All Chapters of Wanita Hamil itu Maduku: Chapter 71 - Chapter 80
98 Chapters
Bab 71. Alya Kenapa?
"Fitnahan macam apa ini, Pak? Saya di sini itu kerja bukan aneh-aneh, Pak! Lihat itu di motorku banyak paket yang harus dikirimkan. Saya kemari untuk mengambil paket milik Hana," ucap Habibi membela diri. Dia tampak emosional karena tuduhan tak berdasar itu. "Mana ada maling mengaku? Paling itu cuma buat kamuflase saja!" lirih Adam tapi masih terdengar oleh Habibi dan yang lainnya. "Apa maksud Anda bicara seperti itu? Anda menuduh saya?" tanya Habibi dengan nada yang tinggi. "Astaghfirullah hal adzim! Sebegitu kejinya kamu memfitnahku, Mas? Kenapa kamu tidak introspeksi lebih dulu? Tak perlu aku bicarakan masalah kita di sini, kan?" kata Hana membuka Adam terdiam. Pak RT dan yang lain diam saja. Mereka tak berhak ikut campur dalam masalah rumah tangga warganya. Pak RT di sana hanya untuk melegakan hati Adam yang sejak tadi memaksanya. "Mohon maaf Mbak Hana jika memang semua ini kesalahpahaman. Kami bukan menuduh Mbak Hana dan Mas ini. Kami ke sini hanya ingin mengkonfirmasi saja.
Read more
Bab 72. Beraksi
"Sudahlah lupakan itu. Sekarang hatimu sudah senang, kan?" kata Romi kemudian. Alya menganggukkan kepalanya. Terlihat tangan Romi mengambil sesuatu dari dalam tas yang dibawanya. Sebuah map tipis keluar dari sana. Lalu map itu diserahkan kepada Alya. Dahi Alya mengernyit. "Apa ini?" tanyanya pada Romi. "Sudah saatnya kamu keluar dari rumah itu. Kamu masih mau bersamaku, kan? Kita akan bersama-sama membesarkan Keenan. Bukan begitu?" ujar Romi. "Aku sudah menyiapkan semuanya untukmu. Rumah, mobil dan semua yang kamu inginkan akan aku kabulkan," lanjut Romi yang membuat mata Alya berbinar. Perempuan mana yang tak tersipu diperlakukan bak ratu oleh laki-laki. Semua fasilitas mewah siap diberikan oleh Romi kepadanya. Tentu saja Alya mau dan tak rela jika semuanya itu jatuh ke tangan perempuan lain. "Aku harus apa sekarang?" tanya Alya dengan mata berbinar. Alya sudah membayangkan hidupnya terjamin dan mewah. Dia sudah capek ikut dengan Adam karena kadang jika Alya ingin sesuatu tida
Read more
Bab 73. Alya Cuek
Adam luluh karena Alya merajuk. Dia akhirnya menandatangani kertas yang Adam sendiri tak tahu isinya karena tidak sempat membaca. Tentu saja Alya merasa di atas angin. Rencananya selama ini bersama dengan Romi akhirnya mencapai titik akhir. "Terima kasih, Mas," ucap Alya seraya tersenyum manis. Dia kemudian langsung masuk ke dalam. Tanpa menunggu lama, Alya langsung mengabari Romi jika misi sudah selesai. Mereka berdua tertawa bersama di telepon. Romi juga mengatakan pada Alya jika Alya harus sudah bersiap-siap mulai sekarang karena nanti Romi akan bisa menjemputnya kapan saja. Setelah mendapat kabar dari Alya, Romi segera memasang iklan. Iklan untuk menjual rumah yang di tempati oleh Adam dan Alya. Jika nanti rumah itu laku cepat, Romi akan segera mengusir Adam dari sana. Waktu cepat berlalu. Sudah satu minggu sejak Adam menandatangani surat pemindahan kekayaan miliknya kepada Romi. Adam belum tahu semua itu karena Alya masih di sana. Hanya saja, sikap Alya setelah hari itu berub
Read more
Bab 74. Terusir
Pemandangan yang tak terduga dilihat oleh Adam. Alya tengah bermesraan dengan Romi di rumahnya. Ya, Romi yang selama ini dianggap sahabatnya sendiri. "Kamu juga ngapain di sini? Dan kalian sedang apa?" Begitu polosnya pertanyaan dari Adam. "Kamu b*ta atau pura-pura tidak lihat? Apa perlu kami ulangi lagi?" kata Romi dengan senyum piciknya. Adam langsung teringat dengan ucapan Hana. Hana pernah mengatakan jika Romi dan Alya ada sesuatu. Bahkan Hana mengatakan jika Keenan bukan anaknya. "Apa kalian?" Adam bahkan tak sampai hati menyelesaikan kalimatnya. Keduanya tertawa bersamaan. Mereka menertawakan keb*dohan Adam. Romi mendekat ke arah Adam. Dia memutari Adam sambil memegang pundak Adam. Sebuah senyuman penuh kemenangan terukir di bibir Romi. "Iya. Aku dan Alya ada hubungan. Dan kamu tahu Adam, Keenan itu bukan anakmu melainkan anakku," bisik Romi tepat di telinga Adam. "Jadi Hana selama ini benar? Kalian menipuku?" Adam mulai terpancing emosinya. Perempuan yang selama ini dia
Read more
Bab 75. Penyesalan
Lama sekali Adam beristirahat di sana sambil merenungkan nasibnya kini. Semua yang dia punya sebenarnya bukan berasal dari harta ayahnya. Adam berjuang dari nol sampai dia bisa membeli rumah dan mobil. Namun tak demikian pikiran Romi. Saudara satu ayah itu menganggap itu harta ayahnya sehingga dengan tipu muslihatnya dia berhasil merebut semuanya dari tangan Adam. "Nak ..." Suara pria sepuh terdengar di telinga Adam. Seketika itu Adam menoleh dan mencari sumber suara. Adam mengucek matanya karena tak percaya dengan apa yang dilihat dihadapannya. Berulang kali dia melakukan itu tapi tetap saja yang dilihatnya sama. Hal itu membuat Adam bertanya-tanya apakah dia bermimpi? Tapi tidak, ini begitu nyata bagi Adam. "Ayah ..." seru Adam. Sang ayah tersenyum kepada Adam lalu mendekatinya. Ayah Adam memakai pakaian serba putih. Ayah Adam tersenyum melihat anaknya yang sekarang sudah besar. "Apa benar ini ayah?" tanya Adam yang masih tak percaya. Tangan Adam menyentuh tubuh ayahnya dan itu
Read more
Bab 76. Bantuan
Pak Muh terlihat memanggil istrinya dan mengajaknya ke dalam. Sepertinya ada yang akan dibicarakan oleh Pak Muh pada istrinya. Adam pun menunggu di ruang tamu dengan setia sembari dia berpikir apakah akan jadi mengambil kos ini atau tidak. "Tapi tadi Pak Muh sudah bilang sama istrinya kalau aku mau kos di sini. Padahal aku saja belum mengiyakan. Gimana ini? Apakah harus aku ambil?" tanya Adam pada dirinya sendiri. "Ini kuncinya, Nak!" Tiba-tiba saja Pak Muh muncul dan langsung memberikan kunci kamar kepada Adam."Lho apa ini, Pak? Saya, kan, belum setuju kos di tempat Bapak atau tidak. Kenapa saya diberi kunci?" tanya Adam yang kebingungan. "Gak apa-apa. Kamu bayar nanti setelah kamu punya uang gak apa-apa, Nak. Bapak hanya niat membantu saja," ucap Pak Muh yang tetap memaksa Adam mengambil kunci itu. "Tapi saya belum punya pekerjaan, Pak. Bagaimana nanti kalau saya tidak bisa bayar?" kata Adam dengan sejujur-jujurnya. Kepala Pak Muh menggeleng dan tangannya mengibas. "Gak masala
Read more
Bab 77. Kebaikan Pak Muh
Sejak kedatangan Adam ke tempat kosnya, Pak Muh menjadi lebih ceria dan bersemangat. Adam memang mengingatkannya pada Guntur. Pak Muh masuk ke dalam kamar Guntur yang sudah lama tidak ditempati. Awalnya Pak Muh ingin menawarkan Adam tinggal bersama dirinya dan menempati kamar Guntur. Tapi Pak Muh kembali berpikir lagi karena tak ingin membuat Adam merasa tidak nyaman. Pak Muh lama di kamar Guntur. Dia memilah-milah barang Guntur dan memasukannya ke dalam bungkus plastik. Tanpa memandang jam, Pak Muh bergegas pergi ke bangunan kosnya untuk memberikan bungkusan itu kepada Adam. "Masya Allah, Pak! Apa ini?" pekik Adam ketika tahu isi bungkusan yang dibawa Pak Muh. Pak Muh tersenyum dan menepuk pundak Adam dua kali. Bungkusan itu ada baju, kemeja, celana dan juga sepatu yang masih bagus-bagus. "Ini untuk kamu saja daripada di rumah gak kepakai. Saya lihat bajunya seukuran dengan kamu makanya saya bawa ke sini," kata Pak Muh. "Memangnya ini punya siapa, Pak?" Menurut Adam, barang yan
Read more
Bab 78. Berjuang
Adam bertemu teman semasa sekolah dahulu di masjid itu. Namanya temannya itu adalah Bowo. Sejak di dalam tadi memang Bowo sudah melihat Adam. Namun dia tak berani memanggil karena belum tahu kepastiannya. "Benar dugaanku. Ingat aku gak kamu, Dam?" tanya Bowo sambil menepuk agak kencang pundak Adam. "Tentu saja aku ingat," jawab Adam. Keduanya tampak mengobrol asyik untuk beberapa saat sebelum Bowo pamit untuk balik ke kantor lagi. Mengobrol dengan Bowo membuat Adam sedikit terhibur karena Bowo memang seasyik itu orangnya. Setelah istirahat, Adam kembali melanjutkan perjalanannya melamar pekerjaan. Dia pantang menyerah dan tetap semangat. Tepat pukul lima sore, Adam sudah sampai kos lagi. Sekarang, dia hanya tinggal menunggu untuk dihubungi. Baru saja Adam merebahkan tubuhnya, ada yang mengetuk pintu kamarnya. Dengan sedikit malas Adam membukanya. "Lho ... Pak Muh? Ada apa, Pak?" tanya Adam. Pak Muh sudah berdiri di depan pintunya lengkap dengan sarung dan peci kebanggaannya. "B
Read more
Bab 79. Kabar Duka
"Di rumah sakit mana biar saya ke sana sekarang?" tanya Adam. Yang ada dipikiran Adam saat ini hanyalah Keenan. Kasihan anak itu jika sendirian dengan kondisi kedua orang tuanya yang belum bisa Adam pastikan. Yang terpenting Adam sampai rumah sakit lebih dulu dan melihat kondisi keduanya. Biarpun kedua orang itu telah mengkhianati dan menipunya, Adam masih punya hati nurani. Apalagi setelah tahu jika Romi adalah saudaranya. "Di rumah sakit harapan, Mas."Setelah mendapatkan nama rumah sakitnya, Adam bergegas untuk pergi ke sana. Tentu saja naik angkutan umum atau cari ojek di sekitaran tempat kosnya. Tapi saat sampai di depan gerbang kos, Pak Muh memanggil. "Mau kemana, Nak?" tanya Pak Muh. "Mau ke rumah sakit, Pak. Ada teman yang kecelakaan dan ada anaknya yang kecil. Kasihan saya, Pak.""Innalilahi! Mau naik apa kamu ke sana, Nak? Pakai motor Bapak saja biar cepat," usul Pak Muh. Tanpa pikir panjang lagi Adam mengiyakan. Untuk saat ini hanya Keenan yang ada dipikirannya. Jika
Read more
Bab 80. Kabar Romi
"Apakah Bapak bisa ke rumah sakit sekarang? Kondisi saudara Anda tengah kritis," ucap petugas rumah sakit yang menelepon Adam."Astaghfirullah hal adzim! Baik, saya akan segera ke sana," jawab Adam cepat. Setelah sambungan terputus, Adam mulai kebingungan dengan Keenan. Dia merasa kasihan jika Keenan akan dibawa ke rumah sakit. Anak sekecil itu tak baik berada di lingkungan rumah sakit yang notabenenya banyak orang sakit. "Kenapa, Nak Adam? Kok sepertinya panik," tanya Pak Muh yang melihat gelagat Adam. "Saudara saya kritis, Pak. Saya harus ke rumah sakit tapi bingung dengan Keenan. Rasanya tak mungkin lagi saya ajak ke rumah sakit, Pak. Kasihan," jawab Adam. Istri Pak Muh ikut mendengar obrolan suami dan Adam karena kebetulan dia tak jauh duduknya dari mereka. Beliau langsung mendekat dan memberikan saran. "Biar Ibu yang menjaganya. Jika kamu tidak keberatan, biar Ibu bawa pulang anak itu," kata istri Pak Muh. Tentu saja Pak Muh sangat mendukung usul istrinya. Tadi memang Pak Mu
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status