Semua Bab Terjebak Kontrak Dosen Dingin: Bab 21 - Bab 29
29 Bab
BAB 21
Kenzie mengambil kursi dan memposisikannya di dekat jendela balkon. Ia duduk bersandar, dengan kedua kaki terbuka. Kalau ada yang melihat, pasti tidak ada yang menyangka kalau Kenzie adalah dosen paling dingin di kampus. Ia lebih cocok menjadi model, atau playboy kelas kakap.Keisha berusaha untuk tetap fokus menyiapkan alat gambarnya secara cepat, tapi matanya selalu melirik ke arah paha Kenzie. Bagaimana rasanya duduk di pangkuan pria itu? Apakah dada Kenzie masih seempuk waktu itu? Atau lebih keras sekarang?‘Ah, gila kamu, Kei!’ Keisha menampar pipinya sendiri karena pemikiran kotor itu.“Kei?” panggil Kenzie, membuat Keisha tersadar. “Kamu kenapa?”“Nggak apa-apa!” Keisha menjawab dengan lantang saking gugupnya. Ia pun berdeham, dan mengganti topik. “Posisinya kemarin nggak gitu, Bang!” komentar Keisha, sambil berusaha menutupi rasa gugupnya karena melihat dada dan otot perut Kenzie. “Gini?” Kenzie mengubah posisinya menghadap samping kanan. “Bukan! Agak miring ke kiri sedikit
Baca selengkapnya
BAB 22
“Iya, saya minta kompensasi.”Bibir Keisha bergetar, berusaha mengucapkan sesuatu yang sudah ada di kepalanya, “B-Bang Kenzie… jangan gini….”Napas Kenzie semakin jelas menyapu pipi tembam Keisha. Ronanya semakin memerah, mungkin lebih merah daripada lipstik Olive, dosen Seni Tari itu.‘Gimana nih?! Kalau aku dorong Bang Kenzie, nanti dia nyangka aku nggak suka diginiin. Bang Kenzie bilang kan nggak mau lakuin hal yang nggak aku suka. Tapi jantung aku juga nggak bisa diginiin!’Keisha dilema sendiri. Ia suka, sekaligus gugup.“Dua ratus ribu,” bisik Kenzie selanjutnya, membuat Keisha refleks membuka mata.“Hah?!”Kenzie tersenyum miring di depan wajah Keisha. “Bayaran saya jadi model kamu. Kamu lupa?”Keisha mengerjap, tapi masih belum bergerak dari posisinya sekarang meskipun Kenzie sudah menjauhkan tubuhnya. Kepalanya masih berusaha mencerna situasi saat ini.“O-oh… oh iya… dua ratus ribu… iya, ya?” Keisha seperti orang linglung.“Ayo, sarapan.” Kenzie yang sudah ada di dalam kamar
Baca selengkapnya
BAB 23
“B-Bang—maksudnya, Pak Kenzie serius kasih saya nilai ini?” tangan Keisha bergetar melihat nilai yang baru diberikan Kenzie.“Kenapa? Mau dikurangi?”Lantas, Keisha buru-buru menarik kertas itu. “Nggak, Pak! Ini aja.”Kenzie tidak menanggapi lagi, dan berpindah ke mahasiswa lainnya. Keisha seketika dikepung teman-teman sekelasnya.“Demi apa?! 70?!” pekik salah satu temannya.Semua mahasiswa yang pernah mengikuti kelasnya, sangat tahu kalau Kenzie hampir tidak pernah memberikan nilai lebih dari 68 pada tugas maupun ujian lainnya. Ia memang terkenal pelit dan ketat dalam penilaian.Makanya, nilai 70 itu sudah seperti mukjizat Tuhan.“Keren, Kei!”“Wih, dapet model dari mana kamu, Kei?”“Kei, kerjain tugas aku dong!”Mereka langsung memberondong Keisha dengan segala pujian. Sepertinya sosok Kenzie yang masih memberikan penilaian itu tidak lagi menjadi perhatian. Di tengah-tengah itu, mata Keisha bertabrakan dengan mata Kenzie yang sudah kembali duduk di tempatnya. Keisha tenggelam dalam
Baca selengkapnya
BAB 24
Ekspresi puas tergambar jelas di wajah Kenzie sambil menatap ponselnya. Lalu, seolah baru tersadar dengan posisi mereka sekarang, Keisha pun langsung mendorong kepala Kenzie agar bangun dari bahunya.“Mesum!” pekik Keisha.Kenzie tetap tersenyum, walaupun Keisha mendorongnya cukup keras tadi. “Bukannya kamu bilang, salah satu kewajiban istri itu melayani suami?”“Hah?”“Manjain suami kan sama aja melayani.”“Ndasmu!” Keisha melempar bantal sofa ke wajah Kenzie, tetapi pria itu dengan sigap menangkapnya sambil terkekeh.Gadis itu pun beranjak dari sofa dengan jengkel. Namun, baru beberapa langkah, ia kembali ke tempat itu. Ia baru ingat sesuatu.“Bang, aku mau ngomong sesuatu… boleh?” tanya Keisha dengan kedua tangan di depan, seperti murid yang meminta izin kepada gurunya.“Apa?” Keisha menunduk, menghindari tatapan Kenzie. “Mau pulang ke rumah…,” bisiknya pelan.“Ini kan kamu lagi di rumah,” jawab Kenzie santai.Keisha bengong sebentar, berusaha memahami ucapan Kenzie. Matanya menat
Baca selengkapnya
BAB 25
Keisha dan ibunya saling berpandangan.“Kei, Kenzie kenapa tuh?” tanya ibunya dengan wajah bingung bercampur panik.Keisha hanya menggeleng cepat, tapi matanya masih mengarah ke pintu menuju halaman belakang. Sosok Kenzie tidak terlihat, tapi Keisha sangat khawatir.Lalu, tanpa disuruh lebih dulu, Keisha tanpa sadar beranjak dari sofa. Ia mendekati Kenzie yang ada di taman belakang. Namun, ia hanya mengintip dari balik pintu, tidak berani mendekat. Wajah Kenzie terlihat tegang dengan mata yang seolah memancarkan amarah. Ini pertama kalinya Keisha melihat ekspresi Kenzie yang seperti itu. “Jangan hubungi saya lagi untuk omongan tidak penting ini!” itu adalah kalimat terakhir yang Kenzie ucapkan dengan dingin, sebelum mengakhiri panggilannya.Keisha buru-buru lari dan duduk di sofa lagi saat Kenzie selesai menelepon. Ia berakting seolah tidak mendengar apa-apa. Lalu, Kenzie kembali ke sofa sambil menghela napas berat. Ia meletakkan ponselnya ke meja, di sebelah ponsel Keisha.Pria it
Baca selengkapnya
BAB 26
[Selamat siang, Keisha. Ini Wisnu, papanya Kenzie]Berawal dari sebuah chat itu, Keisha sekarang mempunyai beban pikiran sendiri. Entah dari mana papanya Kenzie mendapatkan nomor teleponnya, dan Keisha tidak punya pilihan lain selain membalas pesan-pesan itu.Semua tampak normal pada awalnya. Wisnu hanya bertanya kabar Kenzie, kapan mereka menikah, dan di mana mereka tinggal. Sampai akhirnya, sebuah permintaan muncul.[Keisha, apa kamu bisa ajak Kenzie bertemu saya?]Keisha menggigit bibir, ragu sambil melirik Kenzie yang sedang fokus dengan laptopnya. Pesan itu ia dapatkan tiga hari yang lalu, tapi belum ia balas sampai sekarang. Ia bahkan sengaja tidak membuka pesan itu dan hanya membacanya dari notifikasi.“Kenapa jadi gue yang repot, sih?” gumam Keisha sambil mengelap piring yang sudah bersih. Ia kembali melihat Kenzie yang tampak santai-santai saja seolah tidak punya beban hidup. Ia tahu Kenzie benci dengan papanya. Namun, Keisha juga tidak bisa menyalahkan Wisnu sepenuhnya. Pa
Baca selengkapnya
BAB 27
Mata Keisha bergantian menatap dari Kenzie dan papanya. Setelah mereka turun dari mobil, Wisnu langsung menyambut mereka dan menggiring mereka masuk.Awalnya, Kenzie tidak mau melangkahkan kakinya. Pria itu hanya menatap dingin sosok Wisnu yang mencoba tersenyum ramah. Sampai akhirnya, Keisha yang turun tangan dan menggandeng lengan pria itu.Di sinilah mereka sekarang, duduk bertiga di ruang tamu Wisnu. Interior yang didominasi kayu memberikan kesan hangat, tapi itu tidak membuat suasana canggung ini menghilang.“Gimana kabar kamu, Ken?” Wisnu memulai percakapan.Namun, Kenzie tidak menjawab sama sekali. Pria itu hanya menatap lurus ke depan.Keisha meringis sambil menggigit bibir bawahnya. Ia pun menyenggol lengan Kenzie dengan sikunya.“Bang, ditanya Papa tuh,” bisik Keisha.“Bilang sama dia, dia tidak perlu tahu,” jawab Kenzie akhirnya, dengan nada datar.“B-baik-baik aja, Pa.” Keisha lagi-lagi yang turun tangan, sambil bergerak gelisah di tempatnya. “Maaf ya, kita baru bisa datan
Baca selengkapnya
BAB 28
Sebelum Kenzie menariknya keluar rumah, Keisha menyempatkan diri untuk berpamitan ala kadarnya. Mereka bahkan tidak menyentuh teh dan camilan yang disajikan. Amarah Kenzie terlalu banyak untuk ditahan.Sekarang, mereka sudah ada di dalam mobil. Terjebak dalam suasana dingin yang canggung.“Bang,” panggil Keisha.Kenzie tidak menjawab.“Marah ya?” tanya Keisha lagi.“Gak.”“Marah beneran ternyata kan.” Keisha menundukkan kepalanya. Walaupun Kenzie terkenal dingin, dia tidak pernah menjawab sesingkat itu kepada Keisha. “Aku… aku minta maaf, Bang.”Lagi-lagi Kenzie tidak menjawab, membuat Keisha mengangkat kepala dan menatap wajah tampan itu dari samping. Rahang tegas pria itu sudah tidak sekaku sebelumnya, walaupun tatapan matanya masih datar. Kenzie hanya menatap jalanan tanpa minat, tanpa senyuman.“Serius deh, Bang. Aku gak bermaksud ikut campur,” Keisha mulai mengoceh. “Papa tuh nge-chat aku, minta ketemu sama Bang Kenzie. Aku pikir, dia mau baikan sama Abang, dan minta maaf. Papa j
Baca selengkapnya
BAB 29
Pagi ini, kampus dihebohkan dengan cuitan yang bermula dari media sosial. Semua mahasiswa sibuk membicarakan dosen mereka yang kerap kepergok check in di banyak tempat. Herannya, walaupun sudah sering ditemukan bukti-bukti foto dosen itu, Kenzie tidak pernah dikeluarkan dari kampus. Tuduhan itu tidak berdasar, menurut pihak kampus. Dan selagi tidak mengganggu kegiatan mengajar di kampus, Kenzie masih dinyatakan aman. Namun, kali ini berbeda. Keisha yang sedang berada di kantin bersama dengan Naura dan Cindy, tak bisa menyembunyikan rasa cemasnya. “Itu foto kamu sama Pak Kenzie, kan?” tanya Naura dengan suara pelan sembari menyedot es jeruknya. “Pas lagi di Bali?” sambung Cindy.Keisha mengangguk lemas. “Aku takut banget.”Sebenarnya foto itu diambil tidak begitu jelas, hanya saja bentuk tubuh Kenzie yang menonjol, jadi bisa dikenali dalam sekilas. Sedangkan Keisha—atau mahasiswa yang kepergok sedang bersama Kenzie—terhalang tubuh tinggi pria itu. “Ya udah santai, muka kamu juga g
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status