Share

Gelenyar Aneh

Umi Khofsoh mengedarkan pandangan, melihat hilir mudik manusia di bandara Juanda. Cintya terus memegang tangan mertuanya, agar tak kehilangan jejak. Mengingat, sang mertua jarang bepergian jauh.

"Tangan Umi dingin sekali. Umi sakit?" tanya Cintya dengan wajah khawatir.

Bara yang mendengar percakapan antara istri dan uminya ikut menyimak. Namun tatapannya tertuju pada layar benda pipih yang dipegangnya.

"Sudah lama umi enggak naik pesawat. Agak takut saja."

Cintya tersenyum mendengar jawaban mertuanya.

"Diminum dulu, Umi." Cintya menyodorkan botol air mineral yang masih tersegel.

"Nanti saja. Takut beser," bisiknya ke telinga Cintya.

Cintya hanya mengangguk seraya tersenyum. Dia melirik jam di pergelangan tangannya.

"Aku angkat telfon sebentar." Bara berdiri. Sepertinya hendak mengangkat telfon penting.

Cintya bisa menerka siapa yang menelfon suaminya. Namun, lagi-lagi dia harus bersikap biasa di depan mertuanya.

Umi dan Cintya menghabiskan waktu dengan mengobrol. Umi bercerita
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rina Wati
jgn mau luluh Krn sandiwaranya,,tinggalin aja bara biar kapok dia,, trus Aisyah gak bisa punya anak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status