Semua Bab Aku Mengalah: Bab 91 - Bab 100
123 Bab
alasan
"Afi nggak papa, Bang! Sudah sehat gini, nggak usah pake kursi roda segala," protes Afi."Kamu masih dalam proses pemulihan. Setidaknya, jagalah dirimu untukku. Aku tak ingin kamu sakit lagi karena aku tak selalu ada di sini setiap saat."Rendra mendorong kursi itu menuju ke dalam panti ini dan hendak mengantarnya ke kamar Afi.Ponsel Rendra berdering, sebuah telepon penting masuk ke dalam gawai miliknya. Membuat ia berhenti sementara untuk mengangkatnya."Iya, setengah jam lagi saya sampai." Rendra bergegas mematikan ponselnya dan menjongkokkan badannya di depan Afi."Kenapa, Bang?""Aku ada rapat di kantor, jadi nggak bisa lama-lama di sini. Tapi Abang janji, besok malam Abang ke sini ajak Bunda menengokmu.""Jangan repot karena Afi, Bang! Afi nggak papa," ucap Afi merasa tak enak telah mengganggu jam kerja Rendra."Tidak sama sekali, dan Abang minta pikirkan baik-baik permintaan Abang. Bukalah hatimu untukku, aku tak bisa menunggu terlalu lama. Abang serius ingin mengkhitbahmu, set
Baca selengkapnya
Dinginnya
"Selamat malam, Pak Aldo." Dua orang polisi datang bersamaan ke ruangan Aldo dirawat. Mami dan Aldo sudah tahu, pasti mereka petugas yang dikirim dari kepolisian untuk melaporkan siapa pelaku dibalik kecelakaan ini."Malam, Pak Polisi. Apakah pelaku sudah berhasil ditangkap?" tanya Mami Cahyo."Maka dari itu, kami ke sini untuk memberitahukan bahwasanya kami sudah berhasil mengantongi nama pelaku yang menyuruh kedua orang preman untuk mencelakai Bapak Aldo di jalan tadi pagi. Dan kedua orang itu sudah kami tangkap, dan kami berhasil mengintimidasi mereka." Polisi menunjukan foto wajah pelaku dan sepertinya Aldo tak mengenal mereka."Saya tak mengenal mereka, lalu apa motif mereka menyerangku, Pak polisi?" tanya Aldo penasaran."Setelah kami desak, mereka mengaku jika saudari Alin yang meminta mereka untuk melukai Bapak dan Ibu," ungkap petugas yakin.Aldo dan Mami terkejut mendengar penuturan polisi tadi. Belum juga Aldo tenang setelah mendapati kabar perbuatan buruk Alin dengan pria
Baca selengkapnya
jeruji besi
Istirahat di rumah dulu, Al?" tanya Mami saat sedang di dalam taksi."Langsung saja, Mi! Kita ke rumah mengambil berkas lalu ke pengadilan setelah itu baru ke kantor polisi. Semua harus selesai hari ini juga, Aldo tak ingin nanti berubah pikiran lagi setelah apa yang terjadi," ucap Aldo.Mami hanya mengangguk dan menginstruksikan sopir taksi agar ke rumah terlebih dahulu sebelum ke pengadilan.Setelah berkas di ambil, kini Aldo melangkah masuk ke pengadilan. Hawa mencekam saat memasuki ruang pendaftaran membuat Aldo kembali teringat Afi. Apakah dulu ia merasakan hal yang sama dengan apa yang ia rasakan kini saat berada di pengadilan? Sungguh bukan sebuah cita-cita bisa masuk dan bahkan mendaftarkan perceraian yang sangat dibencinya ini.Tapi ia harus melakukannya, Alin sudah sangat keterlaluan. Semua perbuatannya tidak layak mendapatkan kata maaf lagi.Setelah mendaftar kini Aldo melangkah pergi menuju kantor polisi. Ia bahkan tak seperti kelelahan di saat sakit begini, membuat Mami b
Baca selengkapnya
Abg
"Kak, sibuk nggak?" tanya Nissa saat memutuskan menelpon kakaknya, Rendra. Nissa ingin menanyakan kabar Haris yang sudah lama tak diketahui keberadaannya dan ingin menanyakan lebih lanjut masalah tes DNA Haris."Kenapa?" tanya Rendra tanpa menjawab pertanyaan Nissa."Aku mau ke kantor, Kakak ada di sana nggak?""Aku lagi di Bogor, sore nanti kemungkinan Kakak pulang. Ada hal penting kah yang harus dibicarakan?""Hm, penting nggak penting sih.""Masalah apa?"Nissa tak menjawab pertanyaan Rendra membuat ia menebak, jika adiknya ini sedang memikirkan sesuatu."Bicara di telpon saja, Kakak dengarkan sambil bekerja," ujar Rendra serius."Nanti saja lah, aku hari ini ambil cuti. Aku ingin menyusul Kakak saja ke Bogor. Boleh?" ucap Nissa lirih."Ngga! Apakah hal sangat penting hingga membuatmu begitu ingin menemui Kakak sekarang? Jarak Surabaya-Bogor jauh. Kakak nggak mau kamu kenapa-napa. Tunggu saja sampai sore, nanti Kakak langsung pulang ke rumah menemuimu." Rendra memang sangat menyaya
Baca selengkapnya
kasmaran
Nissa tersenyum dan kembali memeluk kakaknya dengan hangat. Rendra bahkan seperti ayah bagi Nissa, kedewasaan dan cara berpikir yang sungguh sangat berwibawa membuat Nissa sangat menyayangi kakaknya ini."Waduh, anak-anak Bunda lagi pada kenapa ini. Pake pelukan segala? Ceritanya sedang akur ya?" ucap Bunda Nilam yang baru saja dari kebun langsung bergegas mencari anak sulungnya setelah mendapati kabar jika ia pulang dengan terburu-buru.Nissa tersenyum pada Bunda dan berpindah memeluk Bundanya."Bunda gimana sih, kita kan selalu akur. Ya nggak, Kak?"Rendra hanya mengangkat kedua bahunya dan memasukan tangannya ke saku kemudian melenggang pergi meninggalkan Nissa dan Bunda.Rendra memang seperti itu, terlihat dingin ketika di luar dan akan hangat ketika orang yang ia sayang membutuhkannya."Bunda dari mana sih? Tadi kita nyariin loh?" tanya Nissa."Masa? Nyariin kok di kamar. Nyari itu ke belakang atau ke dapur. Aneh anak Bunda ini. Ohya, kok tumben kakakmu pulang cepet. Ada apa?" ta
Baca selengkapnya
Maafkan aku
Suasana malam yang sunyi, seakan menambah dinginnya hawa di sekitar halaman rumah Rendra. Bunda yang sedang duduk dengan memandangi para kunang-kunang yang beterbangan menambah suasana semakin syahdu.Rendra yang berniat memberitahukan rencananya meminang Afi, memilih mendekati Bundanya dan meminta restu darinya."Bunda kenapa di luar? Nanti kedinginan," ucap Rendra. Ia mendudukan badannya di samping Bunda Nilam."Nggak papa, cuma sebentar ini. Nggak bakalan bikin Bunda sakit, lagian kunang-kunang itu sangat sayang untuk diabaikan. Lihat, cantik kan?" tanya Bunda memperlihatkan kunang-kunang yang menempel di jari telunjuknya."Cantik, sama kaya Bunda," ucap Rendra tersenyum diiringi senyuman balasan dari Bunda Nilam."Bun, ada yang mau Rendra sampaikan," ucap Rendra menghadap wanita yang sudah melahirkannya ini."Kenapa? Tumben ngomongnya tegang begini?" tanya Bunda saat mengetahui keanehan sifat anaknya yang tiba-tiba."Bunda, Rendra mau izin melamar Afi. Apakah Bunda merestuinya?" u
Baca selengkapnya
Nisa
Rendra ada janji ketemu temen sama Nissa. Bunda nanti Rendra jemput setelah kami dari sana ya? Nggak papa kan, Bun?" tanya Rendra."Tentu, seenaknya kalian saja. Nanti buat hantarannya, aku minta para maid buat membantu Bunda."Suara panggilan Nissa menggema di meja makan, membuat Bunda Nilam berdecak heran pada anak gadisnya ini."Pagi, Bun." Nissa mencium pipi Bundanya dan langsung menarik kursi untuknya duduk di samping Bunda Nilam,"Pagi sayang, sudah rapi juga anak Bunda. Cantik dan ganteng pokoknya," ucap Bunda Nilam tersenyum."Anak-anak Bunda memang begini dari lahir, makannya pada nempel tuh mereka ingin merebut hati kita," ungkap Nissa pede."Kamu jangan kebanyakan muji diri, nggak baik. Ayo cepat kita sarapan! Nanti keburu siang."Nissa melirik kakaknya kesal dan langsung mengambil sarapannya.Setelah sarapan usai, kini Rendra dan Nissa pamit pada bunda untuk pergi ke kantor polisi.Mobil melesat membelah ramainya kota Surabaya. Dan kini, raut muka Nissa berubah saat mobil
Baca selengkapnya
Khitbah
"Assalamualaikum, Bun!" "Waalaikumsalam," balas Bunda Nilam.Nissa langsung naik ke atas menuju kamarnya dengan muka yang sendu, membuat Bunda merasa aneh dengan sikap putrinya."Adikmu kamu apakan, Ren?""Biarkan saja, Bun. Bentar lagi juga dia turun lagi," balas Rendra santai."Bun, Bunda membeli keperluan sama Rendra saja ya. Nissa sepertinya sedang buruk moodnya, nanti Rendra bantuin bawakan sekalian," ujar Rendra.Rendra tak mau menambah beban Nissa sekarang, pertemuannya dengan Haris barusan pasti membuat hatinya terpukul."Yakin, Nissa nggak di ajak? Nanti dia ngambek, gimana?""Nggak lah, kalau ngambek nanti Rendra yang bujuk.""Baiklah, Bunda siap-siap dulu ya!"Bunda bergegas ke kamarnya untuk memakai baju dan beberapa penunjang penampilannya bepergian."Lama banget dandannya, Bun! Sampai lumutan nungguin," protes Rendra."Ayo, mau pergi apa mau ngedumel, buru! Keburu sore nanti. Ini juga gara-gara kamu, pake bikin acara penting kaya gini malah mendadak," grundel Bunda Nila
Baca selengkapnya
berdua
Sambungan terputus, ia berpikir untuk menemui Haris besok untuk membicarakan hal bisnis ini. Hanya dia yang tahu seluk beluk perusahaan Aldo. Perusahaan Granendra grup saja, sudahmembuat ia sibuk karena cabang yang ada di mana-mana. Jika ditambah dengan perusahaan Aldo, pasti nanti ia tak ada waktu untuk keluarganya.Rendra sudah rapi dengan pakaian kemejanya, ia memandang cermin dan tersenyum melihat pantulan wajahnya sendiri.Ekhm!Suara Nissa membuat Rendra yang tersenyum tiba-tiba kembali datar."Kenapa? Masuk nggak pake ketuk pintu dulu!""Ditunggu Bunda buat shalat berjamaah di bawah. Habis itu kita baru berangkat," ucap Nissa."Kamu turun duluan, nanti Kakak nyusul!""Udah nggak usah lama, ini waktu maghrib keburu habis nanti.""Baru juga Adzan, Dek! Ini bentar lagi siap," jawab Rendra.Nissa mendengus kesal dan pergi meninggalkan Rendra. Selesai sholat berjamaah, Rendra mendekati Bunda Nilam dan mencium punggung tangannya."Bun, doakan Rendra malam ini semoga acaranya lancar
Baca selengkapnya
Bebas
"Sudah lega sekarang, Ren, diterima lamarannya sama Afi?" goda Bunda Nilam saat di dalam mobil hendak pulang dari panti.Rendra hanya membalas dengan senyuman dan menatap lurus ke depan. Iseng, Nissa meniup telinga kakaknya dari samping karena ia duduk di sebelah Rendra sedangkan Bunda Nilam di depan bersebelahan dengan supir. "Dek!" sungut Rendra merasa risih dengan kejahilan adiknya."Apa sih, Kak?" balas Nissa dengan cekikikan."Bisa diem nggak?""Dari tadi juga Nissa diem, Kakak aja yang nggak lihat. Mata fokus ke depan, tapi pikiran kemana-mana," kelit Nissa.Rendra tetap diam dan tak menanggapi ucapan Nissa, adiknya ini memang kerap jahil padanya."Nis, jangan ganggu Abangmu!" ucap Bunda dengan nada mengejek."Iya, Abang." Nissa dan Bunda tertawa terbahak-bahak dengan keanehan Afi yang memanggil Rendra Abang."Diam nggak kalian? Kalau nggak, Rendra turun sekarang juga!" omel Rendra."Iya, Abangku yang comel. Jangan marah, nanti gantengnya ilang." Nissa berusaha menahan tawanya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status