela napas panjang, kemudian menyingkirkan selimutnya dengan malas. Ia bangkit dan berniat untuk mandi. Namun, sebelum membuka pintu kamar mandi, ia mendengar pintu kamarnya diketuk.“Selamat pagi, Nyonya,” sapa Tikno.Dzurriya hanya bergumam lirih mendengar panggilan sopan Tikno, membuatnya terlihat bingung dengan sikapnya. Namun, pria paruh baya itu dengan cepat mengatur ekspresinya, dan segera menyampaikan pesan itu.“Tuan dan Nyonya, menunggu Nyonya di ruang kerja Tuan Eshan, tiga puluh menit lagi,” lanjut Tikno.“Ya,” jawab Dzurriya singkat. Melihat Tikno tidak juga pergi, Dzurriya kembali bertanya, “Apa ada l
Read more
BAB 39
Jawaban Eshan itu bagai petir menyambar ubun-ubun Dzurriya di siang hari. Tidak mengapa jika Alexa berkata semaunya tanpa memperdulikan perasaannya, tapi ini jawaban suaminya. Seketika air mata Dzurriya menetes dan langsung ia usap. Ia pun bangkit dan berusaha menyembunyikan kekesalannya. “Dasar tak sopan!” Sayup-sayup terdengar umpatan lirih dari Alexa untuknya. Sedangkan Ryan berusaha mencegahnya. “Duduklah dulu, Kak. Setelah ini, kita akan makan bersama di sini.” “Aku rasa aku tak perlu mendengarkan apa pun lagi. Lagi pula, aku orang luar di sini,” ujar Dzurriya dingin. “Baguslah, kalau kau sadar diri.” Dzurriya tak peduli dengan gumaman Alexa itu. Ia menatap tajam ke arah Eshan, sebelum akhirnya beranjak keluar dan turun ke lantai bawah. Dzurriya berjalan begitu cepat dan langsung masuk ke dalam kamarnya dengan membanting pintu. Air matanya berderai begitu deras. Rasanya seluruh hidupnya telah tergadai untuk menebus dosa itu. Sambil terisak begitu dalam, ia berucap sambi
Read more
BAB 40
‘Apa yang hendak dilakukannya?’ Dzurriya sontak membuka matanya dan bangkit, tapi malah itu seperti menyodorkan bibirnya ke bibir Eshan yang berada di depannya begitu dekat tanpa sengaja. Dzurriya membelalak, begitu juga Eshan. Ia langsung mendorong tubuh suaminya sampai kepalanya membentur kaca depan mobil. “Akh!” Terdengar jeritan kecil Eshan yang sedang memegangi kepalanya kemudian kembali bersandar di kursinya. “M–maaf, apa tidak apa-apa?” tanya Dzurriya cemas sambil memeriksa kepala suaminya, tapi Eshan malah terlihat memandangnya dalam-dalam. Dzurriya yang gugup langsung berbalik dan keluar mobil. Ia memegang bibirnya dan tersenyum simpul sambil tanpa sengaja melihat sekeliling tempat itu. Ia agak terkejut karena ia berada di pantai yang sama yang pernah ia kunjungi bersama Ryan. ‘APAKAH INI PANTAI KELUARGA? Kenapa mereka bisa samaan membawaku kesini?’ Dalam keadaan heran tiba-tiba suaminya berdiri di sebelahnya sambil menatap laut luas. “Bagaimana menurutmu?” tanya E
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status