All Chapters of PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU: Chapter 81 - Chapter 90
111 Chapters
Part 80
Part 45Restu masih duduk di koridor jalan, sampai satu per satu pedagang yang berada di sekelilingnya mengemasi gerobak dan pulang. Ia melirik jam yang ada di ponsel, sudah lewat tengah malam dan ia masih berharap Isna memberinya jawaban. “Apakah aku terlalu bodoh dengan masih mengharapkan dia menjawab pertanyaanku?” gumamnya.Berkali-kali menguap, membuatnya merasa tidak menahan kantuk. Akhirnya, memilih mencari masjid terdekat untuk beristirahat.Nyatanya, saat ia membaringkan tubuh di atas hamparan sajadah yang luas, mata terpejam tapi pikiran tak bisa terlelap. Pikiran tentang uang yang harus dicarinya, juga hati yang mulai merindukan Isna membuat ia berkali-kali bangun.Hanya dalam waktu lima belas hari ia harus menyelesaikan masalah itu.“Jika aku bisa menaklukkan Isna dalam lima belas hari itu, maka aku akan bisa keluar dari masalah ini dengan mudah. Bapak pasti mau mengulurkan bantuan,” gumamnya seorang diri.Ia lalu duduk dan bersandar pada dinginnya tembok masjid. Satu per
Read more
Part 81
Mereka lalu terlibat obrolan yang seru. Pada umumnya menceritakan tentang kehidupan masing-masing setelah lepas dari seragam putih abu-abu. Tidak ada godaan ataupun candaan yang mereka berikan untuk Fahri maupun Isna. Meski tahu jika lelaki yang berprofesi sebagai tentara itu sangat mengagumi Isna. Namun, mereka tahu, ada batasan-batasan dalam bercanda. Terlebih untuk ukurang orang-orang yang sudah memiliki pasangan. Sesekali Isna ikut menyahut. Namun, lebih banyak diamnya. Ada banyak hal yang dipikirkan. Melihat teman-teman perempuannya yang mesra dengan pasangan, membuatnya tidak ingin bercerita tentang kehidupannya. Memang tidak ada yang bisa diceritakan. Itu yang dia rasakan. Karena bahkan hingga detik ini, ia tidak paham tentang Restu. Dua jam telah terlewati dengan begitu cepat. Saatnya mereka pulang dan kembali pada kehidupan masing-masing. Cerita lama saat sekolah yang sempat mereka bahas, hanya akan menjadi kenangan yang tidak akan pernah hilang oleh waktu. Namun, kehidupan
Read more
Part 82
Part 46Setengah mengantuk, restu pulang dengan mengendarai sepeda motor dengan pelan. Perutnya berbunyi memprotes minta makan saat ia sudah sampai di sekitar daerah kecamatan. Ia kemudian mencari warung yang sudah buka.Setelah memesan sepiring nasi, Restu duduk di kursi panjang yang ada di teras warung yang cukup luas. Sambil menunggu pesanan datang, ia mengecek ponsel, barangkali ada pesan dari Isna. Namun, hasilnya mengecewakan. Yang berkirim pesan justru marwah. Gadis itu memaksa Restu memberikan nomor rekening. Pesan itu ia abaikan.Sebuah tepukan di bahu membuatnya menoleh. “Eh, kok tumben sudah di sini? Mau narik ya?” tanya Restu pada seorang pemuda di desanya yang bekerja sebagai sopir truk.“Iya. Sama Marwah, Pak Lurah?” tanya pemuda itu membuat Restu mengernyit.“Kenapa tanya Marwah?” Restu bertanya balik.Sopir yang terkenal urakan itu tertawa kecil sambil menggelengkan kepala. “Gak nyangka, Pak Lurah doyan juga ….” Ia terkekeh.Restu seolah dibuat meradang. Ia tidak tahu
Read more
Part 83
Restu memarkir kendaraan di depan warung dekat balai desa. Tidak seperti biasanya yang diparkir di halaman.Saat memasuki ruang utama balai desa, ia mendengar pegawai perempuannya sedang berbisik-bisik. Menyadari ia datang, mereka langsung berhenti dan pura-pura melanjutkan pekerjaan.“Pak, ada tamu menunggu,” ucap penjaga kantor kepala desa pada Restu yang sedang termenung di balik meja.“Suruh masuk saja ….”“Baik ….” Pemuda berusia dua puluh dua tahun itu berlalu dan menutup pintu kembali.Pintu berderit dibuka kembali. Restu mendongak, melihat siapa yang datang. “Bu Marini,” sapanya kaget.“Maaf mengganggu,” jawab ibunda Marwah sopan. Lalu masuk dan duduk tanpa dipersilakan oleh si empunya ruangan. “Saya dengar dari Marwah tentang semua yang menimpa Mas Restu. saya masih lemas dan bela-belain ke sini untuk memberikan kembali uang yang Mas Restu berikan sama Marwah. Semoga bisa membantu keluar dari masalah ini,” ucapnya lagi tanpa menunggu Restu bertanya.Restu memijit pelipis deng
Read more
Part 84
Part 47 Isna menatap dengan tersenyum, berkas yang telah ia siapkan untuk diberikan pada pengacara. Ia sendiri yang akan mendaftarkan perceraian, tapi untuk proses selanjutnya, akan diurus oleh pengacaranya. “Aku menikah hanya untuk mendapatkan sebuah pengalaman yang menyakitkan. Terima kasih, Restu, atas apa yang kamu berikan padaku.” Untuk terakhir kalinya, Isna menatap foto Restu di buku nikah mereka. Ia baru sadar, bahwa lelaki itu berfoto tanpa senyum. Dua hari lagi, pengacara yang akan Isna sewa baru pulang. Namun, ia sudah tidak sabar sehingga menyiapkan semua berkas yang diperlukan saat itu juga. Teman-temannya sudah mulai bertanya perihal gosip Restu. Diantara mereka ada bidan desa di tempat Restu yang mendengar hal itu. Isna yang ditanya beberapa rekan kerjanya hanya menanggapi dengan tersenyum. Merasa ada untungnya gosip itu berkembang di saat ia akan mengajukan sebuah perceraian. *** Hasyim dan Rahayu saling pandang melihat sosok di hadapannya berlutut sambil bersujud
Read more
Part 85
Gosip tentang Restu yang selingkuh dengan Marwah sudah semakin melebar saja. Banyak mulut-mulut kotor yang membuat itu semakin panas dengan menambah-nambah cerita. Membuat Dahlan semakin naik pitam ingin mencabik-cabik tubuh anaknya. Namun, Tyas sebagai anak perempuan yang disayanginya, berhasil menenangkan dan membujuk. “Yang penting Mas Restu tidak berbuat seperti itu, Pak. Aku yakin. Meskipun Mas tidak cinta dengan Mbak Isna, dia masih bisa menjaga diri dan bukankah Bapak tahu sendiri jika Mas memang mempertahankan status sosialnya?” ucap Tyas berusaha meredam amarah sang ayah. “Kita harus cari biang keladi yang menyebarkan gosip itu,” sahut Narsih yang tidak kalah geram. “Biang keladinya ya anak kamu itu! Kalau dia tidak menolong perempuan miskin itu ke rumah sakit, ia pasti tidak akan terjebak dalam masalah sepelik ini. Kalau yang menyebar gosip, sudah pasti keluarga wanita itu juga. Mereka ingin Restu cerai dengan Isna lalu menikahi Si Marwah itu.” Dengan napas tersengal menah
Read more
Part 86
Part 48“Berapa uang yang kamu butuhkan semuanya, Restu?” tanya Narsih sambil menemani anaknya makan.“Yang masuk ke korban seratus juta, Bu. Sudah aku kasih tiga puluh juta. Ambil mobil di kantor polisinya gratis. Tapi karena aku ini sudah sempat masuk ke tahanan, gak tahu nanti ngurusnya gimana.”“Kamu cuma punya uang tiga puluh juta? Kamu kemanakan gajimu? Padahal keperluan apa saja, orang tua yang ngurus,” celetuk Narsih kesal. “Apa uang kamu masuk ke keluarga Marini?”Restu menghentikan makannya. “Yang sudah terjadi jangan dibahas kenapa sih, Bu? Lagi-lagi dia. Lagi-lagi dia. Tidak semua hidup aku tentang dia juga,” ucapnya kesal.“Ibu hanya ada uang segitu. Sisanya, terserah kamu mau cari dimana. Bapakmu sudah tidak bisa dimintai lagi. Lagian, uangnya sudah habis buat kamu nyalon, buat biaya nikah kamu. Itu tinggal perhiasan dan cengkeh yang Ibu kumpulkan selama dua tahun. Kayaknya semuanya lima puluh juta. Makanya, jangan aneh-aneh. Kamu pinjam uang dulu sama siapa. Dekati Isna
Read more
Part 87
Ika, teman Isna berdiri mematung di amabng pintu saat melihat sosok tamu yang datang ke rumahnya. “Suami Isna ya?” tanyanya kaget campur heran.“Iya, Bu,” jawab Restu tegas. “Boleh saya berbincang-bincang sebentar dengan Ibu?” lanjutnya bertanya.“Mau berbincang apa?” Ika bertanya malas karena ia sudah tahu apa yang terjadi diantara mereka.“Saya tidak bisa menjawab di sini,” jawab Restu seolah memaksa masuk.Dengan terpaksa dan malas, Ika mempersilakan tamunya. Restu mulai menceritakan kegundahan hati versi dia. “Saya tahu, Bu Ika orang yang cukup dekat dengan istri saya. Jadi, saya mohon bantuannya untuk dapat membuat kami dekat kembali.”“Memang kalian pernah dekat?” sindir Ika.“Apa Isna pernah bercerita sesuatu hal sama Bu Ika?” tanya Restu penasaran.“Kira-kira?” Ika kesal dan balik bertanya.Restu salah tingkah dan terlihat malu. Karena ia mengatakan pada Ika bahwa saat ini Isna sedang merasa kesal dengannya lalu menjauh lantaran ia sedang terkena masalah.“Dengar! Saya tidak p
Read more
Part 88
Part 49“Kalau Isna mau berpisah dengan kamu, itu hal yang memang seharusnya dilakukan dia. Bukankah kamu tidak mencintai dia? Mengapa sekarang mau menahan dia dan takut kehilangan?” tanya Harun dengan ekspresi tidak suka setelah mendengar cerita dari Restu.Sepulang dari rumah Ika, ia langsung ke rumah sahabatnya itu untuk meminta saran.“Mas, aku mulai mencintai dia. Aku sadar, jika selama ini mata hatiku sudah buta. Dia perempuan yang sangat spesial. Pandai, cantik, punya pekerjaan dan satu lagi, pengetahuan agama yang dimiliki tidak jauh dari Marwah. Bedanya, Isna tidak pernah berceramah atau berbicara dengan membawa dalil. Aku menyesal. Aku ingin merajut hubungan suami istri yang semestinya dengan dia,”“Setelah kamu melukai hati Isna sedemikian parah? Merendahkan dia dengan bilang kamu tidak bernafsu sekalipun istrimu itu tak memakai sehelai benang? Wanita mana yang mau?” Harun yang akhir-akhir ini menolak dihubungi Restu terlihat sekali menunjukkan sikap tidak sukanya.“Aku aka
Read more
Part 89
Restu menatap Isna. Cantik benar-benar cantik, itu yang dipikirkannya. Merutuki diri sendiri yang terlalu dibutakan cinta pada Marwah. “Aku tidak pernah bertemu Marwah, hanya waktu itu diminta menjemputnya saja. Maaf jika aku menyakiti kamu selama ini ….”“Seperti kamu yang perlu waktu untuk menyadari sikap kamu salah. Aku juga perlu waktu untuk menyembuhkan luka hatiku. Jadi, jangan pernah memaksaku untuk segera menerima cinta dan permohonan maaf kamu seketika ini juga. Aku bukan perempuan gampangan. Saat menikah dengan kamu, aku benar-benar memilih kamu sebagai pendamping hidup. Aku berharap, kita akan menjadi keluarga yang bahagia. Dan selama menunggu jodoh yang benar-benar halal untukku datang, aku sama sekali tidak pernah bermain api cinta dengan siapapun. Aku sangat menjaga harga diri dan martabatku sebagai seorang wanita. Sampai akhirnya aku mendapati kenyataan, kalau kamu tidak menginginkanku. Lukaku sangat dalam dan aku berusaha menyembuhkan seorang diri. Mau menyalahkan siap
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status