Aku Nyerah, Mas! Silahkan Ikuti Kemauan Ibumu

Aku Nyerah, Mas! Silahkan Ikuti Kemauan Ibumu

Oleh:  Teeyas  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
8.4
14 Peringkat
96Bab
26.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Dela Padmasari 29 tahun-sebagai istri sangat kesal karena Irfan 31 tahun-suaminya selalu dipinjam untuk membantu Nungky 30 tahun-kakak iparnya sendiri. Alasan Nungky minta tolong karena dia kewalahan mengirus balita, sedangkan dia sebagai ASN, hamil tua lagi, apalagi Fadli 32 tahun-syaminya belum lama ini meninggal dunia. Dela maklum dengan kondisi Nungky, walaupun kadang dia iri karena Kaetini 55 tahun-ibu mertuanya lebih sayang dengan menantu kesayangan itu. Katanya dia bukan ASN dan belum punya momongan. Yang membuat Dela marah, Kartini menyuruh Irfan untuk menikahi Nungky dengan alasan supaya cucunya tidak menjadi anak yatim. Bagaimana kelanjutan cerita ini? Segera temukan jawabnya. Selamat membaca.

Lihat lebih banyak
Aku Nyerah, Mas! Silahkan Ikuti Kemauan Ibumu Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Wijayanti Djatmiko
maaf yq thor..padahal cerita di awalnya cukup menarik....tp kenapa endingnya spt dipaksakan.. maaf . awalnya rumit dan berbelit belit....tp endingnya simpel banget bahkan lakon utamanya tidak diberi kesempatan bahagia dan menemukan cinta yang. lain.... keluarga cemara trutama suaminya dpt azab
2024-04-14 09:17:51
5
user avatar
Darlina
mantap, buat penasaran, ditunggutrs
2024-04-11 13:34:10
1
user avatar
Wijayanti Djatmiko
ga sabaran nunggu updatenya ..ya thor
2024-04-11 11:39:19
1
user avatar
Sri Haryati
Sangat menguras perasaan. cerita yang selalu ditunggu. selalu penasaran dengan kelanjutannya.
2024-04-01 20:40:22
3
user avatar
Wijayanti Djatmiko
maaf thor pingin...updatenya...terus....dicepatin....he..he....pingin lihat si nenek lampir, si suami pengecut g punya pendirian dan si janda ganjen ....dapat azab.....dan Dela ...bahagia mendapatkan pengganti suami yg setia
2024-04-01 13:58:52
4
default avatar
ilmupustaka.19
asli lama banget sih thor. bukan update nya yg lama. tapi jln ceritanya. jdi bikin emosi pmbaca. dbuat gercep gih. buruan ketauan. buruan kena azab tu keluarga cemara.
2024-03-20 05:13:51
5
user avatar
Azirah Ariffin
Irfan, laki tak Guna ...bodoh
2024-03-16 21:38:20
0
user avatar
Sukmawati Madi
nda sabar mnunggu updatenya
2024-03-06 18:01:54
0
user avatar
Zahra Afifah
aq panas dingin empot"an dadaqu baca ingin segera tau akhir ceritanya seperti ap..aa gemes sma si irfan
2024-02-17 14:11:03
1
user avatar
Ummatul Khoiriyah
masih menunggu kelanjutan dan kesuksesan dela tanpa keluarga toxic
2024-02-06 18:18:17
1
user avatar
Sri Haryati
sangat ditunggu episode selanjutnya
2024-02-04 01:45:13
1
default avatar
ilmupustaka.19
bagus tapi krng sat set ceritanya thor,, jdi bener2 mnguras esmosi. udah bab 70an blm masuk inti cerita... kyaknya bkalan panjang neh...
2024-01-26 12:30:03
1
user avatar
Mifta Nur Auliya
Bintang 1,karena dr segi alur terllu berbelit2 dan bertele2,, walaupun ini novel mingguan ,tapi bikin gak enak bacanya,,perlu banyak belajar dr senior2 yg bikin cerita ringkas oadat dan gak betele2 tapi isinya mengena banget.
2024-04-06 23:56:49
0
user avatar
Nina Nadya
terlalu lambat actionnya , membosankan
2024-03-16 19:44:47
1
96 Bab
Bab 1 #Ketika Suamiku Dipinjam.
Bab 1"Dek, pinjem sebentar suamimu, ya." Suara mbak Nung lewat ponsel. Aku berusaha menelan salivaku. Sejenak aku diam untuk menetralisir emosi yang bergejolak dihati. Pelan-pelan kuambil nafas panjang, lalu kubuang dengan kasar."Dek." Suaranya lagi.Aku menggaruk kepala yang tidak gatal, sambil membayangkan kondisi Mbak Nung yang sedang hamil tua, sebenarnya kasihan melihat perutnya yang sudah berat dibawa kemana-mana."Hallo, Dek." Suara manis istri almarhum Mas Fadli kakak iparku."Ya, Mbak Nung." Suaraku kubuat ceria, supaya enak didengar wanita cantik yang sedang menunggu kelahiran anak ke duanya itu."Mas Irfan suruh jemput aku di terminal, ya. Aku sudah tiba sepuluh menit yang lalu," kata Mbak Nung dengan lancar dan jelas. Dia sama sekali tidak mengerti bagaimana perasanku sebagai istrinya Mas Irfan yang selalu dimintai tolong ini dan itu. Juga tidak pernah peduli suamiku sedang sibuk atau santai, pokoknya langsung hajar kalau minta tolong."Ya, Mbak Nung," jawabku, walaupu
Baca selengkapnya
Bab 2 #Dijulidi tetangga dan ibu mertua
Bab 2Bersamaan dengan itu, Mbak Nung muncul dari pintu belakang yang menghubungkan antara rumahku, dan rumah ibu mertua. Sengaja dibuat pintu seperti itu, katanya supaya enak aksesnya."Ayam popnya enak enggak, Dik?" tanya Mbak Nung, dengan senyum yang tulus. Seragam ASN sudah diganti dengan daster longgar. Ditangan kanannya menggelendot Fara, balita cantik yang menggemaskan itu."Enak banget, Mbak. Terima kasih, ya," ucapku. Saking enaknya, sampai aku lupa dengan kekesalanku terhadapnya."Syukurlah kalau enak, Dik. Bisa jadi langganan kalau gitu," katanya sambil duduk di sebelahku.Tidak diipungkiri, Mbak Nung itu orangnya baik, ramah, cantik, dengan rambut hitam lurus sebahu."Iya, enak banget. Terasa bumbunya, beda dengan yang lain," balasku sambil menggerogoti sisa-sisa daging yang menempel di tulang."Ayuk Mbak, sekalian makan," ajak Mas Irfan."Tadi di kantor sudah makan, masih kenyang," balasnya."Fara sudah makan?" tanyaku selanjutnya setelah mencuci tangan. Balita cantik it
Baca selengkapnya
Bab 3 #Terpaksa berkata jujur.
Bab 3"Siapa dia?" desaknya."Ibu ..." Suaraku seakan tercekat. Maaf Mas, terpaksa aku mengatakan dengan jujur, bisikku dalam hati. Setelah menyebut seseorang wanita yang melahirkannya, aku merasa bersalah. Seketika wajah Mas Irfan luruh, dia menunduk sedih. Pasti tidak menyangka kalau Ibunya sendiri yang ikut memojokkanku."Mungkin Ibu tidak bermaksud seperti itu, Yang. Kamu yang sabar, ya," rajuknya setelah sekian menit berlalu, sambil memeluk hangat.Tidak terasa air mataku menganak sungai. Aku membiarkan tubuhku dipeluk Mas Irfan sampai tangisku reda. Lalu kususuti air mata dengan jari."Maafkan Ibu ya, Yang." Mas Irfan melepaskan pelukannya, dipandangi wajahku dengan seksama.Akhirnya aku mengangguk. Mas Irfan tersenyum, senyumanya membuat hatiku tenang.***Selepas subuh aku sibuk di dapur akan membuat nasi goreng, pesanan mas Irfan. Kebetulan masih ada nasi sisa semalam. Sayang sekali kalau dikasihkan ayam, karena masih bisa dimanfaatkan, apalagi dibuat nasi goreng untuk sarap
Baca selengkapnya
Bab 4 #Menginap di Kaliurang
Bab 4Menjelang mahgrib, kudengar mobil masuk halaman rumah. Aku gegas ke depan, mengintip dari balik cendela. Walaupun hati panas dingin, aku tetap ingin melihat mereka.Mas Irfan menggendong Fara yang sedang tidur pulas, Mbak Nung mengikuti dari belakang, tangannya membawa tas kresek warna putih. Kemudian disusul ibu mertua, mereka seperti keluarga yang bahagia, membuatku kian nelangsa.Sungguh, aku sangat cemburu. Aku seperti tidak ada artinya dihadapan mereka, merasa tersisihkan.Mertua yang julid, dan suka mencela. Suami yang selalu dipinjam tanpa memikirkan perasaan istrinya.Aku membuang nafas kasar. Aku sadar kalau aku mempunyai kekurangan, sebagai wanita aku belum sempurna. Kuelus perut yang masih rata, aku juga ingin seperti mbak Nung, mempunyai buah hati.Memang aku bisa apa? Semua ini karena kehendak Nya. Kami belum diizinkan, elum dipercaya mempunyai momongan. Dokter kandungan bilang, aku dan Mas Irfan sehat, tidak ada masalah. Itu yang membuat kami tenang.Rupanya ibu me
Baca selengkapnya
Bab 5 "Ditinggal sendiri.
Bab 5Kulihat layar benda pipih, kedua netraku membulat sempurna. Muncul nama Ibu Kartini, Ibu mertuaku. Jantungku berdegup tidak seperti biasanya, kencang sekali. Sedetik aku terdiam, bingung harus diangkat apa tidak. Kalau tidak diangkat, dipastikan akan marah besar, bisa terjadi perang dunia kedua. Jika diangkat akan merusak acara yang sudah kami tunggu selama ini."Yang! berisik sekali, diangkat aja," titah suamiku dari dalam kamar mandi."I-iyaa.." jawabku. Sebenarnya ingin kukatakan kalau ada telepon dari Ibu. Namun Mas Irfan masih berada di dalam kamar mandi."Assalamualaikum," kuucapkan salam dengan nada bergetar."Walaikumssalam!" Nadanya seperti bariton, membuat hatiku ciut."Delaaa! Lama banget ngangkatnya. Mana bojomu!" teriaknya, membuat telingaku panas."Dikamar mandi, Bu. Seben...." belum sempat selesai kalimatnya sudah dipotong."Cepetaaan! Ini penting!" teriaknya."I-iya, Bu." Lututku terasa lemas, kugedor pintu kamar mandi. Mas Irfan membuka pintu lalu keluar dengan
Baca selengkapnya
Bab 6 #Berlatih Bersabar
Kulihat layar benda pipih, kedua netraku membulat sempurna. Muncul nama Ibu Kartini, Ibu mertuaku. Jantungku berdegup tidak seperti biasanya, kencang sekali. Sedetik aku terdiam, bingung harus diangkat apa tidak. Kalau tidak diangkat, dipastikan akan marah besar, bisa terjadi perang dunia kedua. Jika diangkat akan merusak acara yang sudah kami tunggu selama ini."Yang! berisik sekali, diangkat aja," titah suamiku dari dalam kamar mandi."I-iyaa.." jawabku. Sebenarnya ingin kukatakan kalau ada telepon dari Ibu. Namun Mas Irfan masih berada di dalam kamar mandi."Assalamualaikum," kuucapkan salam dengan nada bergetar."Walaikumssalam!" Nadanya seperti bariton, membuat hatiku ciut."Delaaa! Lama banget ngangkatnya. Mana bojomu!" teriaknya, membuat telingaku panas."Dikamar mandi, Bu. Seben...." belum sempat selesai kalimatnya sudah dipotong."Cepetaaan! Ini penting!" teriaknya."I-iya, Bu." Lututku terasa lemas, kugedor pintu kamar mandi. Mas Irfan membuka pintu lalu keluar dengan tergop
Baca selengkapnya
Bab 7 # Ujian yang bertubi-tubi
Bab 7Aku terbelalak, ketika barang yang aku susun di motor sudah setinggi gunung. Mbok Rah mengambil tali rafia untuk diikat ulang, takut kalau ditengah jalan jatuh berantakan."Pegangi dulu ya, Mbok. Aku ambil ponsel dulu, takut kenapa-napa di jalan," titahku. Kulihat Ibu mertua mengawasi dari jauh. Kuikat ulang seperti yang dianjurkan Mbok Rah, setelah rapi kugoyangkan, ternyata aman. Aku melangkah siap mengendarai. Betapa kagetnya masih ada barang yang belum terangkut. Satu tas kresek yang hampir ketinggalan, akhirnya nongkrong didepan, diatas tabung gas yang terletak di tempat bagian kaki."Hati-hati, ya, Neng Dela," bisik Mbok Rah memberi semangat."Ya, Mbok. terima kasih," Aku duduk agak maju karena terdesak barang yang tersusun meninggi. Sedang yang didepan, ada tabung gas, setumpuk tas kresek , sehingga aku harus mendongak kalau melihat jalan.Bissmillah...Sesampai di perempatan sebelum belok ke Masjid, motor tiba-tiba macet, untung lalu lintas tidak ramai, mesin mendadak
Baca selengkapnya
Bab 8 #Dibandingkan-bandingkan ibu mertua
Bab 8Aku terbangun dari tidur siang, netraku masih sedikit kabur. Aku berusaha mengumpulkan ingatan, sambil mengerjapkan kedua netraku. Bayangan laki-laki yang sangat kukenal, duduk disampingku."Mas Irfan, sudah pulang?" tanyaku setelah ingatan dan pandanganku pulih.Laki-laki yang selama ini kukagumi itu mengangguk, duduknya beringsut lebih dekat, lalu memelukku. Kaki dan tanganku dipijat bergantian, sambil berkata dengan mimik yang lucu."Aduh kacian, pasti capek ya, cini dipijitin cama Papa, yuuuk," celotehnya dengan mimik yang lucu.Aku termenung, dalam hati kesal. Namun, setelah melihat wajahnya yang polos, dan bercandanya yang garing, aku berusaha memberikan senyum ala kadarnya supaya hatinya senang."Udah makan, Mas?" tanyaku, sambil mengingat kira-kira makan pagi apa siang, ya?Aku suka bingung, kalau bangun tidur mendadak seperti ini.Mas Irfan menggeleng."Pingin makan ditemani, Cayang," jawabnya."Oh, ayuk. Eh, ini makan siang, ya," cetusku, masih ragu-ragu."Sana! Basuh m
Baca selengkapnya
Bab 9 POV IRFAN: Ternyata Istriku Sering Menangis
Bab 9 Aku menghela nafas panjang, lalu kuhembuskan pelan setelah menerima telepon dari belahan jiwaku. Mengabarkan kalau dia sedang mengalami hal yang tidak mengenakkan pagi ini. Setelah itu dia mengirim foto keadaan motor yang mengangkut barang dagangan yang dibeli pelanggan, minta diantar kerumahnya.Selintas terbersit wajah ayu, pendamping hidupku, Dela Padma. Aku sering merasa bersalah kepadanya. Disaat Dela membutuhkan bantuan, aku tidak ada disampingnya. Ada saja alasanku. Sedih melihat perjuangan yang tidak ada hentinya.Tidak lama kemudian, Dela mengirim foto kondisi motor yanģ mengalami ban kempes. Hari ini dia sedang banyak ujian, aku sedih melihatnya, dan tidak bisa hadir membantu kesulitannya. Hanya bisa mengarahkannya, aku yakin Dela wanita mandiri, sehingga ujian itu bisa dilewati.Dela sudah banyak berkorban untukku, kadang aku prihatin kalau mendengar cerita dari Mbok Rah. Ibu selelu memusuhinya, apa yang dilakukan selalu salah dimata Ibu. Aku mengenal sifat Ibu k
Baca selengkapnya
Bab 10 #Serba Salah di Depan Mertua
Bab 10 "Bawa ini," kata ibu kepada Mbok Rah, sambil menyerahkan mangkok penuh isi sayur brongkos. Diambil juga telur asin dua butir, dan beberapa potong tempe goreng.Aku hanya bisa menelan salivaku, bingung mau bicara apa, ketika Ibu begitu kalap mengambil macam-macam tapi katanya masakanku tidak enak.Kulihat Mas Irfan membulatkan kedua matanya, mungkin takut kalau sayur itu akan dibuang. Aku menahan senyum. Tadi Ibu mengambil telur asin dan tempe goreng, aku yakin itu tidak akan dibuang. Semoga untuk pelengkap makan siangnya.Kutarik lengan Mas irfan ketika akan mengejar Ibu yang pulang tanpa pamit. Aku memberi sinyal menggelengkan kepala, dengan maksud supaya membiarkan saja."Kalau dibuang gimana, Yang." ada rasa kekawatiran di nada suamiku."Gak mungkin," aku menyela."Ibu orangnya nekad," bisiknya."Tadi membawa lauk lengkap, gak mungkin dibuang," jelasku.Mas Irfan mengernyitkan alis, seakan memikirkan sesuatu, lama sekali dia terdiam, setelahnya baru manggut-manggut."Oh iy
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status