CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER

CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER

Oleh:  Seruling Emas  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 Peringkat
27Bab
670Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Apa yang akan terjadi saat seorang perawat muda tak berpengalaman harus menghadapi pasien yang keras kepala dan putus asa karena penyakitnya tak mungkin disembuhkan? Apa yang harus dilakukannya untuk menyemangati pria yang telah kehilangan banyak hal dalam hidupnya, termasuk kepingan ingatan kehidupannya? Apa yang harus dilakukannya untuk menghapus keinginan mati yang menggerogoti pikiran pasiennya? Demi membiayai ibu dan adiknya yang butuh perawatan rutin, Ranti bersedia menelan semua kata kasar yang dilontarkan pasiennya. Dia akan kembali tersenyum setelah mengusap air mata. Bekerja dengan sungguh-sungguh di bawah ancaman penjara, jika dia melakukan kesalahan fatal yang mengakibatkan Darius berada dalam bahaya. Kehadiran putra Darius sedikit membantunya. Namun dia tak dapat menerima pernyataan cinta pria muda itu. Hatinya telah lebih dulu diisi oleh seseorang. Mungkinkah dia akan mendapatkan kebahagiaan cinta?

Lihat lebih banyak
CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Uci Lurum
Hadir, Kak...
2023-10-27 15:47:06
0
user avatar
Seruling Emas
Mohon dukungannya ...️
2023-10-23 19:19:09
3
27 Bab
Bab 1. Pekerjaan Baru
“Aku tak mau ada orang asing di sini! Usir dia!” Tuan Darius, calon pasien yang akan dirawat oleh Ranti menatapnya nyalang. Mendapatkan penolakan di hari pertamanya bekerja, gadis muda langsung pucat dan tubuhnya gemetar. Bahkan nampan yang disedang dipegang, ikut bergetar di tangannya. Ranti menundukkan pandangan, juga bersembunyi di balik punggung Hendra--pelayan Tuan Darius yang mengajarkannya. Terlihat jelas bahwa gadis itu ketakutan. “Tuan Besar sudah menyetujui untuk mempekerjakan dia, agar Anda tidak perlu lagi berteriak lama-lama saat membutuhkan sesuatu, Tuan,” jelas pelayan itu dengan suara tenang namun penuh ketegasan. “Suruh saja dia kerja di sana!” Darius masih terlihat tak peduli. “Semua pelayan telah Anda pecat. Sementara saya mungkin tidak bisa selalu ada di dekat Anda,” jelas pelayan tua itu sabar. Dari balik punggung Hendra, Ranti bersikap waspada. Kendati dia merengket ketakutan, gadis itu tetap mendengarkan perdebatan yang terjadi di antara dua pria dewasa
Baca selengkapnya
Bab 2. Darius
Pria itu mengangkat wajahnya dari meja. Ekspresinya sangat buruk melihat orang-orang masuk ke dalam kamarnya.“Apakah aku sudah tak punya privasi lagi? Semua orang merasa bisa masuk sembarang waktu ke sini!” serunya kasar.Dokter dan perawat itu tak peduli. Mereka tetap berjalan mendekat dan meletakkan tas lalu perawat mengeluarkan beberapa alat medis ringan.“Saya sangat sedih karena Anda terus melupakan saya, Tuan Darius,” ujar sang dokter dengan nada ramah dan wajah penuh senyuman. Dokter itu mengeluarkan stetoskop dan memeriksanya, sambil si perawat memeriksa tekanan darahnya. Tuan Darius akhirnya diam saja menerima perlakuan itu.“Yah ... sepertinya tekanan darah Anda sedikit tinggi hari ini.” Komentar sang dokter.“Dia marah-marah terus sejak kemarin!” Pak Hendra seakan mendapatkan kesempatan untuk mengadu.“Tolong jangan seperti itu. Sikap yang seperti itu, akan makin memperparah keadaan Anda sendiri!” nasehat sang dokter.“Apakah tadi makannya habis?” tanya sang dokter.“Habi
Baca selengkapnya
Bab 3. Pasien Yang Sulit
Malam hari, dengan keras kepala Ranti kembali masuk ke kamar Darius dan membawakan makan malam pria itu. “Selamat malam, Tuan,” sapanya ramah dan wajah penuh senyum.Darius sedang duduk di tempat tidurnya tapi belum tidur. Pria itu memperhatikan gadis muda yang masuk ke kamar dengan sorot mata permusuhan.“Kau sangat keras kepala!” katanya ketus.“Itu nama tengah saya, Tuan!” sahut Ranti sambil memasang ekspresi lucu untuk mencairkan kemarahan di dada pria itu.“Huh!” Pria itu menggeram marah. Terutama saat melihat gadis itu tetap berdiri di samping meja, menunggunya untuk turun dan makan.“Panggil Hendra ke sini. Aku mau dia yang melayaniku!” teriaknya lagi dengan suara meninggi.“Tuan, Anda jangan terus marah-marah. Itu buruk untuk kesehatan Anda sendiri,” bujuk Ranti sabar. Hanya saja, pria itu sekarang tak bisa disabarkan. Emosinya sudah memuncak.“Hendraaaa ...!”Ranti bisa melihat bahwa Darius sangat marah hingga tubuhnya gemetar dan wajahnya memerah. Dia menjadi takut jika terj
Baca selengkapnya
Bab 4. Ingatan Yang Muncul
Pagi di hari ke dua. Setelah pembicaraan yang menenangkan tadi malam, Ranti optimis bahwa langkahnya akan lebih mudah lagi. Setelah Hendra memberi perintah untuk menyiapkan sarapan, gadis itu segera melakukan pekerjaannya dengan hati riang. Hingga sarapan sudah siap untuk diantar. Dengan memasang senyum di wajah, gadis itu melangkah ke kamar Darius untuk mengantar sarapan pagi.Ranti masuk ke dalam setelah mengetuk pintu dua kali. Namun, dia tak menemukan pria itu di sana. Diletakkannya nampan di meja dan melihat ke kamar mandi yang tertutup. Di sana juga tak ada. Kecemasan mulai menghinggapinya. Dengan cepat dia keluar kamar dan mencari Darius di dalam rumah. Bahkan saat semua sudut rumah dia telusuri dan memanggil-manggil, pemilik rumah yang sedang sakit itu tetap tak terlihat. “Ke mana dia?”Ranti lari ke luar rumah. Dilihatnya pintu depan terbuka, pikirannya langsung buruk. “Apakah Tuan Darius keluar rumah?”“Tuan!”Panggilannya tak memperoleh jawaban.“Pak Hendra!” teriaknya men
Baca selengkapnya
Bab 5. Kecerobohan
Pertanyaan Ranti yang begitu cepat dan bertubi-tubi, membuat Hendra mengerutkan dahi. Namun, dia segera mengerti apa yang terjadi. “Maksudmu Tuan tak ada di rumah?”Melihat mata Hendra yang membelalak terkejut disertai pertanyaan seperti itu, Ranti malah makin cemas. Dia mengangguk tak berdaya. Artinya mereka berdua kehilangan Darius. Hendra menghentikan mobil di jalan masuk depan rumah. Dia memastikan bahwa pagar telah tertutup rapat.“Bagaimana bisa kau kehilangan Tuan?” Suara Hendra sangat tajam menusuk. Menuduh gadis itu tak becus tanpa perlu mengatakannya secara langsung.“Saya mengerjakan tugas yang Anda beri, menyiapkan sarapan. Saat saya mengantar makanan ke kamar, Tuan sudah tidak ada,” jelas Ranti sambil mengikuti langkah Hendra yang sangat cepat.“Apa kau sudah memeriksa seluruh rumah?” tanya pria tua itu lagi.“Sudah. Saya sudah memeriksa seluruh rumah dan halaman depan. Namun, saya tidak bisa memeriksa halaman belakang. Saya tidak menemukan kunci pintu menuju halaman bel
Baca selengkapnya
Bab 6. Tantangan Tuan Dharmajie
Ranti mencari asal suara. Itu berasal dari seorang pria yang rambutnya sudah memutih seluruhnya. Ranti menduga, bahwa itu adalah ayah dari Darius. Dia bergegas berjalan ke sana sambil menunduk. Di samping pria itu, duduk seorang wanita cantik yang penampilan elegannya berhasil menyamarkan garis usia.“Saya, Tuan,” katanya menghadap.“Kenapa Darius bisa hilang dari pengawasanmu? Bukankah kau dipekerjakan untuk mengurusnya!” Wanita cantik itu langsung mencecar Ranti dengan pertanyaan telak.“Saya sedang menyiapkan sarapan untuk Tuan Darius, Nyonya,” jawab Ranti jujur.“Hah! Jangan banyak alasan! Kalau terbukti kau lalai dalam tugas, jangan mengira kami akan melepaskanmu begitu saja!” Pria lain di ruangan memberi ancaman.“Ya! Apa Hendra tidak ada menceritakan padamu bahwa kami telah enuntut salah seorang perawat ke muka hukum akibat melalaikan tugas?” Wanita cantik itu menambahkan informasi yang berrhasil membuat tengkuk Ranti meremang takut.“Maafkan saya, Nyonya. Saya memang mendapat
Baca selengkapnya
Bab 7. Mulai Lupa
Ranti mendapat tugas untuk menjaga Darius yang dirawat di rumah sakit malam itu. Semua orang telah keluar dari ruangan dan meninggalkannya sendirian. Pak Hendra juga telah pergi setelah memberikan bekal makanan untuknya.Tak banyak yang dilakukan gadis muda itu malam hari karena Darius sepenuhnya tertidur dan perawat yang datang memeriksa di beberapa waktu, tidak mengatakan apapun.“Bagaimana keadaan Tuan Darius?” tanya Ranti ingin tahu.“Dia sedang tidur. Akan bangun setelah pengaruh obat habis.”Begitulah jawaban yang diterima Ranti. Akhirnya, gadis itu bisa beristirahat dengan tenang di sofa panjang yang ada di ruang perawatan. Gadis itu membayangkan keluarga dengan perasaan gamang. Betapa kini dia seperti didorong pada sesuatu yang sangat berbahaya.Sejak ayahnya yang bekerja sebagai Ojol meninggal sepulang mengojek, Ranti memang mau tak mau mengambil alih tanggung jawab biaya keluarganya. Karena sang ibu hanyalah penjual gado-gado kecil di depan rumah kontrakan mereka. Adiknya y
Baca selengkapnya
Bab 8. Keluarga Dharmajie Pambudi
Mata Ranti terlihat khawatir. Meskipun begitu, dia merasa ragu jika itu adalah tugas para perawat. “Tuan Darius mungkin ingin ke kamar mandi. Dia mencari Pak Hendra. Mungkinkah ada perawat pria yang bisa menolongnya ke kamar mandi?”Dua perawat itu saling pandang sebelum menatap Ranti heran. Gadis itu memahami arti tatapan itu. Kemudian dia menjawab tanpa perlu ditanya. “Tuan tak mau dibantu oleh pekerja wanita seperti saya.” Gadis itu menunduk. Dia merasa tak berguna sama sekali.Sebelum ada siapapun yang bereaksi, kembali terdengar teriakan keras suara Darius yang memanggil Pak Hendra. Kali ini disertai nada marah yang mungkin mengagetkan semua pasien di lantai itu. Seorang perawat buru-buru lari ke sana dan yang lainnya mengangkat gagang telepon. Ranti ikut mengejar ke ruang rawat tuannya.“Di mana Hendra!” bentak Darius kasar. “Apa dia sudah bosan kerja?!”“Pak, ini rumah sakit. Pelayan Anda tidak ada di sini. Katakan apa yang harus kami bantu,” katanya menenangkan.Darius menata
Baca selengkapnya
Bab 9. Kebencian Keluarga
Ranti berdiri kaku di balik daun pintu, mendengar umpatan tak pantas itu. Bagaimana mereka berharap kakaknya segera mati? Seburuk apa pun sikap Darius, dia tetaplah anak tertua keluarga Dharmajie.“Mau apa kau di sana!”Seruan Darius menyadarkan Ranti. Tangannya masih gemetar saat menutup rapat pintu ruangan. Segera dia menghampiri tempat tidur. “Apa Tuan butuh sesuatu?” tanya Ranti sigap.“Buang saja kue itu. Mereka telah meracuninya!” perintah Darius.“Tuan, jangan terus berprasangka buruk. Kue ini dari toko. Saya sendiri yang membuka kemasannya,” bujuk Ranti.“Kalau kau mau, makan saja! Tapi aku tidak bertanggung jawab jika kau tiba-tiba sakit atau mati!” ujarnya masih degan suara ketus.Ranti akhirnya diam. Dia tak mau berdebat lagi. Itu hanya akan membangkitkan kemarahan pria itu. Dia menyingkirkan kue itu dan meletakkannya di atas meja untuk dinikatinya nanti. Kue spesial dari toko kue terkenal. Belum tentu Ranti bisa membelinya. Alangkah sayang untuk dibuang.“Telepon Hendra un
Baca selengkapnya
Bab 10. Oscar Xander
Ranti akhirnya mengeluarkan tantangan untuk dirinya sendiri. Jika dia tak mampu membuat Darius bersikap lebih baik dari ini, maka dia lebih baik mengundurkan diri, sebab tugasnya sudah gagal.Wajah Darius benar-benar tak sedap dipandang, tapi dia menjawab dengan sangat cepat. “Aku terima tantanganmu!”Sekarang, bantu akau ke kursi roda sialan itu!” ujar pria itu kasar.Ranti bergerak cepat membantu Darius ke kursi roda dan membantunya ke kamar mandi. Gadis itu mendorong kursi roda hingga masuk ke kamar mandi, mendudukkan pria itu di toilet, baru keluar dan menutup pintu.“Jika sudah selesai, Tuan bisa berteriak memanggil saya,” ujarnya satar.Darius mendengus dengan wajah memerah. Sekarang, dia harus berusaha keras untuk bisa melepaskan pakaian bagian bawahnya. Ternyata itu tidak semudah yang dia kira. Gerak tangannya yang sedikit gemetar, memperlambat kerjanya.“Hendra! Akan kupotong gajimu sebulan!” umpatnya kesal.Ranti menunggu cukup lama di depan pintu. Dia sebenarnya khawatir de
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status