Share

9. Selingkuh

Setelah berpikir dan memilih tempat tinggal. Malam itu, Alana memilih tinggal di Apartemen. Alana sudah memilih untuk tidak tinggal bersama keluarganya lagi. Bukan lepas tanggung jawab. Hanya saja, di dalam posisinya, Alana selalu berkelahi dengan pikirannya. Tidak mudah jika harus bersama-sama lagi.

Alana berdiam diri seraya melihat lampu kota yang sangat indah di Rooftop, seraya meminum Americano kesukaannya.

Tak lama handphone Alana berdering ...

Alana melihat siapa yang meneleponnya. "Dia lagi." Alana lalu mengangkat teleponnya.

"Apa?" tanya Alana.

"Nongkrong gak sih? Gue gabut, temenin kuy," ajak Bima.

"Makanya punya pacar, Bim. Enggak mood gue, lanjut aja," jawab Alana.

"Sharelock cepetan, Gue bayarin. Gue traktir." Bima terus memaksa.

"Enggak," kekeh Alana.

"Mau di beliin apa?"

"Enggak, Bim."

"Gue beliin laptop baru, ayo dong," pinta Bima lagi.

"Enggak, Bimaa. Sama crush lo aja sana. Gue lagi mau sendiri."

"Gitu banget, ayo dong cantikku," pinta Bima lagi.

Bima terus membujuk Alana dengan berbagai cara, hingga rayuan. Namun, tetap saja gagal. Alana tetap dengan jawaban tolakannya. Hingga akhirnya ...

"Udah masuk? Udah gue tf. Buat beli kopi. Gue ke Apart sekarang, Bye." Lalu, Bima mematikan telponnya.

Alana melihat notifikasi dari layar handphonenya. "Ni orang, bikin kesel tapi sekaligus bikin seneng."

Alana tersenyum seraya bersiap-siap untuk mengambil mantel di kamarnya.

Tidak banyak wanita yang mengenal Bima sedekat Alana. Perbedaan sifat yang Bima tunjukkan kepada Alana sangat berbeda di bandingkan kepada orang-orang. Bahkan, banyak yang mengenalnya dia pria yang dingin dan tidak mudah akrab, bahkan sebagian menganggapnya sombong.

****

"Rencana sampai kapan tinggal di Apart?" tanya Bima, seraya menyetir mobilnya.

"Enggak tau, maunya sih pindah." jawab Alana.

"Pindah?"

Alana mengangguk. "Yash, pindah kota. Gue udah enggak mau tinggal di sini lagi, Bim. Gue mau lupain aja semua yang ada di sini."

"Termasuk gue?" Bima melirik terkejut. "Dih? Lo lupa di kota ini ada gue?"

Alana tersenyum seraya mengacak-acak rambut Bima. "Makanya, lo cari pacar Bima."

"Bikin bahagia, enggak? Kalo salah orang, bikin ruwet." Bima melirik, menatap Alana yang raut wajahnya berubah menjadi sendu. "Udah ya? Kalo capek, enggak usah di paksa," kata Bima.

Alana menghela napasnya. "Tapi gue sayang banget sama Adelio, Bim. Gue yakin, secepatnya dia bakalan berubah. Dia bakalan mikir kalo akhirnya dia bakalan butuh dan bersyukur punya gue. Selama ini, bisa aja cuma salah paham, kan?"

Bima mendelik. "Mau nangis berapa kali lagi? Cumlaude lo gak ngebantu."

Alana hanya terdiam merenungi apa yang telah diperbuat Adelio terhadapnya. Sudah ketahuan 6 kali selingkuh. Namun, tetap saja di maafkan. Bima sudah memberitahunya untuk tidak memaksakan apa yang membuatnya sakit. Bahkan, merelakan apa yang seharusnya tidak Alana genggam. Namun, Alana tetap kekeh dengan pendiriannya yang salah. Membuat Bima tidak bisa membantu Alana lebih jauh.

"Gue temenan sama lo dari umur 4 tahun, Na. Dua puluh tahun lebih, kan kita kenal? Menurut lo? Gue terima dengan posisi lo yang sekarang? Gue ikut sakit. Hati gue sakit liat lo kaya gini," jelas Bima. "Selingkuh, enggak akan bisa sembuh, Alana."

Sudah lama di perjalanan, akhirnya sampai di tempat tujuan. Di mana, restoran ini memang tempat langganan Bima dan Alana. Sejak dulu, mereka sangat suka menikmati hidangannya, seraya melihat kota dari atas. Ya ... cantik.

Makanan yang telah dipesan sudah datang. Sejak dulu, Alana dan Bima sangat konsisten memesan makanan yang sama. Bahkan, waitress nya saja sudah hafal.

"Udah, yang enggak ada di sini, enggak usah dipikirin. Makan dulu," ucap Bima.

Karena sejak tadi, Bima melihat Alana yang melamun. Bahkan, Bima seperti sudah satu pemikiran dengan Alana. Bahwa, Bima mengetahui Alana sedang memikirkan Adelio.

"Buang yang bikin lo sakit, Alana. Apa mau gue buangin buat lo? Nanti, gue buang ke laut. Gue ilangin dari muka bumi ini."

Alana mendelik. "Iya, sana buang diri lo." Alana lalu mengambil sepasang sendok dan garpu. "Lo bikin gue sakit kuping."

Bima yang memperhatikan tingkah laku Alana seraya tersenyum. Baru saja Alana memakan makanannya satu sendok, Bima berucap. "Bayar pake tf dari gue ya." Ejekan Bima, berhasil membuat Alana murka.

Hal itu, tentu membuat Alana menatap tajam ke arah Bima. "Bim, sumpah lo ngeselin." Alana mendelik.

Bima hanya tertawa. Tertawanya yang khas, tubuhnya yang gagah kekar, pesona akan wajahnya, lesung pipinya, rambutnya, tampak sangat sempurna. Ya, sebut Bima pria mahal. Mengapa Alana tidak tertarik kepadanya?

Tak lama, diujung sana ada sepasang kekasih yang sedang merayakan ulang tahunnya. Membuat semua orang bersorak ramai.

"Kalo gue yang rayain gitu ke lo ... lo mau enggak?" tanya Bima menatap Alana.

"Enggak lah, gue punya pacar. Gue ngerayainnya sama pacar gue. Lo cari pacar aja. Nanti, kita Double Date." Alana menepuk-nepuk pundak Bima. Mendengar itu, Bima hanya mendelik dan menarik napas.

Tidak lama, semua serentak menyuruh sepasang kekasih itu untuk maju dan menyanyikan sebuah lagu.

Sorot mata Alana berbinar-binar. "Sweet banget ya cowoknya, Bim? Pasti ceweknya bangga banget. Di suprise-in di depan banyak orang. Gue juga mau," kata Alana.

Bima menatap. "Buka hati, gue gituin nanti."

"Simpen buat pacar lo nanti," kekeh Alana.

Bermula dari suara perempuan menyanyikan sebuah lagu. Seraya berjalan menuju ke arah depan stage panggung. Sorakan dan tepuk tangan semakin ramai. Dari kejauhan, Alana melihat dengan romantisnya sepasang kekasih itu, memamerkan kasih sayang yang begitu besar. Semakin dekat, tatapan Alana beralih kepada pria yang membuat Alana sangat terkejut. Hal itu membuat Alana tidak bisa berkata-kata. Namun, matanya tidak bisa berbohong.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status