Semua Bab TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN : Bab 41 - Bab 50
122 Bab
Part 41 Touring
"Mas boleh kan aku ikut?" rayu Alifa. Wanita itu mensejajari langkah Farrel yang seolah tidak melihat keberadaannya. "Mas, boleh ya, Mas?" ulangnya.Alifa ingin mengakhirinya. Dia yang cerewet itu tidak tahan jika didiamkan oleh Farrel walaupun laki-laki itu tetap memperhatikan dirinya.Farrel menghentikan langkah sejenak dan menatap istrinya dengan tatapan curiga. "Aku itu kerja, Fa. Kamu ikut mau ngapain? Mending kamu pulang dan tidur!" sahutnya acuh.Alifa menghentakkan kakinya ke lantai. "Pelit amat. Dikira aku itu anak kecil. Padahal cuma pengin ikut saja sekalian aku mau makan sama Zizi dan Evita." Alifa kembali menggerutu."Kalau sama Zizi mending ajak ke Cafè Biru karena Danang di sana. Nanti setelah ini aku nyusul." Farrel memberikan usulan."Aku laper Mas. Pengin makan sama kamu. Dicuekin suami itu ternyata bikin laper juga."Farrel menarik sebelah alisnya ke atas. "Hm, masa iya? Aku pikir kamu seneng aku diamkan. Biar bisa bebas."Farrel berkata santai."Iiihh ulangi terus. T
Baca selengkapnya
Part 42 Kejutan
"Mas tunggu, Mas!"Alifa mempercepat langkahnya. Laki-laki itu menoleh sebentar, kemudian mengacungkan beberapa dagangannya ke arah Alifa."Mbak mau beli?" tanyanya penuh harap.Alifa masih diam. Jarak mereka hanya sekitar dua meter. Alifa meneliti penampilan laki-laki tersebut. Bodynya dan cara berjalannya...Laki-laki itu memang memakai masker dan berkacamata, juga berambut gondrong. Namun, Alifa tidak mungkin lupa akan gesture orang tersebut. Gesture orang yang bersamanya hampir tiga bulan dalam atap yang sama."Kenapa Mbak? Jadi, bagaimana? Jadi, beli nggak, kalau nggak saya keliling lagi. Permisi Mbak," laki-laki itu mengangguk samar dan kembali berlalu.Bergegas, Alifa mengikuti, lalu menarik tangan laki-laki tersebut dan melepaskan maskernya. Sedetik kemudian, dipeluknya dengan erat tubuh jangkung itu.Di sana, Novi, dan Evita ternganga. Namun, tidak bagi Zizi. Dia hanya menggaruk rambutnya melihat interaksi Alifa dan Farrel yang menyamar sebagai penjual baju. Zizi memang sudah
Baca selengkapnya
Part 43 Kamu Harus Membayar Mahal
"Honey moon?" ulang Kevin dengan raut wajah berbeda.Zizi langsung mengangguk. Rasanya senang sekali melihat wajah Kevin berubah masam. Evita memilih diam karena dia tidak memiliki hobi bergosip seperti Zizi. "Mereka honey moon, Pak. Mungkin besok baru kembali, kalau nggak lanjut ke Bali!" Zizi menambahkan.Evita menyikut lengan sahabatnya itu. Dia menatap Kevin yang semakin menunjukkan wajah keruh. Namun, Zizi tidak peduli. Dia sengaja menyiramkan bensin di atas api. Bagi Zizi, yang terpenting Alifa dan Farrel bahagia dan dia bisa mendapatkan Danang."Oh, oke."Hanya kata itu yang keluar dari mulut Kevin. Dia menatap sekilas pada Evita yang mengangguk santun. Ucapan Zizi membuat Kevin terbakar api cemburu."Sial! Kenapa aku sakit hati mendengar Alifa honey moon?" gumamnya sambil melangkah gontai menuju kelas.Kevin memijit pelipisnya. Dia sudah berusaha menerima kenyataan jika semua tak lagi sama seperti dahulu, namun faktanya hati tak bisa selalu diajak kompromi.*Yogyakarta.Alifa
Baca selengkapnya
Part 44 Balas Dendam
Alifa menyikut dengan kuat dada laki-laki tersebut. Doni kembali terhuyung ke belakang. "Apa kamu nggak lebih bajingan dari suamiku, Doni? Hanya laki-laki bajingan juga yang beraninya dengan perempuan. Kamu nggak ada apa-apanya dibandingkan Mas Farrel!" Alifa mengakhiri kalimatnya dengan senyuman mengejek."Sialan kamu, Lif. Aku nggak peduli, dia harus merasakan bagaimana rasanya kehilangan orang yang dicintainya. Itu yang aku inginkan, Lif!" Doni tersenyum miring, kemudian mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Alifa terbelalak, ketika laki-laki itu mengeluarkan sebuah pisau lipat dan mengacungkan padanya.Alifa mundur beberapa langkah dengan waspada. Tatapan matanya mengikuti pergerakan Doni. "Tolong! Tolong!" Alifa tak ingin celaka. Ada janin di rahimnya yang terlebih dahulu harus dia pikirkan. Teriakan Alifa mengundang beberapa orang mencari keberadaannya.Doni yang tak ingin dihajar massa, langsung melarikan diri. Laki-laki itu memanjat pagar dan melompat keluar dari tempat pa
Baca selengkapnya
Part 45 Permintaan
"Nggak adil banget! Aku nggak mengerti apa-apa, malah menjadi sasaran. Cepat kalian lapor polisi, Mas!" seru Alifa jengkel. Farrel mengangguk tegas, kemudian mengusap-usap bahu istrinya untuk menenangkan. "Iya, Sayang. Kami pasti lapor polisi. Aku harus bertemu Mas Bintang dulu," ucapnya pelan.Alifa mengangguk lemah. Berkali-kali dia mendengus kasar. Menyesalkan kejadian yang hampir mencelakai diri dan calon bayi mereka. Alifa juga merasakan, semenjak menikah selalu ada saja cobaan dalam rumah tangga mereka. "Gini, Lif. Kalau malam pas Gundul ngelatih, kamu jangan di rumah sendirian. Lebih aman kalau kamu di rumah Budhe Halimah atau di rumah Pak Bintang." Danang memberikan saran. Dia juga merasa kasihan pada Alifa yang menjadi sasaran Doni.Alifa mengangguk sekali lagi. "Berasa aku istri seorang buronan saja kalau kayak gini. Mas, Mas. Makanya, kalau punya teman itu pilih-pilih lah. Pemakai narkoba dijadikan teman. Ngrepotin hidup saja!" gerutunya jengkel."Iyaa, paham. Lagian, seka
Baca selengkapnya
Part 46 Jebakan Dari Doni
"Aku pergi dulu, Vit. Nanti aku telepon Pak Kevin."Evita melangkah mensejajari langkah Alifa. "Aku ikut kamu, Lif. Kebetulan aku sudah kosong." Alifa menoleh sekilas pada Evita dan mengangguk."Vit, Vita!" Evita dan Alifa menghentikan langkah mereka ketika sampai di dekat anak tangga menuju ke lantai satu. "Dipanggil Pak Kevin, suruh cepat. Beliau mau ada kelas lagi soalnya. Daripada dimanyunin dosen ganteng!" seru seorang mahasiswi setengah berlari mengejar Evita dan Alifa.Evita menoleh pada Alifa meminta persetujuan. Alifa langsung mengangguk. "Pergi saja, Vit. Kayaknya penting!""Lif, aku nanti nyusul ya, kayaknya ini masalah tugas kemarin deh. Kenapa sih, sahabat kamu itu ngeselin, Lif?" gerutu gadis berhijab pashmina itu terkikik."Paling alasan saja. Sudah pepet saja, dia baik kok, sudah ya, bye!" Alifa menepuk pelan bahu sahabatnya. Evita membalikkan badan sembari berdadah-dadah ceria."Ojek Mbak?" tanya seorang tukang ojek yang baru saja tiba di tempat pangkalan ojek. Tanpa p
Baca selengkapnya
Part 47 Akibat Dendam
Doni menggenggam beberapa butir obat-obatan terlarang itu. Laki-laki itu seperti orang kesetanan. Alifa terus memberontak sekuat tenaga sembari mengeratkan rahangnya.Doni mencengkeram rahang Alifa dengan kuat. "Buka mulut kamu!" perintahnya bengis."Hmmp ... hmmpp!" Alifa memejamkan matanya, bersamaan air mata mengucur membasahi pipi. Namun rupanya, hal tersebut tak membuat Doni berbelas kasihan."Buka, aku bilang!" Doni semakin geram. Ingatan peristiwa empat tahun yang lalu kembali berputar di kepalanya. Roni, adiknya yang masih tercatat sebagai mahasiswa semester empat itu, harus meregang nyawa di tangan regu tembak. Pemuda tersebut terbukti menjadi pengedar sekaligus bandar narkoba. Kehilangan orang yang dicintai adalah hal yang sangat menyakitkan.Tangisan Alifa saat ini tak sebanding dengan kenyataan tubuh adiknya terbujur kaku dengan label narapidana. Itu dikarenakan ulah Farrel dan teman-temannya yang melaporkan keberadaan persembunyian Roni."Hmmmph ... argh!" Alifa terus me
Baca selengkapnya
Part 48 Bukan Sopir
"Ibu Alifa dan kandungannya baik-baik saja. Untung Anda cepat membawanya kemari. Sepertinya, Bu Alifa sempat memuntahkan minuman itu. Kalau tidak,..." Dokter itu tak sanggup melanjutkan ucapannya.Farrel mengangguk samar, hatinya begitu sakit melihat istrinya diperlakukan seperti itu. Farrel baru mengetahui jika Alifa tidak hanya dicekoki minuman beralkohol. Akan tetapi, juga sempat dipaksa menenggak beberapa butir obat-obatan terlarang.Bahu laki-laki itu berguncang. Dia menundukkan wajah di sisi tubuh Alifa yang masih belum sadarkan diri. Farrel menangis terisak di situ. Kevin yang berdiri di sampingnya menepuk pelan bahu laki-laki itu. Kevin juga merasa begitu bersalah. Secara tidak langsung, dirinyalah yang menyebabkan Alifa sampai mengalami peristiwa ini.Farrel mendongak menatap wajah pucat istrinya. "Maafkan aku, Sayang. Maaf, yang nggak bisa melindungi kamu. Doni brengsek," desisnya dengan tangan terkepal kuat."Sudah, Rel. Berhenti menyalahkan dirimu." Kevin berkata pelan. Ha
Baca selengkapnya
Part 49 Foto
Alifa langsung mendekati Farrel dan berdiri di samping meja kerja laki-laki itu. Alifa mengambil beberapa kertas nota yang semua terdapat tanda tangan sang suami.Farrel mendongak, kemudian melingkarkan lengannya di perut sang istri. "Semua ini rejeki untuk kalian. Alhamdulilah, semenjak kamu hamil, Kemangi Ijo banyak banget pelanggannya. Cafè Biru juga begitu." Farrel berkata pelan sambil mencium perut Alifa.Alifa menunduk dan membalas pelukan suaminya. Dia mengusap-usap bahu laki-laki itu. "Kenapa harus main rahasia-rahasia segala sih, Mas? Terus ngaku-ngaku sebagai sopir juga, apa maksudnya?" cecarnya gemas.Farrel terkekeh, kemudian bangkit dari tempat duduknya. "Ya biar saja, orang tahunya Farrel itu berandalan. Ngapain juga sombong dan woro-woro punya cafe dan rumah makan?" dalihnya. "Ayo, kita keluar, kasihan teman-teman kamu nungguin."Alifa mengangguk dan mengikuti arah pandangan Farrel yang menatap layar monitor CCTV. Wanita itu terkikik karena telah mengabaikan keberadaan
Baca selengkapnya
Part 50 Tanda Tanya Besar
"Maaf."Satu kata itu yang tertulis di balik foto tersebut. Alifa mengamati gambar perempuan yang berada di dalam foto bersama Farrel dan Sigit juga beberapa teman lainnya."Ada apa dengan gadis ini? Apa mantan Mas Farrel?" tanyanya.Alifa terkejut, ketika foto itu telah berpindah tangan. Dia menatap protes pada Farrel yang telah berdiri di sampingnya. Farrel meletakkan foto tersebut begitu saja, lalu memeluk tubuh istrinya. "Mas, perempuan dalam foto itu siapa?" tanyanya ketika bertemu pandang dengan sang suami.Farrel tak menjawab. Laki-laki itu malah menciumi pipi dan wajah istrinya. "Ish, Mas. Ditanya malah grepe-grepe!" Alifa kembali memprotes, ketika tangan Farrel tak hanya memeluknya, tetapi justru bergerilya.Farrel terkekeh tanpa dosa. "Itu almarhumah Karina, anaknya almarhum Pak Sutoro." Farrel menjawab lirih lalu melumat bibir Alifa tanpa memberikan kesempatan sang istri untuk kembali bertanya.Benar saja, Alifa tak punya kesempatan untuk bertanya lagi karena Farrel telah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status