Share

Kesenangan Satu Malam: Jahatnya Suami Triliuner
Kesenangan Satu Malam: Jahatnya Suami Triliuner
Author: Pohon Camellia

Bab 1

Di sebuah kamar hotel VIP, suasana di dalamnya dipenuhi ambiguitas kenikmatan dan beberapa pakaian berserakan di lantai.

Sinar matahari yang masuk dari jendela, samar-samar menyinari selimut yang menutupi pria dan wanita yang sedang tidur di kasur yang besar.

Suara ketukan pintu yang tergesa-gesa membuat kening Karina Valerio berkerut. Dia membalikkan badannya dengan perasaan tidak nyaman.

Kepalanya terasa sangat sakit, tubuhnya terasa nyeri seperti habis tertindih sesuatu. Ketika dia mengangkat tangannya untuk mengusap kepalanya, dia menyadari ada sesuatu yang hangat menempel di belakangnya.

Karina Valerio pun terbangun dengan kaget, tubuhnya menjadi kaku seperti patung. Dia perlahan menundukkan kepalanya, mendapati ada sebuah tangan besar terlentang di depan dadanya.

Sekujur tubuhnya seketika merinding. Ketika rasa panik menyerang dirinya, dia pun berteriak dengan keras.

Suara teriakan itu langsung membuat pria di sampingnya terbangun. Begitu si pria melihat Karina, sorot matanya seketika meredup dan dia bangkit duduk.

"Keluar!"

Suara pria itu sangat dingin, membuat Karina semakin merinding. Kemudian, Karina semakin panik ketika menyadari dirinya telanjang bulat.

Melihat Karina tidak bergerak, pria itu mengulangi perkataannya dengan kesal, "Jangan paksa aku untuk mengulanginya lagi, keluar dari sini!"

Karina gemetar. Dia sedang memunggungi pria itu, jadi tidak tahu siapa pria di belakangnya.

Sekarang hanya ada satu hal yang terlintas di benaknya, yaitu segera pergi!

Tepat pada saat ini, pintu kamar terbuka dengan keras dan sekelompok orang masuk.

Seorang pria tampan berjalan ke depan melewati kerumunan. Begitu dia melihat dua orang di atas kasur itu, dia tiba-tiba merasa takut dan keringat dingin muncul di dahinya. Dia menatap pria di kasur yang raut wajahnya terlihat masam sambil berkata, "Rafael, kamu sudah bangun, ya."

"Ah!"

Tiba-tiba dikelilingi beberapa orang asing membuat Karina sekali lagi berteriak keras. Dia mencengkeram sudut selimut yang menutupi dirinya dengan erat. Saat ini, dia tidak mengerti mengapa ada begitu banyak orang asing di kamarnya, apakah mereka semua adalah kawanan perampok?

"Diam!"

Pria di sampingnya, Rafael Stalin, menatap Karina dengan tidak senang. Sorot matanya penuh dengan ketidakpedulian.

Karina segera menutup mulutnya sambil memandang sekelompok orang yang masuk itu. Bibirnya terlihat pucat, dia membisu seperti telah kehilangan kemampuan untuk berbicara.

Wajah tampan Rafael terlihat sangat masam. Selimut perlahan-lahan terlepas dari tubuh Rafael, memperlihatkan postur tubuhnya dan otot perutnya yang proporsional dan memikat. Meskipun bagian bawah pusar perut masih tertutup selimut, tidak dapat menghalangi orang-orang untuk berkhayal. Hanya saja, saat ini tidak ada satu pun yang punya waktu untuk menikmati pemandangan seperti itu.

Tidak ada yang berani bersuara, mereka takut akan membuat pria yang dikenal seperti raja di neraka ini marah.

Rafael duduk menyilangkan kakinya, mengusap-usap pelipisnya sejenak, lalu mengamati orang-orang di dalam ruangan. Akhirnya, pandangannya tertuju pada pria tampan yang berbicara tadi dan bertanya dengan dingin, "Ide siapa ini?"

Pria tampan itu seketika merinding sampai tidak bisa berbicara dengan jelas, "Ini ... ini ...."

Rafael memiliki suasana hati yang buruk setiap bangun tidur. Hari ini, dia menemukan seorang wanita asing di sampingnya saat bangun. Kemudian, pria tampan itu tidak menjawab pertanyaannya setelah dia bertanya. Semua ini membuatnya semakin kesal.

Dia menoleh ke Karina lagi. Saat ini, Karina terlihat sangat pucat, sekujur tubuhnya gemetar, tangan kecilnya memegang erat selimut seperti ingin membungkus dirinya menjadi sebuah bola.

Setelah melihat sekilas, Rafael membuang muka dengan ekspresi rumit.

Dia bisa menebak apa yang sedang terjadi. Dia mengacak-acak rambutnya dan berkata dengan kesal, "Jonny Suman."

"Ya!"

Pria bernama Jonny itu segera menyahut. Melihat sepasang mata yang gelap seperti batu obsidian yang menatapnya dengan dingin seperti es, Jonny seketika membeku di tempat.

"Sebaiknya nanti kamu beri aku penjelasan yang masuk akal. Sekarang, keluar dari sini," ujar Rafael.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status