Share

Keputusan

Hari sudah gelap saat Nadia sampai di kos miliknya. Namun Nadia enggan menyalakan lampu. Dia ingin sejenak berada di dalam kegelapan. Dia ingin meratapi nasib buruk yang sedang ia terima saat ini.

Rasanya tubuh Nadia begitu lelah seperti baru saja di timpa beban beratus-ratus ton beratnya. Begitu banyak energi yang Nadia habiskan sore tadi. Berdebat dengan Ega yang tak membuahkan hasil sangatlah melelahkan ternyata. Hal itu semakin membuat Nadia merutuki dirinya sendiri akan kebodohannya.

Nadia tak tahan lagi, direbahkan tubuhnya diatas kasur lantai miliknya. Mencoba meletakan seluruh masalah yang sedang ia hadapi. Dan sesaat kemudian handphonenya berbunyi. Notifikasi pesan wa yang terdengar nyaring di heningnya kamar mampu menyita konsentrasi Nadia yang sedang berbaring.

'Selamat siang Nadia Hangesti

Kami dari Bank ***** ingin menginformasikan bahwasanya Nadia lolos seleksi seleksi wawancara. Maka dari itu Nadia dimohon untuk segera menghubungi HRD kami guna menindaklanjuti informasi tersebut pada jam kerja. Terimakasih.'

Seketika Nadia terduduk, dan berulang kali membaca pesan wa itu. "Okey....saatnya gue harus memperbaiki semuanya, bertanggung jawab atas apa yang telah gue perbuat." Nadia berdialog dengan dirinya sendirj.

Tanpa berfikir panjang, Nadia segera mengemasi barang-barangnya yang masih tertinggal di kos. Menatanya serapi mungkin agar semua bisa masuk ke dalam tas ransel yang ia miliki. Dia terlihat begitu bersemangat. Rasa lelah beberapa saat yang lalu sempat menghampirinya serasa hilang seketika. 'Gue gak akan balik ke sini lagi' Ucap Nadia dalam Hati.

-----

Nadia Hangesti, nama yang ia sandang sejak ia dilahirkan ke dunia oleh ibunya. Nadia terlahir di keluarga yang berkecukupan. Ibunya seorang ibu rumah tangga, sedang ayahnya seorang guru. Nadia tumbuh dalam keluarga yang hangat. Nilai-nilai agama tertanam kuat di kehidupan Nadia hingga ia tumbuh menjadi seorang gadis manis yang santun dan baik hati.

Nadia memiliki seorang kakak perempuan yang berbeda 2 tahun darinya. Nayla Anggraini, kakak yang teramat sayang dengan Nadia, yang kurang dari seminggu ini akan mengakhiri masa lajangnya dengan pria idamannya.

"Lo Nad, kok kamu dirumah." Kak Nayla begitu terkejut melihat Nadia yang sedang memarkirkan motornya di teras rumah.

"Iya, baru aja sampai kak." Jawab Nadia santai.

"Bukan gitu maksudnya, kamu ini lho sudah dirumah aja, padahal tadi siang kakak wa masih di Semarang." Selidik sang kakak.

Nadia hanya tersenyum. "Aku pingin pulang, kangen Kak Nay, kan bentar lagi aku ditinggal nikah." Rengek manja Nadia sambil memeluk kakaknya.

"Iihh...apaan si peluk-peluk, kamu bau keringet ahh Nad." Kak Nayla menggeliat dipeluk Nadia dengan erat. Mencoba melepaskan pelukannya namun gagal.

"Kamu tu ya, balik dari Semarang kok malem-malem Nad, siap-siap diomeli ayah kamu nanti." Segera Nadia melepaskan pelukannya, melihat kearah jam tangan yang melingkar di lengan kirinya. Memang jarum jam sudah menunjukkan hampir jam 10 malam. Pas kan bila Kak Nayla berkata seperti itu.

"Aku gak betah lama-lama di Semarang kak, pingin cepet-cepet pulang."

"lahhh...kan bentar lagi diwisuda to, nanti habis wisuda juga balik ke Solo. Kamu ini aneh." Tak ada balasan dari Nadia atas ucapan kakaknya itu. Nadia hanya tersenyum.

"Senyum-senyum,, udah sana ketemu ayah sama ibu, kak Nay mau beli gula di warung." Nadia mengangguk, mematuhi perintah kak Nayla.

-----

Setelah Nadia selesai mandi dan ganti baju, Ia bergabung dengan orangtuanya dan kak Nayla yang masih ngobrol di ruang tv. Padahal ini hampir tengah malam, namun obrolan mereka masih berlanjut. Ditambah dengan kedatangan Nadia yang tiba-tiba membuat pembicaraan beralih tentang kesiapan wisuda Nadia dan segala macam urusan perkuliahan. Seolah Nadia sedang diinterogasi kan.

Nadia tak mau membuang waktu. setalah sesi tanya jawab soal perkuliahan selesai, Nadia merasa ini waktu yang tepat untuk mengutarakan niatnya. "Ayah, Ibu, Kak Nayla, Nadia mau ngomong sesuatu, yang serius." Obrolan ibu dan kak Nayla tentang persiapan pernikahannya Kak Nayla terhenti seketika. Mereka langsung mengarahkan pandangannya kepada Nadia, begitu juga dengan sang Ayah.

"Apa nduk, kamu mau ngomong apa?" Tanya sang Ayah dengan sangat lembut.

"Jangan bilang kamu mau minta nikah juga nduk." Canda Ibu dengan tersenyum memandang Nadia. Sedang kak Nayla hanya diam, khikmat mendengarkan.

"Eeemm...Nadia minta izin....."

"Izin apa?" Tanya ayah kembali, terlihat sangat tak sabaran.

"Nadia minta izin mau kerja di Jogja. Nadia sudah keterima kerja di salah satu bank di Jogja. Nadia berangkat Senin depan. " Semuanya terdiam, terkejut dengan keputusan Nadia yang sangat tiba-tiba.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status