All Chapters of Menjandakan Istri Demi Selingkuhan: Chapter 21 - Chapter 30
183 Chapters
21. Amelia
Tanganku bergerak bebas melukiskan sebuah keindahan pantai saat sore hari. Dalam lukisan tersebut terlihat bocah kecil berlarian mengejar matahari. "Indah, sangat indah. Amel suka, Nek!" Terdengar suara gadis kecilku yang memuji hasil desainku. Segera aku berpaling menghadapnya, gadis itu berdiri terdiam menatap ke arahku dan Cintya bergantian."Nenek bilang hanya Tante Cintya yang melukis buatku, mengapa sekarang ada Bunda Ann?" Sebuah tanya Amel yang ditujukan pada Zakia, neneknya."Ini kejutan untuk Amelia. Bukankah Amel sangat rindu pada Bunda Ann?" balas mama mertuaku dulu."Bukankah Nenek mengerti bagaimana jika Amel merindukan bunda? Apakah Nenek ijinkan jika Amel merinduinya?" Gadis itu terus bertanya pada Nenekbya tanpa melihat lagi ke arahku.Dalam setiap pertanyaannya selalu mengandung kesedihan juga kepedihan hati. Gadis sekecil itu sudah bisa memilah sebuah kata indah agar aku tidak terluka."Nenek, bolehkan jika Amel memeluk Bunda Ann? Tidak adakah yang akan melihat?"
Read more
22. Bisikan Cinta
Amelia hanya diam saat jariku mengoleskan saleb, bibirnya tampak bergetar tanpa suara. Air matanya sudah tidak mengalir lagi seperti saat memelukku. Gadis kecil yang sudah mulai terbiasa."Terima kasih, Bunda!" ucapnya.Lalu kaki kecil Amel berjalan melihat semua hasil desain yang aku buat. Amelia tersenyum lalu tubuhnya berputar bagai memperagakan sebuah tarian."Indah, ini indah, Nek. Apakah Amel boleh datang ke sini saat rindu?" tanyanya dengan senyum yang mengembang."Boleh, Sayang.""Tunggu adik bayi lahir, saat dia dirumah sakit pasti akan banyak waktuku untuk bercerita di sini. Berikan aku sebuah kunci, Nenek?" pinta Amel sambil menadahkan tangan kecilnya."Adik kecil?" tanyaku heran.Seketika tangan mungil itu menutup mulutnya lalu menampar perlahan. Setelahnya dia berlari kecil mengitari semua ruang kamarnya. Seperti mengabsen setiap barang kegemarannya."Teddy, kau juga ada!" pekiknya saat melihat boneka teddy beard."Oh, hai aku punya kamar mandi sendiri!" teriaknya saat me
Read more
23. Ingin Tahu
"Sepertinya sangat rahasia, Mom. Apakh tante juga tidak boleh tahu dengan apa yang kalian bicarakan?" tanya Cintya."Tidak boleh, Tante. Ini hanya urusan antara anak dan ibu, tidak lebih. Andaikata lebih pasti akan Amel beri tahu pada kalian," kata Amel yang sudah tahu batasan urusan."Wah anak kecil sudah tahu batasan sebuah urusan, bagaimana nanti jika sudh dewasa?" tanya Cintya sambil pendangannya tertuju padaku."Mungkin Amel akan lebih waspada lagi, Tante." Gadis itu menggeliat mulai tidak nyaman berada di gendonganku.Aku pun akhirnya menurunkan gadis kecil itu dengan perlahan, lalu gadis tersebut kembali memandangi setiap sisi tembok yang sudah berhiaskan berbagai model kartun kesukaannya."Bagaimana cara melukis semua ini dalam waktu sekejab, Bunda?" tanya Amel sambil memandang wajahku."Semua itu adalah hasil kerja dari tangan Tante Cintya, Sayang. Bunda hanya mengikuti apa yang sudah ada dalam desain Tante kamu. Tidak lebih," jelasku pada Amelia lalu terlihat kepalanya menga
Read more
24. Hari Yang Di Tunggu
Hari terus berjalan, tanpa terasa aku sudah semakin jauh dengan kedua anakku. Bahkan Mama Zakia kini sudah tidak aktif lagi nomernya membuat aku menjadi hilang kontak dengan kedua anakku. Tidak terasa sudah satu setengah tahun aku bekerja di dunia desain interior dan eksterior. Bahkan sekarang perusahaan tempat aku bekerja sudah merambah ke luar kota hingga luar pulau. Omset yang di peroleh Irene hampir menyamai perusahaan induk yang dipimpin oleh ayahnya.Sampai suatu ketika Ayah Irene pun datang ke ruanganku hanya sekedar melihat cara kerja kami yang membuat perusahaan meroket."Apa kabar, Ann?" sapa Pak Burhan, ayah Irene."Alhamdulillah sehat, Pak!" balasku."Kerja yang bagus. Saya sangat luas dengan kepemimpinan kamu selama satu tahun terakhir ini, Ann. Kamu butuh semangat agar lebih maju lagi, tunggu hadiah dari perusahaan atas kinerja kamu!" kata Pak Burhan."Terima kasih, Pak. Mobil kemarin sudah cukup bagi saya, sekali lagi terima kasih!" kataku dengan nada rendah.Aku tidak
Read more
25. Pria Masa Lalu
"Annasta kamu Annasta binti Lukman kah?" tanya lelaki yang ada di depanku. "Benar, aku Annasta. Maaf dengan siapa?" tanyaku sedikit berpikir siapa dia."Bagaimana kabar kamu, Ann? Apakah Jasen bisa membuatmu bahagia?" tanya pria tersebut."Baik, sangat baik. Sedang apa kamu di sini Hanest ?" tanyaku.Hatiku berdetak lebih kencang saat mendengar suara Hanes. Sungguh hari yang sial atau untung bertemu dengan lelaki masa laluku, aku pun tidak bisa berpikir ulang. Namun, yang pasti debaran dulu masih ada buat lelaki di depanku ini."Menikahlah denganku, Ann! 'Kan kubuat senyummu selalu ada," katanya.Aku hanya bisa tersenyum dan berniat meninggalkan Hanest sendiri, tetapi tanganku ditahannya lalu sekali hentak tubuhku masuk dalam pelukannya. Jantung ini semakin berpacu, membuatku merasa tidak nyaman."Ann!" lirihnya sambil membelai wajahku."Apakah debaran ini masih untukku?" tanyanya."Hans, bisakah kamu lepaskan aku? Ini adalah jalanan para karyawan dan masih lingkup kantor, jadi tolon
Read more
26. Cafe Biru
Aku mulai melajukan mobilku dengan kecepatan sedang menuju sebuah cafe. Cafe Biru terlihat sangat ramai, banyak pengunjung yang datang sekedar ngopi dan berbincang rungan, ada juga yang datang bersama keluarga. Semua terlihat asyik dengan desain yang beranaka ragam.Aku datang ke tempat ini karena pemilik cafe lah yang menjadi klienku. Dia seorang wanita yang cantik dan lembut. Seorang singgle parent juga dia."Hallo, apa kabar Ibu Ann?" sapanya."Hallo juga Bu, aku baik-baik saja." Kulihat pemilik cafe itu menuju tempat yang sepi dan lebih santai, kami mulai membicarakan kerja sama ini."Silahkan duduk, Ibu Ann," kata pemilik cafe tersebut yang bernama Herta."Terima kasih, Bu Herta," balasku, lalu aku pun duduk didepan Herta.Kami mulai membicarakan masalah desain ruang untuk cabang cafe biru yang lain. Sambil mendiskusikan model desainnya ada hidangan ringan berupa cemilan kentang goreng dan jus mangga."Tema apa untuk cabang cafe nanti, Bu?" tanyaku."Aku ingin tema remaja, jangan
Read more
27. Opname
"Mas Jasen!" lirihku saat terlihat nama mantan suamiku.Kudial panggilan itu dan langsung kudengar berbagai umpatan meluncur bebas dari mulut suamiku yang ada diseberang."Kau bawa kemana anak perempuanku, Ann?!" tanya Mas Jasen dengan nada lantang."Apa saja yang kamu lakukan, Mas? Anak sampai kehilangan tenaga dan dehidrasi hingga harus opname?" aku melempar banyak tanya pada mantanku itu."Apa maksud kamu itu, Ann? Amel selalu aku beri makanan bergizi juga susu kesukaannya, bagaimana bisa kosong perutnya hingga siang?" bantah Mas Jasen."Jangan tanya padaku, Mas. Tanyakan saja semua pada rubah betina piaraan kamu itu!" tegasku pada Mas Jasen.Hening, aku hanya mendengar suara tuts yang ditekan silih berganti. Sepertinya Mas Jasen sedang sibuk. Apakah dia masih ada dikantor pada jam istirahat.Aku tidak mau ambil pusing, segera saja aku matikan sambungan telepon itu dan aku mulai mengurus administrasi Amel agar dia segera mendapat perawatan yang maksimal."Amelia harus sehat, semang
Read more
28. Dokter Frans.
Aku sangat nelangsa melihat nasib putriku, dia harus berjuang demi kebahagiaan sang ayah. Namun, Ayahnya tidak pernah melihat apa yang sebenarnya terjadi. Dari cerita Yoga aku menarik kesimpulan bahwa wanita rubah itu sangat pandai bersilat lidah, dan memainkan perannya.Tetapi aku juga harus memastikan sendiri seperti apa kelakuan si rubah betina itu. Hingga muncul sebuah ide untuk menghubungi kedua orang tersebut."Bang, bagaimana menurut kamu jika bunda menghubungi ayah dan mama Audre untuk datang ke sini?" Aku meminta pendapat pada pria kecilku.Lama Yoga diam, terlihat dari sinar matanya bahwa anak itu sedang menimbang sesuatu. Dengan menghembuskan napas kasar, akhirnya Yoga buka suara."Jika Bunda kuat melihat kemesraan mereka berdua, Yoga tidak bisa menahannya. Namun, jika Bunda belum siap sebaiknya jangan dihubungi," balas Yoga yang sangat memperhatikan perasaanku."Tetapi ini sudah menyangkut nyawa adik kamu, Bang. Apakah mereka tidak ingin melihat keadaan Amelia?" cecarku."
Read more
29. Rahasia
"Silahkan masuk, Nyonya!" kata Dokter Frans ramah.Aku pun masuk dalam ruangan dokter muda tersebut. Lalu sang dokter berjalan menuju pada sebuah rak dan ditariknya sebuah file. Setelah mendapatkan file tersebut, Dokter Frans pun kembali berjalan mendekat pada meja kerjanya dan duduk di kursi."Begini, Nyonya Ann. Saya hanya ingin menjelaskan beberapa penyakit yang sudah diderita gadis kecil itu sejak empat bulan yang lalu, ketahuilah gadis kecil itu sangag kuat walau tubuhnya sedang digerogiti penyakit berbahaya," ucap Dokter Frans."Sakit berbahaya? Seberapa bahayanya, Dok?" tanyaku."Adik Amel memiliki penyakit mag akut, dengan disertai asam lambung. Anda tentu tahu dua penyakit ini 'kan, Nyonya?" tanya Dokter.Aku hanya menganggul kecil meski tidak begitu paham dengan informasi tersebut. Lalu tiba-tiba pintu terbuka dengan paksa. Muncul seorang pria yang sangat aku kenal, Mas jasen bersama istri."Frans, apa maksud semua ini!" hentak Jasen."Duduk dulu, Mas!" ucap Dokter Frans.Ma
Read more
30. Tamu Aneh
Plak!Sebuah tamparan mendarat dipipiku, seketika aku terhenyak dan melihat sosok itu. Sungguh tidak aku duga bila tangan itu berani melukis lagi wajahku saat aku bukan lagi istrinya."Mas, kau sudah keterlaluan! Keluar kalian dari ruanganku, dan ingat suatu saat nanti keadaan akan membalik padamu!" ancam Frans.Tanpa ragu tangan Frans mengusap bekas gambar tangan Jasen di pipiku dengan kapas yang dibaluri alkohol. Perih dan nyeri aku rasakan pada permukaan pipiku. Frans terlihat sangat telaten merawat lukaku. Mas Jasen yang masih berada dalam ruang pemeriksaan itu menjadi naik darah melihat tangan Frans menyentuh kulitku. Tanpa banyak bicara sebuah bogem meluncur pada rahang kanan Frans. Pemuda itu berhasil menghindar dari bogem tersebut."Apaan kamu itu, Mas?" hentakku pada sang mantan. "Kau masih istri sahku secara hukum, Ann. Mengapa berani sekali kau menyodorkan wajahmu pada pria lain dan didepan mataku? Kau sudah menjadi J4l4ng kah, Hah?!" pungkas Jasen."Tutup mulut ember kam
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status