Share

Bab 20

"Atas bukti apa, Bapak menuduh istri saya?" tanya Mas Bima penuh penekanan. Aku tahu, dia tengah berusaha menahan gejolak amarah dalam dada.

"Kalau bukan Ratna siapa lagi? Hanya dia yang ada di rumah tadi?"

"Anda yakin jika kehilangan jam tangan hari ini? Bukan kemarin atau lusa?"

Lelaki yang duduk di samping Bu Susan itu terdiam. Pasti dia tengah berpikir sejak kapan ia kehilangan benda berharga itu.

"Papa yakin menaruhnya di laci? Jangan-jangan gak papa bawa pulang lagi?"

"Papa ingat kok, Ma. Em... aku taruh di laci."

"Coba diingat-ingat lagi, Pa. Gak baik menuduh orang tanpa bukti."

Suami Bu Susan kembali diam. Lagi-lagi dia berusaha mengingat benda penting yang menjadi perdebatan.

"Papa yakin, Ma. Ada di dalam laci kok."

"Sudah dicari di rumah, Bu? Barang kali terjatuh atau lupa menaruhnya."

Aku mencoba memberi usul. Karena aku sendiri tak pernah melihat benda mahal yang baru saja lelaki itu katakan. Bagaimana aku mengambil jika barangnya saja tidak tahu. Tuduhan itu benar-ben
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Meyke Sartika
Sanar Rat, Allah tdk tidur. Dgn bgt mungkin saatnya suamimu menunjukkam jati dirinya sbg anak seorang pengusaha. Dan dgn peristiwa itu juga, mas Bima akan lbh paham bhw sbg seorang istri itu hrs berada di rmh utk mengabdi kpd suami, mengurus rmh tangga bkn bekerja memenuhi kebutuhan hdp rmh tangga.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status