All Chapters of SENTUH AKU BANG! BERI AKU NAFKAH BATHIN! : Chapter 31 - Chapter 40
57 Chapters
Bab 31-Kencan Dengan Mas Hanafi
Makan usai. Aku dan Mama kembali sibuk mengurus urusan dapur. Bang Kay dan Ayah berangkat ketempat kerja masing-masing. Mama menyalakan mesin cuci dan bergerak kekamarnya. Mama pasti akan kembali eksis dimedia sosial. Aku tak mau melongo sendiri. Aku masuk kamar dan melanjutkan online yang tertunda.[Siang ini ada dirumah?] W-a Mas Hanafi masuk.[Ya Mas, pagi dirumah saja, siang dirumah saja dan malam dirumah aja] selorohku, menirukan iklan covid 19.[Bagaimana kalau kita keluar? Makan siang diluar sama Mas?] balas Mas Hanafi.[Nggak ada duit. Buang- buang duit makan di luar] balasku. Aku berusaha beralasan menghindar.[Ditraktir … nanti Mas jemput kerumah ya.] pesan Mas Hanafi lagi.“Duh ini Mas kok maksa banget, sih?” benakku.[Jangan Mas, nanti Ayah dan Mama marah. Enggak sopan punya tamu cowok] aku menolak halus.[Yaudah, nanti aku kerumah Maya untuk bertemu Ayah dan Mama Maya aja, nggak ketemu Maya.] Mas Hanafi berkelit.[Jangan Mas, kan ga kenal, apa ga malu?]balasku.[Ngapain m
Read more
Bab 32-Mas Hanafi Menyatakan Cinta
Pramusaji datang membawa hidangan yang aku dan Mas Hanafi pesan,“Silahkan dinikmati hidangannya Mbak, Mas …”ucap Pramusaji itu ramah.“Ya, terimakasih,” balasku tak kalah ramah. Kulihat hidangan di depanku sejenak. Jika kutaksir harganya mencapai hampir 500.000. Semaha itu? bagaimana tidak? sedangkan teh kosong saja harganya mencapai 75.000.“Ini nih rumah makan orang Kaya, pantesan orang kaya jarang ada yang berlemak”. Aku membathin, tidak cocok sekali harga semahal itu, dengan menu yang sangat sedikit.“Pemilik rumah makan ini keterlaluan, pelit bin medit. Mau dapat keuntungan sebanyak-banyaknya nih,” benakku.Aku merasa pemilik rumah makan mewah ini, tidak sedang menjual harga, tapi hanya menjual nama, kemasan, dan pelayanan. “Orang-orang kaya ini Kok kayak ga mikir gitu ya, seharusnya kalau mau makan ya cari tempat makan yang bener-bener menjual makanan, bukan cuma jual merk doang.” Benakku.“Loh, kok termenung? Ayo dimakan …” ucap Mas Hanafi mengagetkan lamunanku.“I, iya Mas, s
Read more
Bab 33- Dilema
“Bagaimana ini? apakah aku harus mengatakan kepada Mas Hanafi bahwa aku telah menikah?”Ku tatap lagi matanya, begitu sayu lebih sayu dari mata Bang Kay yang memelas. Sisi hatiku menyuruh aku harus mengatakan kalau aku sudah menikah, namun sisi hati yang lain menyuruhku untuk jangan mengatakannya.Jika tidak ku katakan bahwa aku telah menikah, aku khawatir akan berlanjut hubungan asmara yang dilarang, karena tidak dinafikan, ada benih-benih cinta di hatiku untuk orang asing didepanku ini yang baru saja ku kenal. Namun jika ku katakan, aku akan menyakiti hatinya. Bagaimana mungkin air susu ku balas air tuba, Mas Hanafi sangat berjasa menyelamatkanku dan kehormatanku, bagaimana mungkin ku balas dengan menyakitinya?” Hatiku berkecamuk, Sisi baik dan sisi buruk saling berargumen.Mengeluarkan hujjahnya, hingga tidak terang mana yang benar dan mana yang salah. Seolah pendapat keduanya sama-sama kuat.Akhirnya setelah cukup lama berfikir, kupilih saja menyembunyikan kebenaran, khawatir pria
Read more
Bab 34-Romantis dan Loyal
“Alhamduillah ... Kita sampai.” ujar Mas Hanafi.Mobil Mas Hanafi berbelok kekanan. Sebuah gerbang besar setinggi tiga tombak menyambut kedatangan kami. Pintu gerbang masih tampak tertutup rapat. Seseorang menghampiri Mas Hanafi, mereka berbicara beberapa saat, lalu Mas Hanafi menyerahkan uang seratus ribu rupiah dua lembar. Orang tadi kembali kearah dia datang, tiba-tiba pintu gerbang terbuka. Mobil bergerak melewati gerbang besar itu. mobil bergerak perlahan, didepan sana terhampar pemandangan yang memukau, danau besar dikelilingi pohon-pohon tinggi tampak begitu indah. Jalan kearah danaupun tak kalah hebatnya, patung-patung ikan raksasa berjejer sepanjang jalan.Mobil berhenti disebuah tanah lapang dipinggiran danau. Hampir seisi tanah lapang itu diisi oleh mobil, hanya sedikit motor yang terparkir disini.“Ayo turun….” Ajak Mas Hanafi.Tiba-tiba dia sudah berada diluar mobil dan membukakan pintu mobil untukku. Romantis sekali bukan? Aku turun dengan perlahan, jantungku berombak se
Read more
Bab 35- Mertua Sayang Menantu
“Hati-hati dijalan, bawa motor jangan kencang-kencang.” ucap Mas Hanafi memberi perhatian.Aku mengangguk dan menutup kaca helmku, dan motorku pun melaju. Azan Magrib berkumandang. Ku arahkan motor kearah asal suara azan. Aku shalat dimesjid dipinggir jalan raya, setelah salam aku bergegas melanjutkan perjalanan, Khawatir sebenarnya pulang agak malam sendirian, tapi mau bagaimana lagi, daripada nanti ada masalah jikalau diantar oleh Mas Hanafi.“Assalamualaikum Ma!” ucapku saat telah masuk kedalam rumah.“Waalaikumussalam.” jawab Mama sambil monoleh kearahku.Mama duduk di sofa ruang tamu. Tangannya menggenggam remot TV, dimeja penuh dengan cemilan, ada kacang goreng, kue bawang, kerupuk udang dan lainnya. Mama pasti sedang nonton drama Korea favoritnya, drama Korea tentang si gadis cantik nan anggun berubah jadi gadis macho yang sedang tenar dan selalu jadi bahan diskusi emak-emak kala beli sayuran ditukang sayur.“Dari mana saja jam segini baru pulang?” selidik Mama. Nada suaranya m
Read more
Bab 36-Pulang Kerumah Bang Kaylani
“Tak baik membuat suami kesepian sendiri Nak. nanti dia cari hiburan sendiri, banyak gadis cantik berkeliaran diluar sana. Tak kuat iman bisa mendua hati. apalagi sekarang banyak wanita nggak bener, wanita seumuran anak SMP aja banyak yang menjajakan diri dengan tarif lima puluh ribuan, bahaya.” sambung Ayah.“Tapi Bang Kay nggak gitu kok Yah.” jawabku bimbang.“Syukurlah dia tidak begitu, tapi seberapa lama seseorang mampu bertahan May? batu saja yang keras bisa pecah tersiram air yang terus menerus, apalagi hati manusia. Maka jangan coba-coba bermain api, jika keimanan tak sekokoh batu, jangan biarkan air terjun sebagai ujian, apalagi dipukul palu. Intinya begini May. jangan pernah sengaja menguji ketabahan hati, jika hati bertahan itu bagus, tapi jika hati berobah dan berpaling? Siapa yang rugi? Rela kamu suamimu selingkuh atau poligami?” cecar Ayah.“Tidak Yah.” jawabku tegasAda sesuatu yang membara didalam jiwaku saat Ayah mengatakan kata suami selingkuh dan poligami, tak akan b
Read more
Bab 37-Sakit
Tepat pukul 06.00 pagi kami beranjak dari rumah Mama. Ayah dan Mama mengantar kami kedepan. Aku memeluk Ayah dan Mama bergantian, aku tidak bisa menahan gerimis hatiku, perlahan netraku basah.“Jaga dirimu baik-baik Nak, jaga harta suamimu dan jaga suamimu.” pesan Mama terisak.Sama dengan pesan Mama saat pertama kali aku pindah kerumah Bang Kay setahun silam, saat aku baru resmi jadi istri Bang Kay.“Maya akan berusaha Ma.” jawabku dalam sedu sedan.Acara perpisahan ibu dan anak tak berlangsung lama, karena Bang Kay sudah menstster motornya. Bang Kay pasti tak mau telat ketempat kerja. Dia sering tidak sarapan karena tidak mau telat. Dia lebih sering makan siang ditempat kerja dengan makanan yang kubekalkan dan makan malam dirumah.“Lani insyaAllah, besok Kay jemput ya Ma, tolong dijaga sehari ini.” ucap Bang Kay, Lani kucing Persiaku tak bisa kubawa, karena motor Bang Kay sudah penuh.Aku naik kemotor suamiku. Koper ku taruh ditengah antara aku dan Bang Kay. aku juga sudah mulai ris
Read more
Bab 38-Strategi Maya
“Terimakasih. Nggak usah Mas, Maya hanya butuh istirahat. Beberapa jam lagi akan sembuh.” Aku menolak dengan halus.“Ya sudah kalau Maya nggak mau berobat kerumah sakit. Istirahat saja dirumah ya. nanti Mas kirimkan obat dan makanan sehat kesana.” ucap Mas Hanafi kembali.“Jangan Mas. jangan membuat Maya sulit, Maya lagi nggak enak badan, Maya tidak mau kena marah juga, cukup nggak enak badan ini saja.” Aku memohon.“Maya tak perlu khawatir, Maya tenang saja, nanti Mas ngirimnya tidak pake nama Mas, Mas akan kirim pake nama perempuan.” bujuk Mas Hanafi.Aku tidak bisa menolak lagi, tak ada alasan dikepalaku, ditambah lagi aku masih sangat pusing, otakku tak bisa diajak kompromi untuk memikirkan hal-hal yang rumit.“Baiklah, tapi kirimnya jangan ke alamat Maya yang kemarin ya. nanti Maya kirim alamatnya via W*.” ucapku.“Baik, cepat sembuh Maya, Mas rindu ingin cerita banyak.” ucap Mas Hanafi.“Sudah dulu ya Mas. Maya masih pusing dan ngantuk, Maya harus istirahat. Assalaamualaikum.” A
Read more
Bab 39- Hadiah Mas Hanafi
Aku berjalan meninggalkan pasar ikan. Aku masuk kekawasan penjual sayur-sayuran. Aku membeli terong asam dan daun “Modang Pawe.” Daun ini adalah rahasia gulai asam pedas enak orang di kampungku. Daun inilah yang menjadikan gulai asam pedas istimewa, rasa dan aromanya tiada duanya. Aku juga membeli jeruk nipis, daun salam, kunyit dan serai sebagai bumbu tambahan. Lalu aku kekedai barang harian, ditoko barang harian aku membeli satu bungkus kerupuk dan satu kilo mentimun. Tidak lupa ku beli bumbu gulai cabe rawit.Setelah belanja lauk pauk dan sayuran usai, aku kembali kerumah dengan langkah pelan. Berat belanja yang ku bawa turut memperlambat langkah kakiku. Sepuluh menit berjalan akhirnya aku sampai kerumah. Aku mengambil kunci pintu dikotak meteran listrik dan membuka pintu.“Assalamualaikum.” Sebuah suara asing memalingkan wajahku kearahnya.“W'a..waalaikumsalam.” jawabku kaget.“Maaf bu mengganggu. Saya mau mengantar barang kiriman untuk ibu Maya Safeera.” ucap sang kurir.“Ya deng
Read more
Bab 40-Diam-diam Bang Kay Memeriksa Isi Handphoneku
Aku tidak menyesal sama sekali durhaka pada suamiku, Aku terguncang. Harusnya aku bahagia bersamanya, tapi nyatanya bathinku amat tersiksa.Selama tinggal dengan Ayah dan Mama aku selalu mendapatkan apa yang aku mau, setelah menjadi istri Bang Kay hampir 95% keinginanku tak mampu dipenuhinya. Saat bersama Mama aku hampir tidak pernah masak dan cuci piring, setelah menikah aku disibukkan oleh aktifitas melelahkan itu, ditambah lagi aku tidak mendapat nafkah batin dan perhatian lebih dari Bang Kay, aku merasa dijadikan budak.Aku rasanya ingin terus berbicara tanpa henti saat ini, mengeluarkan semua uneg-uneg yang telah kukumpulkan sejak lama, Bang Kay yang mendengar kata-kata ku yang penuh amarah setiap saat hanya terdiam tanpa suara. Bang Kay tidak menanggapi sedikitpun. Melihat Bang Kaylani diam membisu membuatku semakin marah. Aku merasa diabaikan olehnya."Kita menikah secara baik-baik. mari kita pisah secara baik-baik.Bang, ceraikan Maya sekarang!” aku menuntut. Bang Kaylani diam
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status