Share

8. Penutupan Kasus

Satu Tim itu berkumpul di ruang otopsi. Secara langsung, mengotopsi jenazah.

“Pada darah yang di temukan, terdapat golongan darah A+. Yang di mana, darah tersebut di temukan di baju milik korban. Sepertinya, korban berusaha untuk melawan. Juga, terdapat sayatan pisau di bajunya. Tentunya, darah tersebut berbeda dengan darah korban yang mana Korban bergolongan darah B+,” jelas Alana.

Lili memperlihatkan beberapa luka yang berada pada tubuh korban. “Ada cakaran pada perutnya. Rambutnya juga hampir terlepas. Ada ikatan yang kuat pada pergelangan kedua kaki dan tangan. Sepertinya, korban di ikat dengan kuat. Apa yang telah mereka lakukan? Apa mereka menariknya?” kata Lili.

“Kemungkinan besar itu dapat terjadi. Tulang atas tangan kanan yang retak dan sebelah kiri terlepas.” Alana melihat hasil CT scan dari tubuh korban.

****

"Tempat kediaman Pak Sudi dengan peternakan sapi milik Pak Edi, apakah memiliki jarak yang jauh?" tanya Bima.

Sudi menahan jantungnya seraya batuk-batuk. "Rumah saya paling dekat dengan peternakan sapi tersebut. Sehingga, mungkin itu menjadi alasan Pak Edi mempercayakannya kepada Saya."

"Sebelumnya apa ada kendala? Apa Pak Sudi merasakan ketidaknyamanan?" tanya Athur.

"Hanya sedikit sakit bagian Dada sebelah kiri, mungkin kecapekan. Obat saya memang sudah habis. Ya, hal biasa, nanti juga reda." Lalu Sudi menarik napasnya.

“Bapak perlu obat apa? Biar kami yang menyediakan,” tanya Athur.

“Tidak usah, di tidurkan sejenak saja akan kembali pulih,” jawab Sudi, dengan kerendahan hatinya.

"Baik, apakah setiap malam sapi-sapi itu tentram?" tanya Bima terhadap Sudi.

"Setiap malam memang jarang ada suara sapi. Namun ... waktu saya terbangun tengah malam, saat hari jumat awal-awal Pak Edi pergi sekitar 2 hari, sapi-sapi itu ramai mengeluarkan suaranya, tidak seperti biasanya. Saya hanya mengecek dari rumah saja. Pintunya juga aman, gemboknya masih terkunci. Saya kira itu bukan masalah yang besar." jelas Sudi. Karena suaranya yang serak dan tidak jelas, sehingga sedikit sulit untuk mencerna perkata yang disampaikan Sudi.

"Mohon maaf Pak, bisa ulangi perihal waktu dari suara itu dengan keberangkatan Pak Edi?" tanya Athur.

"Jadi, sapi-sapi itu, bersuara di hari itu saja, tidak seperti biasanya. Di mana, itu hari ke-2 Pak Edi telah pergi keluar kota," jelas Sudi.

"Sampai hari ini, sapi-sapinya masih bersuara di jam yang larut itu?" tanya Bima.

"Jarang ... hampir tidak pernah."

****

"Kematiannya sudah di pastikan, pelaku melakukannya di hari ke-2 setelah Pak Edi pergi." jelas Bima.

"Alasan apa yang mendasarinya?" tanya Alana.

"Sapi itu makhluk yang peka. Peka terhadap suara manusia. Tidak mungkin, ketika pelaku melakukan aksinya, tidak ada suara. Termasuk langkah kakinya dalam aksinya, memiliki suara." ucap Bima. "Tapi kita tidak bisa mengklaim bahwa itu terbukti. Bisa saja ada hal lain, yang membuat sapi itu bersuara. Seperti yang dijelaskan Pak Sudi. Bahwa, tembok dan pintunya aman."

"Di umurnya yang sudah menginjak 80 tahun, tentunya sudah dipastikan penglihatan Pak Sudi sudah ... ya! Perlu dipertanyakan," tukas Alana. "Bolehkah saya meminta untuk memberikan pertanyaan terhadap Pak Sudi?"

****

"Bisa Bapak deskripsikan hari itu, ketika suara sapi itu ramai, apa yang Bapak lihat?" tanya Alana.

"Malam i-itu—" suara yang serak seperti menahan kesakitan. Lalu, Sudi memegang jantungnya seraya sesak napas.

Membuat Alana dan Bima terkejut saat itu. "Apa ada masalah, Pak?" tanya Alana. "Bim! Telepon ambulans!" pinta Alana.

"Enggak mungkin, Na! Sekitar sejam ambulans sampe sini," jawab Bima. Bima berlari mengambil tabung oksigen di markas. “Panggil Lili dan Athur.”

Sedangkan Alana berusaha membawa Sudi ke tempat yang lebih aman dan tidak sempit. Sehingga, siklus udara yang masuk dapat di hirup. Alana berusaha melakukan pertolongan pertama kepada Sudi. Hingga, Sudi tak sadarkan diri. Alana terus memompa jantung dengan manual menggunakan kedua tangannya. Sementara itu ...

Lili dan Athur yang melihat itu langsung bergegas membantu Sudi. Bima berlari mengambil tabung oksigen, berusaha memberikan yang terbaik untuk Sudi.

Suasana Di Markas saat itu, di penuhi rasa khawatir dan gelisah. Suasana yang panas, hanya di bantu dengan satu kipas angin kecil.

Semua orang di ruangan itu berlalu lalang berusaha menyelamatkan nyawa seseorang. Dengan keringat yang mengucur deras. Sudi saat itu sudah pucat dengan suhu badan yang mulai dingin. Hingga dimana, Sudi mulai tak sadarkan diri.

Namun, usaha mereka tidak sampai situ. Mereka terus memberikan oksigen dan memompa jantung Sudi. Walaupun, mereka mengetahui bahwa Sudi telah tiada.

"Enggak! Nggak!" sergah Athur.

Bima menahan tubuh Athur. "Athur! Lo nggak boleh kaya gini!"

Alana menggelengkan kepalanya dengan pelan, seraya menahan air matanya yang hendak keluar.

"Rabu, pukul 13.05, Pak Sudi telah mengembuskan napas terakhirnya," ucap Alana, seraya menunduk.

Mendengar itu, mereka semua berusaha tegar. Berkat Sudi, semua kasus ini hampir saja terpecahkan. Bagi Tim, Sudi bagaikan pahlawan, yang membantu mereka tanpa imbalan. Sudah sangat jauh perjuangannya mengikuti agar masalah ini segera terpecahkan. Bahkan, bisa di katakan seusianya sudah seharusnya untuk tidak banyak pekerjaan.

"Terima kasih Banyak, Pak Sudi." Kalimat yang selalu saja Alana katakan.

Sudi sudah di tangani oleh keluarganya. Kasusnya, secara paksa di berhentikan. Karena, tidak ada saksi lagi. Saksi kedua Edi, Edi tidak tahu banyak mengenai kasus ini. Karena, memang telah terbukti. Bahwa, Edi bersama keluarganya memang pergi keluar kota. Begitu pun, dengan Sudi. Tidak ada jejak yang menunjukkan bahwa Sudi bersalah. Sudi berpulang, karena terkena serangan jantung.

Jenazah perempuan itu, telah dikuburkan tanpa identitas. Namun, masih tetap di bagikan selembaran kertas mengenai identitas mengenai jenazah perempuan itu. Dengan sangat berharap keluarganya dengan cepat mengetahui.

Namun, Alana memang pribadi yang memiliki keinginan tau dan kewaspadaan yang sangat tinggi. Sehingga, sedikit mengganjal mengenai jenazah perempuan yang di temukan tersebut. Karena, kematian Sudi sudah di buktikan bahwa Sudi terkena serangan jantung. Sehingga, tidak ada jawaban lagi.

****

"Apakah kita akan benar-benar menutup kasus ini, Bim? Bagaimana jika pembunuhnya masih berkeliaran?" tanya Alana dengan cemas.

"Dari semua kasus yang telah kita tangani, hanya kasus ini yang sulit terpecahkan," timpal Athur.

"Tak ada jalan lain, selain menutup kasusnya. Beberapa upaya telah kita sebarkan baik luar maupun dalam negeri. Kita akan mencarinya kemana lagi? Dari bukti DNA yang cocok saja, tak ada yang mengarah ke pelaku. Sedangkan sanksi hanya Pak Sudi dan Pak Edi, keluarga Pak Sudi juga tak cocok dengan DNA tersebut," tutur Lili.

Bima menimpal seraya menyetir. "Kemungkinan besar, jenazah itu dibuang dari tempat yang sangat jauh. Dan tak ada pihak keluarga yang mengakuinya, kasus ini juga dilaporkan oleh warga setempat."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status