Semua Bab Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan : Bab 11 - Bab 20
22 Bab
Malam Pertama
"A--aku enggak mau bahas. Kita pulang takut nanti orang rumah nyariin." Zea pun melangkah cepat, entah kenapa Gio bertanya hal itu. Sudah jelas saat pertama mereka sepakat menikah hanya untuk sementara. Gio menatap tubuh mungil istrinya, lalu tertawa sendiri. "Ternyata pria jelek dan miskin memang tidak laku apalagi dengan wanita miskin." Sepertinya Gio ragu jika Zea memang wanita yang sederhana dan wanita yang bisa membuat dirinya jatuh cinta. "Tidak ada ketulusan yang benar-benar tulus." Gio melangkah mengikuti Zea yang sudah agak jauh. Namun, langkah pria itu begitu lebar hingga bisa menghampirinya. Keduanya sampai di rumah, baru saja sampai di depan rumah sudah mendapat teriakan. "Duluan, saya mau ke warung dulu," ujar Gio. "Zea! kamu ini kerja apa sih, kok sampai malam kaya gini!" teriak Bu Layla. "Bu, aku lembur," jawab Zea berbohong. "Oh, kalau gitu Ibu minta uang gaji kamu lebihan sama lembur kamu. Sini." Bu Layla mengenadah tangan. Zea menggeleng,
Baca selengkapnya
Tidak pulang semalam
"Di mana orang itu?" tanya Gio yang sudah datang ke lokasi di mana Arga menunggunya. Tidak sia-sia selama ini dirinya berada di tempat itu. Arga beserta anak buahnya mendorong paksa tiga pria hingga terjerembab di bawah kaki Gio. "Bos, mereka sudah mengaku!" Gio membungkuk melihat wajah-wajah seperti apa yang membuat kerugian besar pada perusahaannya baru-baru ini. Hampir satu tahun mereka mengalami kerugian akibat lamanya proyek pembangunan gedung kantor baru. Harusnya gedung kantor sudah berdiri megah di sana. Akan tetapi, hampir satu tahun masih saja hanyabterlihat kerangka saja. Selidik punya selidik, ternyata mandor itu tidak membayar full pekerja dan hanya membatasi beberapa tukang untuk dipekerjakan di gedung itu hingga memakan waktu hampir satu tahun yang harusnya enam bulan berjalan sudah selesai karena Gio pun sudah mengalokasikan dana beserta hal-hal lainnya. Semua bermula dari informasi sang kakek yang memintanya datang untuk kembali ke Jakarta. Sebelumnya se
Baca selengkapnya
Di pecat
Zea tergesa-gesa saat memasuki gedung mall tempat dia bekerja. Tadi ada insiden, angkot yang ditumpangi mendadak mogok ditengah jalan. Terpaksa Zea menunggu untuk dibenarkan karena jika dia pindah mobil maka ongkos pun dua kali. "Ze, kamu telat lagi. Niat kerja enggak?" "Tadi angkot yang saya naikin itu mogok. di tengah jalan." Zea mencoba menjelaskan. Sepertinya manager lapangan itu tak mau mendengar apa pun perkataan dan Zea. Malah pria itu tidak mengizinkan Zea masuk ke dalam untuk mengambil beberapa barang. "Jangan alasan, kamu pikir ini perusahaan punya embahmu?" "Mas, saya mohon. Jangan pecat saya," ujar Zea memohon. Tidak peduli, pria itu menyuruhnya pergi. Sementara itu ada Siti berada di sampingnya yang terus saja membuat nama Zea jelek. Saat istirahat Nur menghampiri Zea yang berada di kantin. Temannya itu membawakan beberapa barang miliknya yang tertinggal. Dia pun berterimakasih karena Nur mau menjadi temannya. "Setelah ini bagaimana?" tanya Nur. "Enta
Baca selengkapnya
Pekerjaan Baru
"Kamu sudah bisa bekerja sekarang," ujar Bu Sena, HRD perusahaan itu. "Sekarang?" Zea merasa tidak percaya karena baru saja di pecat malah mendapatkan pekerjaan baru. "Kebetulan kami belum mendapatkannya orang baru. Kamu bukan ditempatkan di resepsionis depan , tapi kamu kami tempatkan di bagian resepsionis depan ruangan Pak Gior." Pak Gior, siapa lagi pikir Zea. Namun, dia tak peduli hal itu. Yang terpenting adalah dia bekerja dan bisa gajian untuk membayar hutang. Zea tersenyum lalu bangkit dari tempat duduknya. "Ze, tunggu.""Iya, Bu.""Besok kalau bisa kamu beli baju baru karena Pak Gior itu tidak suka perempuan yang memakai baju sederhana. Lalu, wajah kamu juga jangan natural, Pak Gior juga enggak suka." "I--iya. Bu." "Kamu mau ke mana Zea?" tanya Bu Sena."Saya mau ke ruangan kerja," jawab Zea. "Kamu memangnya tahu?" tanya Bu Sena lagi. "Eh, iya. Maaf, Bu."Zea tidak habis berpikir jika sebenarnya dia sedang bingung. Bagaimana bisa dia membeli baju bagus dan make up den
Baca selengkapnya
CEO Galak
"Pa Gior itu perfeksionis. Bagi dia harus sempurna, makanya dia belum menikah juga padahal usianya 30 tahunan. Sudah matang, tapi ada yang bilang dia katanya enggak suka perempuan," ujar Debi. Zea membayangkan pria yang bernama Gior, saat melihatnya memang sangat tampan. Bahkan sempat jadi perbincangan dirinya dan Nur saat itu. Jadi, dia akan berhadapan dengan perjaka tua yang sangat sempurna, pikirnya. "Apa dia galak?" tanya Zea. "Atau mesum gitu kata yang di novel, CEO kaya yang suka banyak perempuan." "Ze, kamu enggak dengar tadi aku bilang kemungkinan enggak suka perempuan.""Kok bisa kamu bicara kaya gitu?" "Banyak perempuan yang mendekati dia, bahkan Aleta sekertarisnya saja sudah berulangkali menggodanya, tapi selalu gagal. Apa coba nanya jika bukan tidak normal?" Zea tertawa, bagus pikirnya jika dia tak suka perempuan. Kemungkinan dia aman dan tak akan digoda pria itu. Perbincangan mereka terhenti saat makan siang datang. Zea hanya memesan nasi rames dan air putih dingin
Baca selengkapnya
Gio tampan. VS Gio Bertompel
"Maaf, Pak. Tadi Pak Agra meminta di ambilkan teh, belum sampai ruangannya, saya terpeleset. Saya ambil pelnya dan ada telepon jadi saya taruh. Sebentar saya ambil," ujar Zea. Baru satu langkah, Gio sudah menahan lengan Zea. "Ini bukan pekerjaan kamu, telepon saja OG dan kamu jangan sekali pun membuat minum untuk Agra. Yang kamu layani di sini hanya saya, dan tidak untuk karyawan lain termaksud Agra dan Aleta! Mengerti?" Suara Gio semakin meninggi. Bagaiman pun, Zea merasa jantungnya seperti akan copot. Baru satu hari bekerja sudah dibuat tak betah. "Me--mengerti, Pak."Gio masuk ke ruangannya dengan langkah cepat, lalu dia menghubungi Bu Sena untuk datang ke ruangannya. "Kenapa hari ini sial sekali! Belum lagi kenapa Bu Sena menempatkan Zea di depan ruanganku? Bagaimana aku bisa fokus?" Gio bergumam sendiri. Tidak lama Bu Sena datang dan menghadap Gio. Wanita yang sudah lama bekerja di HRD PT Angkasa. "Ada apa Pak Bos?" Bu Sena langsung bertanya. Dirinya berpikir tidak ada yang
Baca selengkapnya
Aroma tubuh
Zea pulang ke rumah dengan membeli mie rebus dua bungkus. Dia berharap suaminya pulang, tapi sejak semalam ponselnya tak bisa dihubungi. Rasa lapar pun lenyap memikirkan ke mana dan bagaimana bisa tukang rokok di dekat pembangunan gedung mengatakan tidak ada pekerja di sana dan sudah beberapa Minggu tak ada pekerja. Langkah Zea terhenti saat melihat Farhat di depan gerbang. Sepertinya dia mau ke luar membeli sesuatu. Namun, terhenti saat miajt Zea memasuki gerbang. Zea berusaha melewatinya, tapi pria itu menahannya. "Lepas!" Zea berontak tak Sudi tangannya di sentuh pria berengsek seperti Farhat."Jangan judes gitu sih. Aku mau bicara," ujar Farhat. "Kamu lupa kalau kita dulu saling cinta?" Farhat tersenyum kali ini setelah beberapa lama tak pernah menampakkan senyum itu. Iya, setelah Zea menikah dengan Gio. Farhat ingin sekali merusak pernikahan itu karena dirinya tak terima Zea begitu cepat mendapatkan penggantinya. Tapi, dia tidak sadarkan diri jika dirinya yang membuat kesalah
Baca selengkapnya
Malam Indah
"Kenapa?" tanya Gio. Zea mengernyitkan dahi, apa mungkin? Zea berpikir keras jika memang aroma tubuh Gio itu pernah diendusnya. Zea menggeleng, mana mungkin pikirnya. Aroma ini sama persis dengan aroma tubuh Bosnya di kantor. Pak Gior yang tadi begitu dekat dengannya, hingga dirinya bisa mencium aroma parfum milik pria itu. "Kenapa, Sayang?" "Mas mandi dulu deh, biar segar," ujar Zea. Gio tersenyum, sebenernya dirinya sudah mandi tadi sewaktu akan pulang ke rumah Zea. Namun, mungkin pikiran sang istri dirinya memang benar-benar baru pulang bekerja. Agar meyakinkan Zea, Gio pun beranjak ke kamar mandi. Beruntung kamar mandi mereka berada di dalam kamar. Zea duduk menunggu Gio selesai mandi, dia kembali mengingat perlakuan Bosnya itu. Lalu, sedikit berandai-andai jika .... Zea kembali menggeleng. Dia tidak mau mengecewakan Gio, suaminya. Walau berwajah tidak tampan, tapi Gio ternyata bertanggung jawab padanya. Bukti tanggung jawab Gio adalah membelanya dan memberi uan
Baca selengkapnya
Kehangatan yang hilang
"Pa, Ma, apa benar rumah ini bukan milik kalian?" tanya Dara. Kedua orang tua Dara saling menatap. Apa yang akan di katakan oleh mereka, selama ini mereka menutup semua tentang rumah juga harta milik Zea. "Jangan dengarkan Zea, kalian kembali makan saja. Jangan dengarkan apa katanya." Bu Layla meminta Dara membawa Farhat keluar. Dia takut sang menantu tahu lebih banyak. Dara pun mengajak sang suami keluar dari rumah. Sementara, Zea berboncengan motor dengan suaminya. Gio berhenti di sebuah tukang bubur. Mereka makan lebih dahulu sebelum Zea masuk kantor. "Ze, benar rumah itu milik mama kamu?" "Iya, harusnya mereka tahu diri.""Kenapa mereka malah jahat sama kamu?"Zea hanya mengangkat bahu. Sejak awal menikah dengan wanita baru, sang ayah pun berubah menjadi tak sehangat dulu. "Bukan hanya harta mama yang mereka ambil, tapi kehangatan Ayah. Bahkan, mereka memanggil ayahku dengan sebutan Papa. Katanya enggak mau sama kaya aku. Sampai Farhat pun Dara rebut." Zea mengaduk-aduk bu
Baca selengkapnya
Mempermalukan Ayah Mertua
Gio menatap pria tuanya yang sering menghinanya. Bahkan, kini mereka malah berharap jika saham akan diberikan pada mereka. Jangan harap dirinya akan memberikan begitu saja investasi yang banyak. Lalu, bergantian dia menatap rekan bisnis lamanya. Pak Abdul, dia kira pria itu adalah pria baik hati yang ramah pada semua orang. Nyatanya, malah sejenis dengan Pak Mansyur. Atau memang dia tidak tahu siapa besannya itu. "Pak Gior, apa kabar?" tanya Pak Abdul menjabat tangannya. "Tentunya baik." Seulas senyum terpancar di bibir Gio. Gio pun menoleh ke arah Pak Mansyur.Pak Abdul memperkenalkan Pak Mansyur lalu mengatakan jika mereka adalah besan. Pak Mansyur hendak menyalami tangan Gio, tapi dia ingat saat pria tua itu menghinanya. "Tak usah bersalaman. Saya tidak terbiasa dengan orang baru yang tidak saya kenal lama," ujar Gio.Pak Mansyur menarik tangannya lagi pria itu merasa di permalukan. Pak Abdul merasa tidak enak dengan apa yang di lakukan Gio. Namun, mereka tak bisa berkata apa p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status