Share

Disakiti Suami Dikejar CEO
Disakiti Suami Dikejar CEO
Penulis: Mom'ay

Bab 1. Pengkhianatan Erick

Awalnya, hidup Alissa sangat bahagia. Namun, semua berubah saat Alissa mendadak sakit. Karena kondisi yang lemah, ia sekarang tidak dapat melayani suaminya Erick, dengan baik. Justru sebaliknya, Erick lah yang melayaninya. 

Di dalam kamar, Alissa baru saja menyelesaikan makan malamnya dengan bantuan Erick. "Mas, maaf! Harusnya aku yang melayani kamu, tapi sekarang ...." Tiba-tiba jari telunjuk Erick menyentuh bibir Alissa; menghentikan ucapan Alissa.

"Ssst! Kamu ngomong apa sih, Sayang? Sudah, jangan dipikirkan lagi!" pinta Erick. Alissa pun hanya bisa mengangguk, pasrah menuruti apa yang diucapkan suaminya.

"Oh ya, kamu belum minum obat kan? Biar aku panggilkan Riana supaya menyiapkan obat untukmu." Alissa mengangguk, Erick pun beranjak pergi dan meninggalkan Alissa sendiri di kamarnya.

Alissa termenung, merutuki dirinya sendiri yang tidak berdaya karena sebuah penyakit. Ia tidak mengerti, sebenarnya sakit apa dirinya. Kenapa semakin hari tubuhnya semakin lemah, seakan mati rasa? Erick tidak pernah memberi tahu ia sakit apa, tapi Alissa sepenuhnya percaya bahwa Erick akan melakukan yang terbaik untuknya.

Suara pintu terbuka, tampak Riana masuk ke dalam kamar. Lima bulan yang lalu Riana datang sebagai pengasuh putrinya, Ellena. Namun sejak Alissa sakit, Riana juga yang merawatnya.

"Sudah waktunya untuk minum obat, Nyonya!" ucap Riana seraya melarutkan obat. 

"Kenapa obatnya harus dilarutkan?" tanya Alissa, penasaran. Selama ini Alissa bertanya-tanya, kenapa ia selalu minum obat dengan cara dilarutkan seperti itu? Tidak seperti minum obat pada umumnya.

"Saya tidak tahu, Nyonya! Kata Tuan memang seperti ini." Alissa hanya mengangguk mendengar jawaban Riana.

Riana memberikan larutan obat itu pada Alissa. Alissa pun menerima obat itu, namun tatapannya tertuju pada wajah Riana yang kini tampak berbeda dengan saat pertama kali ia datang. Sekarang wajah Riana nampak sangat cantik dan terawat.

"Riana! Kamu makin cantik ya sekarang," ucap Alissa. Seketika Riana menjadi gugup, ia langsung salah tingkah di hadapan Alissa. 

"Ma-maaf! Apa saya tidak boleh memakai riasan? Kalau begitu, biar saya hapus riasan saya," ucap Riana, sementara tangannya mengusap wajah untuk menghapus riasannya.

"Boleh, boleh! Maaf, Aku cuma penasaran saja tadi. Jangan dihapus!" sahut Alissa, merasa bersalah. Sedangkan Riana, menundukkan kepala serta tersenyum licik melihat Alissa.

Alissa mengarahkan gelas obat yang ia bawa ke mulutnya. Namun, ia merasa berat sekali untuk meminumnya. Ia teringat saat setiap kali minum obat, maka ia akan langsung tertidur pulas seperti orang pingsan. Bahkan saat bangun dari tidurnya, ia merasa tubuhnya semakin lemas. Ingin sekali Alissa menolak minum obat itu, tapi ia tidak enak hati pada Erick yang telah berusaha menyembuhkannya.

Begitu lama gelas obat itu di dekat mulut Alissa, tapi ia masih enggan untuk meminumnya. Tiba-tiba ia berpikir untuk tidak minum obat itu. Ia ingin tetap terjaga untuk memberi kejutan pada Erick. Malam ini ia ingin melayani Erick; ia ingin menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri.

"Nyonya! Ada apa? Kenapa tidak segera diminum?" tanya Riana.

Alissa tersentak, lalu menjauhkan gelas itu dari mulutnya. "Riana, aku baru ingat kalau tissue ku habis. Tolong, ambilkan di lemari itu!" pinta Alissa, seraya menunjuk lemari untuk mengalihkan perhatian Riana. 

Riana mengangguk, lalu berbalik menuju lemari untuk mencari tissue nya. Alissa pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia segera menuang larutan obat itu ke selimut tebal miliknya dan menyisakan sedikit agar Riana mengira ia sudah meminumnya. Lalu Alissa menaruh gelas itu di meja.Tak lama, Riana kembali dengan membawa tissue yang Alissa minta. 

Riana pun tampak tersenyum puas melihat gelasnya sudah kosong. Sementara Alissa, ia juga sangat senang karena berhasil mengelabuhi Riana. Akhirnya, ia bisa memberi kejutan pada Erick.

Lima menit kemudian, Alissa memulai aksinya. Ia pura-pura tertidur di depan Riana. "Hoah, obatnya mulai bekerja, Riana! Aku istirahat dulu ya!" pamit Alissa, seraya memasang selimut di tubuhnya lalu memejamkan mata.

Cukup lama Alissa pura-pura tidur, tapi ia tidak mendengar Riana keluar dari kamarnya. Alissa pun bertanya-tanya dalam hati, 'apa yang sedang dilakukan Riana? Kenapa ia tidak keluar?' 

Sementara itu, Riana sedang berdiri di depan meja rias. Ia ingin membenahi riasan yang sudah ia hapus tadi, karena ia harus tampil cantik malam ini.

Tak berselang lama, terdengar suara pintu terbuka. Lalu, terdengar langkah seseorang masuk ke dalam.

"Bagaimana Sayang? Apa obat untuk istriku sudah bekerja?" tanya Erick, lalu merengkuh tubuh ramping Riana dari belakang.

Riana tersenyum senang, seketika ia membalikkan tubuhnya menghadap Erik seraya melingkarkan tangannya pada leher Erick. "Tentu sudah, Sayang! Aku kan tidak mau melewatkan malam kita."

Deg

Tenggorokan Alissa tercekat, mendadak nafasnya sesak kala mendengar panggilan sayang suaminya pada Riana. 'Apa ini? Apa yang terjadi?' ucapnya dalam hati.

Bibir Alissa bergetar, wajahnya terasa panas, sementara matanya semakin terpejam erat karena menahan amarah. Alissa mengurungkan niatnya untuk memberi kejutan pada Erick. Ia akan tetap berpura-pura tidur untuk mencari tahu yang sebenarnya.

"Hm, bagus! Malam ini, kamu cantik sekali Sayang. Ayo, layani aku sekarang!" ucap Erick.

"Apapun akan kulakukan untukmu, Sayang." Riana menarik dan menggiring Erick hingga keduanya terjatuh duduk di tepi kasur. Tanpa keduanya sadari, Alissa yang sedang berbaring di sampingnya masih terjaga.

Hati Alissa berdenyut nyeri, sakit bagai tertusuk ribuan duri kala merasakan dua orang di sampingnya bercumbu mesra. Sepanjang malam ia harus mendengar dan merasakan suaminya bercinta dengan wanita lain di ranjang yang sama dengannya. Untuk pertama kalinya ia merasa sangat hancur. Di dalam selimut, kedua tangan Alissa terkepal begitu kuatnya. Sebisa mungkin ia harus bisa menahan amarahnya, ia tidak ingin gegabah, ia harus tahu apa yang sebenarnya Erick inginkan darinya.

.

Alissa baru saja membuka matanya. Ia bangun lalu duduk bersandar pada headboard. Ia melihat ke arah sekelilingnya, tidak ada Erick di sana. Tak lama kemudian ia melihat Erick masuk dengan membawa makanan serta obat yang harus ia minum. Erick pun menaruh makanan itu di meja kamarnya.

"Sayang, kamu udah bangun? Udah waktunya sarapan. aku suapi ya?" Alissa tersenyum kecut, Ia merasa telah tertipu mentah-mentah oleh Erick. Sekarang, baginya Erick hanya seorang manusia bermuka dua. Seperti laki-laki sempurna, namun nyatanya tak lebih dari laki-laki brengsek. 

"Biar aku sendiri, Mas! Bukankah kamu harus segera ke kantor?" 

"Itu bisa nanti, Sayang. Yang terpenting sekarang adalah kamu," sahut Erick. 

"Tidak, Mas! Aku juga ingin belajar mandiri, nggak bergantung sama kamu terus." Erick mengerutkan keningnya, entah kenapa ia merasa Alissa sedikit aneh hari ini. Namun sejurus kemudian, ia mengabaikan perasaannya. 

"Baiklah! aku berangkat ke kantor dulu ya, Sayang," pamit Erick, seraya mencium kening Alissa sebelum pergi. Alissa bergeming, ia hanya diam tak menanggapi Erick.

Setelah Erick pergi, Alissa pun memakan sarapannya. Lalu mengambil larutan obat yang ada di meja. Tapi, tiba-tiba ada kucing miliknya yang lompat dari arah samping dan menyenggol tangannya. Alhasil obat itu pun tumpah ke lantai. Kucing itu ternyata tidak pergi; kucing itu meminum larutan obat yang menggenang di lantai. Namun, seketika mata Alissa terbelalak, ia sangat terkejut saat melihat kucingnya itu tiba-tiba mati.

"Obat apa sebenarnya ini? Kenapa kucing ini mati?"

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Be___mei
Sangat bagus, penyampaiannya ringan tapi nggak ngebosenin. Semangat kaka author .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status