Share

Bab 19

Aku menggeleng pelan setelah membaca pesan dari Mbak Dita. Entah apa alasan hingga ia begitu membenciku? Hingga selalu mendoakan hal buruk atas apa yang kami capai.

Sejak ia masuk ke dalam keluarga kami, tak sekali pun Mbak Dita menganggapku ada. Dia hanya memanggilku saat membutuhkan tenagaku, selebihnya dia hanya membisu.

Aku tak heran dan sadar diri, di dunia ini bukan persaudaraan yang dicari, melainkan banyaknya materi.

"Udah salat belum, Dek?"

Aku menoleh, menatap lelaki yang kini berdiri di mulut pintu. Seketika kenangan bersama mbak Dita lenyap begitu saja.

"Eh, belum, Mas." Aku letakkan ponsel di atas meja.

"Lihat apa sih? Kok sampai lupa belum salat ashar?" Mas Bima mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja. Dia menghela napas ketika membaca pesan dari Mbak Dita. Aku memang belum keluar dari aplikasi berwarna hijau itu, ponsel hanya kututup.

"Mikirin omongan Mbak Dita?" tanyanya seraya menatap lekat netra ini. "Motornya dikembaliin ke ayah saja kalau begitu."

"Jang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status