All Chapters of Kesombonganmu Kubayar Tunai: Chapter 131 - Chapter 140
150 Chapters
Pernikahan Liana
Seketika tubuhku gemetar. Bahkan, tanganku mendadak lemas dan tak mampu menahan berat ponsel. "Bu, Ibu nggak pa-pa? Kok wajahnya pucat gitu?" ucap Liana seraya mengambil ponselku dari atas sofa. "Siapa sih yang nelepon?" Sayangnya, layar ponselku mati hingga Liana tidak bisa melihat nomor yang sedang meneleponku. Sontak, aku memutar tubuh menghadap Liana. "Kak, tadi itu Andra yang nelepon. Dia bilang...." Sebuah tarikan napas kumunculkan di antara kalimatku. "Rajata kangen ibu. Setelahnya panggilan terputus.""Loh, kok gitu. Maksud dia apa?"Aku menggeleng pelan. "Coba kakak telpon dia lagi." Liana mengambil ponsel dari dalam sakunya lalu meletakkan ponselnya di telinga. Beberapa saat kemudian ia bicara dengan seseorang yang sepertinya Andra. "Hallo, Ndra." Liana berucap kesal. "Tadi maksud lo nelpon nyokap gue mau ngapain? Pake nyebut-nyebut nama almarhum Rajata, adek gue?" Putriku itu kemudian menjauhkan ponsel dari telinga dan membesarkan volume telepon selularnya."Kak, Kak Lili
Read more
Damar sang Ketua Osis
Pov AuthorJakarta, tahun 2000"Ini buat, Kakak," ucap seorang gadis berambut sebahu seraya menyodorkan sebuah amplop berwarna merah jambu. Damar tak langsung merespon. Tanpa bertanya dan membuka isinya pun, ia sudah paham apa isi surat itu. Surat berisi pernyataan cinta gadis itu. Sama seperti puluhan gadis Tunas bangsa lainnya. "Oke, makasi," kata Damar sambil memamerkan senyum khasnya. Senyuman yang membuat seisi sekolah terpesona. Maklum saja, siapa yang tidak tertarik pada sosok pemuda gagah, tampan, pintar dan menjabat sebagai ketua OSIS? Bisa dibilang, jabatan ketua OSIS saja sudah mampu menjadi magnet membuat seisi sekolah. Ditambah dengan kelebihan wajah menawan dan otak encer, semakin sempurnalah Damar di mata para kaum hawa. Sontak, gadis berambut sebahu yang diapit oleh kedua temannya itu histeris."Arrgh, gue disenyumin Kak Damar.""Senyumnya gilaaa, maniis kayak gula."Jerit mereka yang membuat Damar langsung menautkan kedua alisnya. Damar lalu memutar tubuhnya dan men
Read more
Riana dan Damar
Setelah berkenalan dengan Riana, Damar selalu berusaha mencari tahu di mana keberadaan Riana. Ia pun jadi suka berkunjung ke perpustakaan. Ia penasaran kenapa pesonanya sebagai cowok yang paling diinginkan satu sekolah tak bisa membuat Riana ikut menjadi penggemarnya. "Hai, ketemu lagi kita," sapa Damar saat menghampiri Riana yang tengah membaca buku di perpustakaan waktu jam istirahat. Riana hanya membalas dengan senyuman. "Baca buku apa?" Lagi-lagi Riana diam. Ia hanya menutup buku yang sedang dibacanya dan membatasinya dengan ibu jari kanannya. Riana lalu menunjukkan sampul buku bertajuk The Hound of Baskerville pada Damar. Damar mengangguk beberapa kali. Sudah jelas bahwa gadis di depannya ini tipikal cewek yang suka dengan misteri. Bacaannya saja kebanyakan buku detektif. Pasti itu akan berpengaruh pada cara berpikirnya."Oh, iya. Gue bawa, ni buku Trio Detektifnya," ucap Damar berusaha menarik perhatian Riana, dan dia berhasil. Sontak bola mata almond milik Riana membulat. I
Read more
Damar dan Liana
“Mar, kenapa sih, kelihatannya seneng banget?” ucap Sasti, ibunda Damar di tengah aktivitasnya makan malam. “Iya, Le. Tumben sampai lebar gitu senyumnya? Sudah lama bapak nggak liat wajahmu sesemringah itu?” Narto ikut bicara.Damar sontak terperenyak, tidak menduga jika kedua orang tuanya memperhatikan kelakuannya.“Enggak pa-pa, Pak, Bu. Damar cuma lagi inget seseorang.”“Siapa dia, Le? Wanita? Ayo cepat dilamar saja. Kamu kan sudah cukup umur. Sudah lebih malah. Keponakanmu saja sebentar lagi mau nikah. Masak omnya belum.”Damar tertawa. Sejenak kemudian ia menatap wajah ibunya yang ikut tersenyum dan penuh harap. Damar sebenarnya sangat ingin mewujudkan keinginan bapak ibunya, tapi hingga saat ini ia belum jua menemukan wanita yang bisa menggetarkan hatinya seperti Riana dulu melakukannya. “Andai saja Darma masih ada, pasti dia juga sudah menikah, ya, Pak?” Air muka Sasti tiba-tiba berubah hingga membuat hening mendadak muncul di tengah-tengah mereka. Darma yang merupakan saudara
Read more
Sang Menantu
Masih dengan senyum miring, Damar memangkas jarak dengan Riana. Meski risih, Riana terpaksa menerima saat Damar sang menantu mencium kedua pipinya. "Makasi sudah menerimaku sebagai menantu, Ibu Mertua, I love you," ujar Damar jahil sehingga membuat Riana membelalak. Saat wajah Damar menjauh, Riana cepat mendekatkan wajah mereka lagi. "Hei, menantu, awas ya kalau kamu berani macam-macam dengan anakku," bisik Riana tepat di telinga Damar. Sesaat kemudian, Riana menjewer telinga Damar. Sontak saja Damar mengulum senyum. Sekeras mungkin ia menahan tawa agar suasana syahdu yang sudah tercipta tidak menguap. Namun, gagal. Tetap saja aksi jahilnya mengundang perhatian orang-orang di sekitarnya. Terutama, Liana, Rafif dan kedua orang tua Damar.Riana yang menyadari kalau puluhan pasang mata tengah menghujaninya dan Damar, langsung memasang wajah sedih. Ia juga memberi kode pada Damar untuk melakukan hal serupa. Beruntung Damar segera mengikuti apa yang Riana inginkan. Setelah akad nikah, re
Read more
Malam Pertama yang Kacau
Pov AuthorLiana yang menyadari jika sang suami tidak ada di sisinya langsung terbangun. "Mas," ujar Liana sambil mencoba membuka matanya lebih lebar. Karena tidak mendapat jawaban, ia lalu bangun dan keluar kamar. Samar-samar telinganya mendengar suara Damar yang sedang berbicara dengan seseorang. Suaminya itu tampak begitu bahagia. Sontak, matanya membulat saat menyaksikan Damar sedang bicara dengan Riana. Organ kecil dalam dadanya pun melaju cepat. Aneka pikiran buruk pun satu per satu mulai mendatangi rongga kepalanya. Setibanya di dekat dapur, Liana memutuskan untuk tidak langsung menampakkan diri. Ia memasang telinga dan mematung di balik dinding yang membatasi ruang makan dan dapur. "Gue nyesel waktu itu nggak langsung pulang ke Indonesia. Malah memilih lanjut S2 di Belanda, jadinya gue terlambat lagi. Seandainya aja gue cepet balik, bisa jadi ...." ucap Damar pada Riana yang membuat air mata Liana mendadak tumpah. Oksigen di paru-parunya pun terasa menipis, membuat dadanya
Read more
Jungkir Balik Perasaan Liana
Untuk kedua kalinya di pagi itu, Rafif dan Riana saling pandang. Riana lalu bangkit, bermaksud ingin mencari tahu apa yang terjadi di dalam kamar sang putri, tapi dengan cepat Rafif meraih tangannya. "Ri, biarin aja, kamu nggak usah ikut ke sana.""Tapi, Mas, kalau Liana kenapa-napa gimana?" ucap Riana yang tak terima dengan sikap Rafif. "Udah biarin aja. Liana itu udah menikah. Sekarang tanggung jawabnya ada sama Damar. Kamu nggak boleh ikut campur. Lagian bisa jadi itu cuma gelas yang jatuh."Seraya mengempas napas kasar, Riana terpaksa menurut. Ia kembali duduk ke posisinya semula. Namun, tetap saja perasaannya tidak tenang. Terlebih setelah Rafif mengatakan kalau Liana tengah memendam kesal padanya. Di dalam kamarnya, Liana tengah memunguti pecahan gelas yang tidak sengaja Damar jatuhkan. Ibu jari kaki suaminya itu bahkan terluka karena terkena pecahan gelas. "Kamu si, Mas nggak hati-hati naro gelasnya." Setelah membersihkan pecahan gelas dan memastikannya bersih, Liana lalu m
Read more
Mimpi Buruk
Setibanya di rumah Damar, Liana langsung melaksanakan semua pesan Riana. Setelah meletakkan semua barang-barangnya di dalam kamar Damar, Liana langsung ikut sibuk di dapur, membantu ibu mertua menyiapkan makan malam. Tak lupa ia membuka semua oleh-oleh yang Riana bawakan dan ia sajikan di atas meja."Nduk, kamu nggak istirahat aja di kamar? Pasti kamu capek, kan?" ucap Sasti seraya tersenyum. Meski usianya sudah 65 tahun, tapi fisiknya masih sehat dan segar. Bahkan kata Damar, selama ini ibunyalah yang mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga. Tanpa bantuan Asisten Rumah Tangga. Damar sudah berkali-kali menawarkan agar sang ibu memiliki ART, tapi Sasti selalu menolak. "Justru ibu harus banyak aktivitas, Mar, biar nggak gampang sakit. Seperti teman-teman ibu, tu. Dikit-dikit ada aja keluhan. Ya sakit pingganglah, masuk anginlah, asam uratlah. Pokoknya macam-macam, deh." Sasti beralasan. Akhirnya Damar hanya bisa menuruti keinginan sang ibu."Nggak apa, Bu. Liana nggak capek, kok." Lian
Read more
Kedatangan Darma
Riana lekas menelpon Damar, tapi tidak diangkat. Ia memutuskan akan membiarkan saja sosok asing di depan rumah, pura-pura tidak mendengar jika nanti ia mengetuk minta dibukakan pintu. Riana memejamkan matanya kuat-kuat dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia ketakutan seperti melihat hantu. Sekejap kemudian, ponselnya berbunyi lagi. Dengan cepat Riana membuka selimutnya dan mengambil ponsel dari atas nakas. "Damar, syukurlah kamu menelpon," ujar Riana saat nama Damar terlihat di ponselnya. Benar sudah jika sosok di luar sana bukanlah Damar. "Kenapa, Ri? Kayak ketakutan gitu." "Di luar ada kamu.""Hah? Maksud kamu?""Maksud aku ada seseorang yang mirip kamu. Kayaknya dia Darma.""Kamu serius? Ya udah aku ke sana, ya. Kamu jangan lapor keamanan, ya, Ri. Takutnya mereka langsung membawanya ke kantor polisi. Siapa tahu dia memang Darma.""Iya, Mar. Aku juga berpikir begitu. Tapi tetap saja aku takut. Ngapain dia datang tengah malam begini?""Aku ke sana sekarang," ujar Damar
Read more
Kecemburuan Liana
Setelah kunci terbuka, Rafif membuka pintu sambil melonggokkan kepala ke luar. "Mar, kamu sendirian?" ucap Rafif pada Damar yang baru turun dari mobil. "Iya sendiri. Riana mana?" "Tuh, ada di dalam." Awalnya Rafif merasa aneh karena tiba-tiba Damar menanyakan Riana, tapi akhirnya Rafif menyadari jika Damar pasti cemas karena tengah malam tadi Riana menelponnya. Merasa kalau situasi sudah aman, Riana ikut muncul. Sontak, matanya melebar karena di depan rumahnya ia hanya melihat Damar. Di mana Darma? Dan di mana mobilnya? Jelas-jelas tadi aku mendengar suara mobil masuk ke halaman. Aneka tanya meramaikan rongga kepala Riana. "Ri, mana Darma?" ucap Damar seraya menepuki nyamuk yang menggigiti kakinya. Wajar saja, saat itu ia hanya memakai boxer."Tadi dia di sini, Mar. Aku denger mobilnya parkir di sini. Mas, kamu tadi juga denger kan kalau ada orang yang ngetok-ngetok pintu?" ujar Riana dengan suara bergetar. Dia lalu menyapukan pandangan ke seluruh halaman tapi jejak-jejak keberada
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status