Tanaya menjawab, "Bagaimana denganmu? Kenapa kamu selalu mengiakan permintaanku?"Kenapa Henry jelas-jelas tahu bahwa Tanaya memiliki niat terselubung, tetapi dia masih terus mengalah?Di kehidupan lampau, Tanaya mengira ancamannya berpengaruh, mengira rencananya dengan Keluarga Mauel berhasil. Sebenarnya bukan begitu.Henry terdiam. Rahangnya mengeras.Tanaya memalingkan wajah lalu dia berkata, "Perban mudah terbuka di bagian sini. Aku akan melilit seluruh pinggangmu. Duduk yang tegak."Henry melakukan apa yang dikatakan Tanaya tanpa mengalihkan pandangannya dari wanita itu.Henry mendambakan kelembutan seperti ini. Dia mendambakan bagaimana Tanaya mengkhawatirkannya.Biarpun Henry tahu bahwa semua ini palsu, dia tetap tenggelam di dalamnya.Tanaya tidak berpikir banyak. Dia menarik perban yang panjang, kemudian melingkari pinggang Henry. Namun, dia butuh dua tangan untuk menarik ujung perban sehingga dia mendekat.Sekujur tubuh Henry menegang. Saat ini Tanaya baru menyadari bahwa pos
Henry tidak bersuara. Entah apa yang sedang dia pikirkan.Tanaya menarik kembali pandangannya, lalu buru-buru pergi seolah melarikan diri.Memalukan!Sialnya begitu Tanaya berjalan keluar, dia melihat Romeo berjongkok di depan pintu sambil merokok. Matanya yang indah menunjukkan tatapan malas.Begitu mendengar suara, dia melirik Tanaya sekilas.Melihat itu Tanaya, Romeo mengangkat sebelah alisnya sambil tersenyum penuh makna. "Ck, cepat sekali. Tampaknya Paman nggak sanggup."Wajah Tanaya memerah. Ingin rasanya dia menghilang.Benar-benar memalukan!Romeo terkekeh sambil mematikan rokoknya. Setelah Tanaya pergi, dia baru masuk ke dalam rumah."Kupikir kenapa kamu dengan bodohnya merugikan diri sendiri, ternyata karena seorang wanita," canda Romeo tanpa sungkan.Tatapan Henry tidak berubah. Dia berkata, "Diam saja kalau kamu nggak bisa bicara."Romeo mengangkat sebelah alisnya lalu berkata, "Apa sebenarnya rencanamu untuk proyek Kota Lumina? Mendengar kamu akan menggantikan Keluarga Dav
Memikirkan hal ini, tatapan Tanaya tampak dingin.Setelah Janet mencuri liontin berlian dari Tanaya, dia menggunakan identitas Tanaya untuk menikmati kasih sayang Keluarga Davinon sambil bersekongkol dengan Reiga untuk mencelakai Keluarga Davinon.Di kehidupan ini, Tanaya tidak akan membiarkan rencana Janet berhasil.Tanaya berhenti berpikir lalu menelepon Miguel Casado. "Miguel, apakah kamu mengenal orang yang bisa membuat liontin berlian? Aku ingin membuat satu."Keluarga Casado adalah keluarga terkemuka di Kota Holen. Meskipun Miguel adalah anak haramnya Keluarga Casado, dia memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang dari berbagai kelas sosial."Kirim kualitas, model dan warna berliannya padaku." Suara laki-laki yang lembut terdengar dari ujung telepon, membuat Tanaya agak linglung.Karena tidak mendengar suara Tanaya, Miguel pun memanggil lagi, "Naya?""Nggak apa-apa. Aku hanya merasa ... suaramu sangat bagus."Apa yang terjadi pada Miguel di kehidupan lampau?Setelah mengetahu
Setelah itu, beberapa orang tersebut tertawa.Janet pun tersenyum. "Lupakan saja. Aku nggak berani dilayani olehnya. Dia telah dimanjakan oleh Keluarga Mauel sejak kecil. Bagaimana dia bisa melayani orang?"Setelah ucapan itu terlontar, ekspresi beberapa orang berubah. Mereka melihat ke belakang Janet, saling memandang, kemudian menenguk anggur sambil tersenyum paksa untuk menutupi kecanggungan mereka.Janet tidak menyadarinya. Dia larut dalam kegembiraan akan segera menjadi putri Keluarga Davinon. Dia lanjut berkata, "Tapi kalau dipikir-pikir, ibunya Tanaya itu pembantu, maka dia pasti punya bakat yang sama. Hanya saja Tanaya selalu memandang rendah orang biasa seperti aku. Bagaimana mungkin dia merendah?"Detik berikutnya suara Tanaya terdengar. "Apa yang Nona Janet ingin aku lakukan? Menuangkan teh atau menggantikan pakaian?"Kemudian ekspresi Janet membeku. Dia tidak menyangka Tanaya akan datang.Janet takut Keluarga Davinon menyadari kejanggalan sehingga dia menutupi kabar ini. Ta
Tanaya tertegun selama beberapa detik. Setelah dia menyadarinya, dia buru-buru melepaskan tangannya."Terima kasih sudah membelaku tadi."Tanaya berkata sambil menatap Henry.Pupil hitam Henry menatap Tanaya sekian lama. Sesaat kemudian, pria tersebut berkata, "Jangan terlalu percaya diri."Tanaya tak bisa berkata-kata."Apakah lukamu sudah membaik?" tanya Tanaya.Tanaya tidak mendengar apa yang Henry katakan. Perhatiannya sudah teralihkan oleh Raphael Davinon yang berada tak jauh di belakang Henry. Raphael mengenakan jas berwarna abu-abu. Dia berjalan menuju Janet untuk menghiburnya."Jangan khawatir. Nanti aku akan membawamu untuk meminta maaf kepada Tuan Henry. Lain kali jangan mengkritik orang sembarangan."Melihat Raphael tidak menyalahkannya, melainkan menghiburnya, Janet pun menghela napas lega.Dia mengangguk dengan sok patuh. Kuku yang menancap telapak tangannya patah. "Kak, apakah Tuan Henry akan memaafkanku?"Raphael tidak menjawab, melainkan berkata dengan lembut, "Kamu ngg
Pada saat yang sama, Janet yang sedang sibuk bersosialisasi pun ditarik oleh Reiga ke sebuah sudut di aula perjamuan."Kak Reiga?"Janet tampak senang melihat Reiga.Ekspresi Reiga tidak bersahabat. Dia mencengkeram pergelangan tangan Janet sembari berkata dengan dingin, "Bukankah aku menyuruhmu untuk jangan bermusuhan dengan Tanaya? Bisakah kamu lebih menggunakan otakmu dalam bertindak dan berbicara?"Janet yang tiba-tiba dimarahi karena Tanaya, ekspresinya pun menjadi muram."Keluarga Davinon akan segera mengakui identitasku. Kamu sama sekali nggak membutuhkannya untuk menjatuhkan Keluarga Davinon.""Aku nggak peduli apa alasanmu! Pokoknya jangan sampai Tanaya tahu hubungan kamu dan aku!" Tatapan Reiga gelap. Dia jelas tidak senang dengan tingkah Janet tadi.Janet tidak terima. Dengan mata merah, dia menatap Reiga sambil bertanya, "Apakah kamu benar-benar jatuh hati pada wanita jalang itu? Apakah kamu nggak melihat bagaimana dia memperlakukanku tadi?"Reiga tidak menjawab, melainkan
Helena baru tahu bahwa Lukas telah menemukan putri mereka. Lukas takut Helena tidak sanggup menerimanya sehingga merahasiakannya. Setelah semuanya beres, dia baru memberi Helena kejutan."Ibu?" panggil Janet dengan susah payah.Air mata Helena berlinang. Dia menggenggam tangan Janet sambil berkata, "Rosalind ... maafkan Ibu. Ibu nggak menjagamu dengan baik."Tuan Besar Davinon pun tersenyum sambil berkata, "Janet, lain kali kalau kamu membutuhkan sesuatu, katakan saja kepada kami."Teman Janet segera mengucapkan selamat. "Selamat, Janet!""Lukas, putrimu sangat cantik. Hanya sekali lihat, aku tahu dia pasti gadis yang unggul.""Benar. Janet ya? Nanti aku akan memperkenalkan putraku padamu.""Nona Janet punya aura tuan putri yang terpelajar."Ucapan selamat terus terdengar. Kerumunan di samping pun berbisik, "Enak sekali, nasib Janet langsung berubah.""Apanya yang enak? Dia jelas-jelas hidup sengsara selama dua puluh tahun lebih. Kalau nggak dia seharusnya menikmati hidupnya selama ini
Ucapan Raphael mengguncang semua orang.Mereka jelas tidak menyangka dan seketika berdiskusi.Tanaya tersenyum tanpa bersuara.Kakaknya ini memang pemberani. Jika itu orang lain, mereka tidak akan mengklarifikasi demi harga diri.Janet langsung tertegun di tempat. Dia menatap Raphael yang ada di atas panggung dengan tidak percaya. Ekspresinya kaku.Bagaimana bisa?Apa maksud Raphael?Lukas dan Helena pun mematung di tempat. Lukas bertanya, "Raphael, apa maksudmu? Apakah ada yang salah?"Kemudian Lukas menatap Janet dengan mata memerah.Hal ini membuatnya tidak sengaja melihat Tanaya yang ada di samping Janet. Wajah gadis itu cerah dan cantik, matanya hitam dan sedikit dingin.Sebelum Lukas berpikir lebih jauh, kata-kata Raphael sudah menarik pikirannya kembali. "Ayah, tadi pihak rumah sakit mengatakan kalau sampel DNA-nya salah."Janet menggenggam gelas anggur yang ada di tangannya dengan erat. Senyum di wajahnya menjadi kaku.Mendengar jawaban yakin Raphael, jantung Lukas pun mencelos