Share

Bab 6 #Berlatih Bersabar

Kulihat layar benda pipih, kedua netraku membulat sempurna. Muncul nama Ibu Kartini, Ibu mertuaku. Jantungku berdegup tidak seperti biasanya, kencang sekali. Sedetik aku terdiam, bingung harus diangkat apa tidak.

Kalau tidak diangkat, dipastikan akan marah besar, bisa terjadi perang dunia kedua. Jika diangkat akan merusak acara yang sudah kami tunggu selama ini.

"Yang! berisik sekali, diangkat aja," titah suamiku dari dalam kamar mandi.

"I-iyaa.." jawabku. Sebenarnya ingin kukatakan kalau ada telepon dari Ibu. Namun Mas Irfan masih berada di dalam kamar mandi.

"Assalamualaikum," kuucapkan salam dengan nada bergetar.

"Walaikumssalam!" Nadanya seperti bariton, membuat hatiku ciut.

"Delaaa! Lama banget ngangkatnya. Mana bojomu!" teriaknya, membuat telingaku panas.

"Dikamar mandi, Bu. Seben...." belum sempat selesai kalimatnya sudah dipotong.

"Cepetaaan! Ini penting!" teriaknya.

"I-iya, Bu." Lututku terasa lemas, kugedor pintu kamar mandi. Mas Irfan membuka pintu lalu keluar dengan tergopoh-gopoh, handuknya dililitkan di tubuhnya bagian bawah, sedangkan badannya masih basah.

Gawai kuserahkan kepada Mas Irfan, tanganku masih gemetar.

"Ya, Bu..." Mas Irfan merendahkan suaranya, dan menundukkan pandangan.

Aku hanya bisa memperhatikan mimik wajah suamiku. Tidak tahu apa yang kira-kira dibicarakan antara Ibu dan anak bungsunya.

"Apa kang Nono gak bisa bantu, Bu? Wajah Mas Irfan tampak memelas. Aku melengos, sudah bisa ditebak.

Kalau tidak Ibu, Mbak Nung sedang minta tolong.

"Ya udah, tunggu sebentar, kalau gitu." Mas Irfan menghela nafas panjang, kemudian dibuang kasar. Netranya melihatku sayu, aku tetap diam menunggu apa yang akan dibicarakan kepadaku. Kutelan salivaku walupun sulit.

"Yang," bisiknya lirih.

"Hmm."

"Ibu nyuruh aku pulang sebentar, lampu rumah konslet." Sorot matanya menyatakan permintaan maaf yang besar.

Aku diam membeku.

"Kasihan, Yang. Mereka semua wanita." Mas Irfan mengambil kedua tanganku, kemudian ditaruh di dadanya. Dia memohon supaya diizinkan pulang sebentar, dan berjanji kalau sudah selesai urusannya segera kembali lagi kesini.

Aku mengangguk.

Kuhalau emosiku. Disisi lain Mas Irfan adalah anak laki-laki yang bertanggung jawab atas Ibunya, disisi lain aku juga membutuhkannya sebagai suami.

Di dalam agama Islam ibu lah yang diutamakan. Aku sadar dan maklum, tetapi tidak begini juga. Untungnya kami hanya menginap di kawasan wisata kaliurang yang jaraknya bisa ditempuh dengan motor sekitar satu jam. Seandainya kami menginap di luar kota, apakah Ibu akan melakukan hal yang sama ķalau terjadi seperti ini?

Entahlah...

Aku mengantarkan bayangan Mas Irfan naik vespa dari balik cendela. Setelah bayangannya menghilang, pandanganku beralih ke gunung Merapi yang menunjukkan semburat merah kena matahari di sore hari. Kelihatan cantik dan anggun.

Hatiku sedikit terhibur dengan suasana yang syahdu ini. Kuredam emosiku dengan istighfar sambil menikmati indahnya karya Sang Pencipta, Gunung Merapi.

Untuk membunuh kesepian, kuambil gawai. Kubuķa satu persatu chat yang masuk, ternyata banyak juga. Dari group SMP, SMA dan juga teman kuliah. Kulihat ada nama mbak Nung dideretan yang meng-chat aku.

Iseng-iseng kubuka.

[Dik, pinjem suamimu sebentar. Ini listrik konslet, tolong, ya. Kasihan Ibu, beliau kan takut kegelapan]

Kulihat dikirim beberapa menit yang lalu, di jam yang sama ketika ibu mertua tadi telepon. Bukannya dirumah ada lampu emergency, ada lilin? Batinku. Ya, sudahlah.

[Sudah Mbak, Mas Irfan otw] Akhirnya kubalas juga chat dari menantu kesayangan ibu mertua.

Segera kuletakkan gawaiku, aku tidak tertarik membaca isi chat dari group teman alumni, isinya hanya menyapa dan saling mengshare berita-berita yang sama, sehingga tidak menghiburku bahkan membosankan.

Kusandarkan tubuhku, kuhela nafas panjang, lalu kulepaskan pelan-pelan. Aku heran, kenapa Ibu Kartini--mertuaku tidak sayang padaku, ya? Lebih sayang dengan menantunya yang bernama mbak Nungky.

Apa salahku? sepertinya Ibu mertuaku sangat membenciku, aku memang tidak secantik mbak Nung. Pegawai juga bukan, orang tuaku hanya petani di kampung. Momongan juga bekum ada.

Tetapi apa itu yang membuat Ibu membenciku?

Tiba-tiba aku ingat kedua orang tua yang ada di kampung. Mereka tidak mengenal handhpone, gadged, android, sehingga aku kesulitan kalau ingin menghubungi mereka. Lebih-lebih kalau rindu seperti ini, bingung kalau sekedar ingin tahu kabar mereka.

Untungnya setiap tiga bulan sekali Mas Irfan mengantarkan pulang ke orang tuaku, yang rumahnya tidak jauh, hanya ditempuh sekitar tiga jam kalau naik kendaraan roda empat.

Aku menghela nafas panjang.

Kulihat gawai, siapa tahu mas Irfan mengabarkan sesuatu, ternyata tidak. Sudah menjadi kebiasaannya, dia tidak pernah berkabar, kalau pergi. Kadang terpaksa aku yang memulai chat kepadanya, menanyakan ini, itu. Tetapi jangan berharap segera dibalas, ya, harus bersabar.

Ingin sekali menelepon mas Irfan. Namun, aku masih trauma, takut kalau yang menerima Ibu mertua. Disangka aku tidak membolehkan mas Irfan menolong Ibunya.

Padahal aku hanya ingin tahu keadaannya. Seperti kejadian kemaren ketika pemilik mobil marah-marah, aku berusaha menghubungi mas Irfan, tapi akhirnya salah paham dengan Ibu.

Aku yang kena marah, mungkin aku harus lebih bersabar menghadapi Ibu mertua seperti itu. Kuharap disaat tertentu mas Irfan membelaku, bukan malah sebaliknya.

Kalau tahu ditinggal seperti ini lebih baik aku dirumah saja, buat apa aku tidur sendirian disini? Bukankah tujuan kita akan menikmati bersama malam yang indah di kaliurang.

Entahlah, sedih sekali. Aku tidak mau rasa sepi ini menggelayuti perasaanku. Akhirnya aku tertidur setelah selesai salat isya'.

Aku tidak tahu jam berapa mas Irfan datang, yang aku tahu dia sudah tidur disampingku. Ketika aku bangun jam sudah menunjukkan pukul 4, menjelang subuh.

Dia tidur pulas, terdengar dengkuran halus, aku iba melihatnya. Kubelai rambutnya, kutatap wajah tampan suamiku. Hidungnya mancung, rahang yang kuat, dan dihiasi kumis tipis.

Pasti kamu capek sekali ya, Mas. Bisikku. Aku melenguh kesal, acara yang seharusnya kita nikmati berdua semua menjadi berantakan.

Aku berusaha bangkit akan ke kamar mandi. Tiba-tiba tanganku dicengkeram kuat, lalu ditarik kepelukan Mas Irfan, aku terjatuh di dadanya yang tipis. Akupun pasrah.

***

Selepas salat subuh, aku mebuatkan susu jahe kesukaannya, sekaligus membuat mie instan. Terlalu pagi kalau kita pesan di kantin sebelah penginapan.

Ya sudah seadanya saja, sementara untuk mengganjal isi perut yang kosong.

"Semalam datang jam berapa, Mas?" tanyaku sambil melepas handuk pembungkus rambutku yang basah.

"Setengah satu. Gak tega mbangunin kamu, tidurmu pulas, pakai dengkur segala."

"Bohong ah," cubitku. Aku tidak terima dituduh mendengkur.

"Iya, serius," godanya sambil menoel hidungku.

Aku senyumin saja, dia kadang suka cuek, polos, genit, kadang juga romantis. Begitulah, yang pasti Aku bahagia, apalagi Mas Irfan sudah menjalankan sebagai suami yang luar biasa, bisa membahagiakan aku sebagai istrinya.

Semoga laki-laki yang baru saja membuat aku melambung tinggi ini bisa menjadi imamku sampai jannah, Aamiin. Selalu itu doaku.

Mas Irfan memelukku dari belakang.

"Jadilah ìstri yang setia, walaupun Alloh belum memberikan izin titipan bayi mungil yang kita harapkan, ya, Yang." bisiknya lembut di telingaku

Tidak terasa pandanganku kabur, aku terharu mendengar ucapannya Memang aku harus banyak bersabar karena yang kuhadapi nantinya, kakak ipar dan Ibu mertuaku sendiri.

Aku tidak pernah berani mengungkapkan isi hatiku yang paling dalam, berkaitan dengan Ibu mertua kepada Mas Irfan. Biar dia tahu sendiri sifat wanita yang melahirkannya itu.

Selama ini aku memang tidak pernah melawan Ibu mertua, apapun ucapannya aku selalu menahan emosiku. Bagiku seorang Ibu ataupun Ibu mertua itu wali Alloh, orang yang harus selalu dihormati.

"Yang ...

Bersambung

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Erni Ruhiyani
yee kok di ilang
goodnovel comment avatar
Vincentia Nurul
laaahh ... masaaa Bab 5 n 6 nya SAMAAA...!!??!!! .........
goodnovel comment avatar
Vincentia Nurul
iyaaa... plek ketepleekk.... apa buat banyak2in Bab ajaa kaliii... akal akalan ajaa atau memang LUPA ajaa .. WALLAHUALAM
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status