Semua Bab PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU: Bab 71 - Bab 80
111 Bab
Part 70
Part 40Narsih menangis tersedu-sedu mendengar berita yang disampaikan oleh Tyas.Dahlan yang duduk dengan kesukaannya menyesap kopi dan menyulut sebatang rokok--hanya diam tidak menyahut.Kepulan asap yang ditimbulkan dari rokok yang disulutnya seolah membentuk lingkaran dan memudar setelah beberapa saja. Memainkan barang kesukaannya itu karena pikiran tidak sedang baik-baik saja."Pak, kenapa diam? Ayo, kita menyusul Restu ke rumah sakit. Di rumah sakit apa di kantor polisi, Yas?" Narsih beralih pandangan pada putrinya."Gak tahu, Bu. Mbak Isna cuma bilang Mas menabrak orang. Gitu aja," jawab Tyas sambil mengedikkan bahu."Pak ...." Narsih yang duduk di bawah suaminya, mengguncangkan bahu lelaki yang terlihat bergeming."Untuk apa? Biarkan saja dia mengatasi masalahnya sendiri. Kita tidak perlu ke sana. Malam-malam pergi bawa mobil, pasti mau ke rumah sakit. Sudah gila cintanya sama perempuan miskin itu. Sehingga akal sehatnya kurang. Dia sudah dewasa, biarkan mengambil resiko atas
Baca selengkapnya
Part 71
Selama Restu ditahan, Isna seolah merayakan penderitaan Restu dengan melakukan banyak hal. Shopping, jalan-jalan dan bertemu dengan banyak teman lamanya di saat tidak ada jam dinas."Mas Fahri masih mengharapkan kamu. Dia cerita sama aku," kata Anggi, kawan SMA nya dulu."Dari mana kamu tahu?" tanya Isna cuek. Rumah tangga yang tidak bahagia, bukan berarti menjadi celah untuk dia dekat dengan lelaki lain."Dia cerita sama suamiku. Mereka satu angkatan. Tapi, beda tempat tugas. Dunia tak selebar daun kelor ya, Is," celetuk Anggi. "Mas Fahri merasa jika masih ada kesempatan untuk bisa mendekati kamu. Tapi, jangan dipikir, Isna. Kamu sudah menikah dan bahagia dengan pasanganmu, bukan? Nikmati hidup kamu dengan suami kamu. Masalah Mas Fahri, dia pasti akan menemukan jodohnya.""Lha terus, apa maksud kamu kasih tahu aku?" ucap Isna sambil memutar bola mata.Anggi yang berprofesi sebagai staf administrasi di kantor sekda itu hanya meringis memperlihatkan gigi putihnya."Kamu gak ingin kita
Baca selengkapnya
Part 72
Part 41“Mau pulang kemana?” tanya Harun saat mobil yang dikendarai telah memasuki perbatasan kecamatan.Restu diam terlihat bingung.“Pulanglah ke rumah orang tuamu,” kata Harun memberi saran.“Mereka marah sama aku,” aku Restu lirih.“Aku tahu itu. Tapi, bukankah lebih malu jika kamu pulang ke rumah Isna? Dimana letak harga dirimu sebagai kepala desa setelah apa yang kamu lakukan terhadapnya.” Harun berkata dengan sedikit kesal.“Mas Harun tahu dari siapa?”“Orang tuamu,”“Bagaimanapun Isna istriku. Dia yang sudah aku nikahi secara sah. Jadi, apa yang menimpaku saat ini, kami harus melewatinya bersama.”“Kamu benar-benar lelaki tidak tahu malu. Dia tidak kamu berikan nafkah semestinya. Sekarang kamu menuntut seperti itu? Gunakan akal sehatmu, Restu! Aku tidak mau mengantar kamu ke sana. Aku malu. Silakan kalau kamu tidak malu, maka lakukan saja sendiri. Aku turunkan kamu di pertigaan nanti.”Restu diam, memilih melempar pandangan ke luar jendela. Menghirup udara sebanyak-banyaknya k
Baca selengkapnya
Part 73
Dengan kesal, Restu turun dari mobil sahabatnya. Du rumahnya, Isna masih berbalas pesan dengan gurunya. Hingga Lulu, akhirnya menuliskan sebuah nasehat yang membuat Isna berhenti membalas pesan karena memikirkan apa yang dikatakan oleh mantan gurunya itu. [Bukalah hati untuk lelaki lain. Kamu berhak bahagia. Ibu tidak tahu batasan sebuah dosa, tapi kamu harus menunjukkan pada lelaki yang sudah merendahkan kamu itu, bahwa kamu bisa bahagia dengan lelaki lain. Kamu sekadar membukanya, Isna. Bila ada seseorang yang tulus mencintaimu, maka kamu harus memberikan kesempatan untuk diri kamu bahagia dan menjadi ratu bagi lelaki itu. Jangan membeli kucing dalam karung. Pilihlah orang yang sudah kamu ketahui jelas latar belakang juga masa lalunya] Isna masih memandang layar ponselnya. Seolah apa yang disampaikan Lulu adalah sebuah pesan yang memang harus dilakukannya. Tiba-tiba, ada pesan lagi dari nomor yang tidak dikenalnya. [Jangan mau diperalat Restu. Lepaskan diri dari dia. Kalau dia p
Baca selengkapnya
Part 74
Part 42Sore itu, Restu pergi dari rumah Isna dengan masih menahan sakit. Ia menuju rumah orang tuanya, satu-satunya harapan akan mendapat bantuan dengan menelpon salah seorang remaja desanya yang dikenal untuk menjemput. Tidak mungkin dirinya meminjam motor keluarga Isna.“Belajar untuk mengurus hidup sendiri. Jangan selalu mengandalkan orang tua. Kamu sudah dewasa. Lagi pula, seorang kepala desa masa buntu jalannya?” Jawaban ketus diucapkan oleh Dahlan. “Belajar bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan. Jangan bisanya hanya menyiram kotoran di wajah orang tua saja. Tidak sekarang, tidak besok, tidak ada uang yang akan kami keluarkan untuk membantu kamu.”Narsih hanya memandang kasihan pada anak sulungnya. Sebagai seorang ibu, ia ingin sekali membantu Restu, tapi takut dengan ancaman yang diberikan suaminya.“Jika kamu nekat membantu Restu, maka akan aku secepatnya aku urus perceraiannya dengan Isna, dan menikahkan dengan Marwah, lalu membawa menantu barumu ke sini, dan aku yang
Baca selengkapnya
Part 75
Bukan gelandangan, tapi hidup terlunta-lunta. Menjadi seorang terhormat, tapi harus menderita. Itulah yang menggambarkan keadaan Restu saat ini. Ia mencoba mencari bantuan pada siapapun yang bisa membantu. Namun, semuanya seakan nihil. Tidak ada yang mau menolongnya. Teman-teman kepala desa, teman kuliah, siapapun yang dihubungi Restu selalu beralasan jika tidak punya uang. Setiap hari harus tidur di balai desa. Hingga akhirnya, desas-desus keretakan rumah tangganya menjadi perbincangan di kalangan warga. “Haruskah aku meminta tolong pada bapaknya Isna?” gumam Restu sembari menatap langit-langit ruangannya. Ia berbaring di atas kasur busa kecil yang memang sudah tersedia di sana. “Itu akan menjadi pilihan terakhir jika tidak ada yang mau menolongku.” Restu memejamkan setelah berkata demikian. Masalah yang pelik telah membuatnya sejenak berhenti memikirkan Marwah. *** Korban yang ditabraknya sudah pindah dari ruang ICU ke ruang perawatan. Restu telah memberikan uang tabungan yang di
Baca selengkapnya
Part 76
Part 43“Mas Restu hidup di balai desa. Bapak melarang Ibu menjenguk apalagi kasih makanan. Mas Restu menabrak orang pas malam-malam dari rumah sakit. Sekarang didenda orang itu. ditambah lagi mobilnya rusak di kantor polisi. Mbak Isna gak mau bantu. Bapak sudah tidak mau bantu juga. Coba, ibunya Mbak Marwah yang hobi merepotkan masku, bisa bantu? Kalau sudah tidak jodoh jangan memaksa, Mbak! Dan jangan jadikan keluarga Mbak sebagai alat untuk mengganggu masku. Jangan juga jadikan kemiskinan kalian untuk alasan selalu menjadi benalu dalam hidup masku!”Tanpa sadar, Marwah terisak dan memegang dadanya. Ia merasa apa yang Tyas ucapkan sudah di luar batas.“Tyas, umur kamu masih terlalu kecil. Seharusnya kamu tidak berkata seperti tadi. Kamu tahu, jika menyakiti perasaan orang lain dengan lidahmu, maka ia akan bersaksi kelak di akhirat.” Setengah menahan tangis, Marwah mengangkat wajahnya mencoba memandang adik dari laki-laki yang dicintainya itu.“Mbak, sekali-kali jangan membawa-bawa a
Baca selengkapnya
Part 77
“Lhoh, benar, ‘kan, Bu. Dia itu menantu pilihan Ibu dan Bapak. Gak papa, Buk, aku sudah siap menghadapi gunjingan tetangga. Aku sudah siap dengan segala fitnahan yang akan dilayangkan padaku nantinya. Terlebih, saat ini Restu sedang terkena musibah.”“Maafkan kami sudah menjerumuskan kamu, Isna,”“Aku maafkan, Bu. Jangan diulangi lagi, ya?” Isna melempar senyum untuk sang ibu.Ia bercanda hanya ingin terlihat baik-baik saja.“Restu tidak menghubungi kamu lagi?”“Tidak, dong! Lha aku ini siapa, Bu? Aku bukan istrinya dan dia bukan suamiku. Kata Tyas, dia sekarang hidup di balai desa karena diusir bapaknya. Tapi, aku tidak membalas pesan Tyas. Biarkan saja, mungkin dengan seperti ini akan lebih leluasa mereka berdua bertemu. Kan, pujaan hatinya sudah pulang.”“Kamu baik-baik saja, Isna? Kamu tidak sakit hati lagi?” Wajah wanita yang melahirkan isna terlihat sedih.“Tidak. Aku sebentar lagi akan bebas. Itu yang kusyukuri. Dalam keadaan seperti ini, tidak ada yang lebih kuinginkan selain
Baca selengkapnya
Part 78
Part 44“Mas, boleh aku bicara sebentar saja?” tanya Marwah yang sengaja menghadang Restu di jalan sepi dekat balai desa.Restu terlihat menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada orang yang melihat. “Mau bicara apa, Marwah?” tanyanya. Intonasi yang diucapkan terdengar tidak enak di telinga Marwah.“Kamu takut ada yang melihat? Kita mencari tempat yang sepi,” kata Marwah ragu.“Tidak usah sepertinya. Aku tidak mau kita semakin digunjing warga,” tolak Restu.“Ya, aku tahu. Maaf jika aku sudah lancang menemui kamu. Tapi, ada hal yang ingin aku katakan, Mas ….”“Marwah … Marwah, maaf jika selama ini aku masih memberikan harapan sama kamu. Aku harap, mulai sekarang kamu harus bisa melupakan aku dan aku akan melupakan kamu. Hubungan kita, biarlah hanya sebatas aku sebagai kepala desa dan kamu warga desa. Jika suatu ketika aku membantu keluarga kamu, maka itu karena aku ini bertanggung jawab terhadap seluruh warga desa. Kuharap setelah ini kamu akan menemukan seseorang yang jauh lebi
Baca selengkapnya
Part 79
“Baik, Tyas! Kuharap, ini juga terakhir kalinya kamu menghina keluarga kami. Semoga kalian akan selamanya memegang kekuasaan dan hidup dengan kejayaan. Roda kehidupan itu berputar. Kamu belum pernah merasakan di posisi sebagai orang tidak punya. Sehingga kamu menganggap kamu bisa berkata semau kamu tanpa memikirkan perasaan kami yang kamu lukai. Padahal, kamu masih kecil. Seharusnya, kamu tahu siapa yang kamu ajak bicara. Aku tetap akan mengingat hari ini. Hari dimana kamu seolah merendahkan dan menghina kami. Sekali lagi, semoga selamanya kamu akan menjadi orang kaya.”“Ya, makanya tidak usah terobsesi sama masku. Semua keluargaku membenci Mbak Marwah. Kalau Mbak Marwah menjauh, malah tidak akan mendapat hinaan,” celetuk Tyas asal bicara.Marwah berlalu meninggalkan Tyas. Ia benar-benar merasa sakit hati atas apa yang diucapkan adik Restu. Bersumpah selamanya akan mengingat dalam otak dan menyimpannya dalam hati.Tyas menjalankan kembali motornya, melewati Marwah yang sebenarnya berj
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status