Semua Bab Crazy Rich Baby: Bab 211 - Bab 220
305 Bab
Bab 211 : Baper
Sampai makan malam selesai, Marsha dan keluarganya belum juga datang. Richie bahkan meminta Kimi menghubungi putrinya, takut jika sampai sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Mereka semua kini berkumpul di ruang keluarga dan kembali membahas hal-hal random dari mulai perusahaan sampai dengan gosip artis yang sedang panas diperbincangan di media.“Bagaimana?” tanya Richie melihat sang istri baru saja selesai menghubungi Marsha.“Mereka sudah dekat, biasa cucu kesayanganmu itu rewel,”kata Kimi. Wanita itu duduk di sebelah suaminya lantas ikut mengomentari apa yang sedang dibicarakan oleh para iparnya.“Lalu, kapan Sean akan kembali lagi bekerja?”Pertanyaan yang dilontarkan Nic membuat Zie menoleh sang suami. Meski tahu harta yang dimiliki Sean sangat banyak, tapi jelas tidak mungkin dipakai sebagai biaya hidup terus menerus. Keenan semakin lama semakin besar, tidak mungkin memberi contoh yang kurang baik ke putranya itu. Sebisa mungkin Zie ingin mendidik Keenan mandiri, meski tahu ber
Baca selengkapnya
Bab 212 : Aku Adalah Aku
Semua orang terdiam karena tidak ada yang salah dari ucapan Yura. Hanya saja, sedikit terasa ada gesekan antara gadis itu dan Ghea. Serafina sendiri langsung diam melihat semua orang tidak ada yang membujuknya. Yura sendiri memilih untuk berdiri, dia meminta izin ke semua orang undur diri lebih dulu ke kamar. Gadis itu memandang sejenak Raiga, sebelum benar-benar pergi dari sana. “Aku tidak perlu menjadi orang lain hanya demi sebuah pengakuan atau kesan baik, aku adalah aku, aku akan tetap menjadi diriku,”gumam Yura di dalam hati. “Lihat! Gara-gara kamu merengek, tante Yura jadi tak enak hati,”ucap Marsha. Tidak ada satu orangpun yang berani membantah perkataannya ke Serafina, karena semua orang tahu bahwa ini adalah salah satu cara Marsha mendidik buah hatinya dan Jeremy. Marsha memiliki prinsip untuk tidak memanjakan sang putri. Serafina harus tahu dirinya salah, harus sadar bahwa karena sikap manjanya bisa menempatkan orang di posisi yang tidak nyaman. “Sudahlah! Mungkin Yura
Baca selengkapnya
Bab 213 : Pasangan Di Atas Buku
Malam pertama seharusnya dilalui dengan melakukan hal romantis dan diakhiri dengan bercinta, mungkin begitu pemikiran dari kebanyakan orang.Namun, tidak dengan Raiga dan Yura. Setelah mengobrol dengan Serafina, Yura memilih berbaring dan memejamkan mata. Tentu saja dia belum benar-benar terlelap, dia bahkan masih mendengar suara Raiga yang berada di kamar mandi.Yura meringkuk dan menarik selimutnya pelan-pelan, dia tidak ingin sampai Raiga tahu dirinya belum tidur.Saat langkah kaki pria itu terdengar mendekat, Yura semakin merapatkan kelopak mata. Ia merasakan Raiga mulai berbaring di sisinya. Raiga hendak mematikan lampu tidur, tapi sebelum itu bertanya-“Apa kamu terbiasa tidur dengan lampu menyala?”Mata Yura seketika terbuka lebar, dadanya berdetak tak karuan karena kaget ternyata suaminya tahu bahwa dia sejak tadi berpura-pura tertidur. Yura tak menjawab, dia tidak ingin malu di depan Raiga.“Aku matikan ya.”Raiga memutuskan untuk memadamkan lampu, karena Yura tak menjawab. I
Baca selengkapnya
Bab 214 : Pulang
“Kenapa tidak menunggu sampai sarapan siap dulu?”Seperti apa yang sudah dia katakan. Pagi itu Yura memutuskan untuk pulang bahkan sebelum semua anggota keluarga Tyaga bangun.Daniel ingin mencegah menantu barunya itu untuk pergi sepagi ini. Namun, sepertinya gagal karena Yura bersikeras. Gadis itu menggeleng, menatap ke arah dalam kamar di mana Ghea nampak duduk di atas ranjang.“Tante, aku pamit pulang dulu.”Wajah Daniel kebingungan mendengar Yura memanggil Ghea dengan sebutan ‘tante’ bukan ‘mama’. Sebagai kepala keluarga, dia merasa apa yang terjadi saat ini seharusnya bisa dihindari. Daniel menoleh kebelakang, dengan tatapan sedikit kesal dia memandang Ghea yang tak acuh dengan kedatangan Yura - yang mengetuk pintu kamar mereka di pagi buta.“Raiga akan mengantarmu ‘kan?” tanya Daniel pada akhirnya. Menahan Yura pun dirasanya sudah tidak lagi bisa.“Tidak, dia masih tidur. Aku akan naik taksi saja.”Yura tersenyum lantas menganggukkan kepala. Tak menunggu Daniel menjawab, dia sud
Baca selengkapnya
Bab 215 : Sebagai Kakak Ipar
“Maka dari itu kejar Yura sebelum terlambat!”“Aku tidak mau terlihat mengalah kepadanya, dia akan seenaknya sendiri nantinya ke aku.”Raiga masih saja membantah Sean, dia bahkan mundur ke belakang dan hendak menutup pintu kamarnya, tapi Daniel ternyata berada di dekat sana dan mendengar apa yang dua putranya itu bicarakan.“Biar Papa saja yang mencegahnya,”kata Daniel. “Sepertinya Papa tahu kenapa Rai memilih menjadi dokter ketimbang pengusaha.”Sean tergelak karena tahu sang papa baru saja menyindir adiknya. Ia berhenti memasang mimik seperti itu saat melihat Ghea juga keluar dari kamar. Wanita yang melahirkannya itu nampak memandang punggung Daniel yang menjauh, dia baru saja kena marah sang suami. Daniel bahkan berkata kecewa karena sikapnya ke Yura.“Aku paham apa yang terjadi di sini, agaknya mama dan kamu sama-sama membuat Papa merasa tak enak hati. Kamu keterlaluan Rai, meski kamu tidak memiliki perasaan ke Yura setidaknya kamu bisa sedikit bersikap baik demi bayi yang ada di
Baca selengkapnya
Bab 216 : Mendatangi Besan
“Kamu pasti tahu pepatah yang berbunyi tak kenal maka tak sayang, cobalah untuk mengenal Yura lebih dulu. Jangan bersikap seperti ibu tiri Cinderella!” Nasihat Daniel masih terngiang di telinga Ghea. Setelah hari di mana suaminya mencegah Yura pulang, dia terus saja merasa bersalah. Daniel memang tidak mendiamkannya, tapi tetap saja pria itu menunjukkan rasa kecewa kepadanya beberapa hari ini. Daniel memilih tak banyak bicara bahkan melewatkan pillow talk bersamanya. Yura benar-benar tak mau kembali lagi ke rumah mereka, sedangkan rumah Raiga masih butuh banyak penyempurnaan, sehingga belum layak untuk ditinggali. “Nyonya, kita sudah sampai.” Suara sang sopir membuat Ghea tersadar dari lamunan, kemudian menoleh ke luar jendela mobil. Wanita itu membuang napas sampai kedua pundaknya mengedik, tatapannya sedikit ragu. “Kenapa aku bisa ke sini?” gumamnya. “Iya Nyonya? Maaf apa Anda ingin kembali?“ “Tidak-tidak, bukan!”ucap Ghea. Ia sadar kalimatnya barusan hampir disalahartikan ole
Baca selengkapnya
Bab 217 : Urusan Ranjang
Sean hari itu membuat Zie terus tersenyum sambil sesekali tersipu malu. Ia tak menyangka masih akan dibuat terpesona padahal Sean adalah suaminya.Pria itu berniat kembali bekerja, sehingga memintanya untuk membantu memilih beberapa setel baju kerja baru di butik langganan mereka. Awalnya Sean dan Zie ingin pergi ke dokter kandungan untuk memeriksakan kondisi calon anak kedua mereka. Pagi tadi Zie mengalami flek dan membuat Sean sangat cemas. Apalagi hal itu terjadi setelah mereka menggoyang ranjang semalam.Namun, karena mendadak, mereka tidak bisa menemui dokter kandungan Zie hari itu. Alhasil Sean meminta tolong Raiga, tapi adiknya itu ada jawdal operasi, sehingga dia dan Zie diminta menunggu satu sampai dua jam lagi.Sean dan Zie sama-sama berpikir, jika menunggu di rumah sakit akan sangat membosankan dan akhirnya memutuskan pergi membeli baju di butik.“Tolong jangan terlalu keren, aku takut kamu dilirik karyawanmu di sana,”seloroh Zie. Ia memangku dagu dengan siku bertumpu pada
Baca selengkapnya
Bab 218 : Kenapa Grogi?
“Untuk apa mama menghubungiku?”“Mana aku tahu?”Zie membuang napasnya lewat mulut, dia tak habis pikir Raiga seketika mengabaikan pemeriksaannya dan malah melempar pertanyaan konyol ke Sean.“Angkat saja panggilan itu, kenapa bertanya?” sembur Zie yang kesal, dia tarik selimut khusus pasien untuk menutupi bagian perutnya. “Sepertinya kamu baik-baik saja, Nak. Setelah badai topan yang dibuat papamu,” lirihnya.Sean sepintas mendengar apa yang diucapkan oleh sang istri lalu menoleh. “Angkat teleponnya dan segera lanjutkan pemeriksaan ke istriku!” titahnya ke Raiga.Raiga bergerak cepat hendak meraih ponsel miliknya, tapi panggilan itu lebih dulu mati. Ia memandang Sean lalu Zie dengan gurat kebingungan.“Mati,”ucapnya.“Bagaimana bisa orang bodoh sepertimu menjadai dokter?” Sean berdecak sebal lalu mengangkat tangan seolah ingin memukul Raiga. “Ambil ponselmu itu dan telepon balik!”Raiga yang kesal mengepalkan tangan, dia membuat gerakan meninju tepat di depan muka Sean, tapi Sean bahk
Baca selengkapnya
Bab 219 : Mama Bukan Tante
Setelah Raiga setuju untuk membantu menghubungi istrinya, Ghea pun merasa lega. Ia tetap menunggu di dalam mobil sampai Raiga kembali mengirim pesan, memberitahu kalau Yura akan menemui Ghea sebentar lagi.Membaca pesan dari putranya itu Ghea pun menelan saliva, dia menoleh ke arah gerbang dengan perasaan harap-harap cemas. Sesekali sang sopir menatapnya dari kaca spion tengah, heran kenapa sang majikan seperti hendak bertemu dengan pelakor yang merebut suaminya.“Nyonya, apa Anda ingin saya antar masuk saja? Dari pada menunggu di sini?”“Tidak Pak, kita di sini saja,”jawab Ghea. Dia bahkan mempersilahkan sang sopir untuk pergi membeli makanan jika lapar, sedangkan dia memilih untuk menunggu di sana.Lima belas menit berselang Ghea sudah merasa jenuh menunggu di mobil, beruntung Yura muncul dan terlihat sedang dibantu oleh satpam menyeberang jalan. Ghea menegakkan badan, dia lantas membuka kaca jendela mobil saat Yura mendekat.“Tante Ghea, maaf aku tadi harus diskusi sebentar dengan
Baca selengkapnya
Bab 220 : Jus Nanas
Yura menatap layar ponsel di mana pesan balasan dari Raiga baru selesai dia baca. Ia menoleh Ghea, lantas memasukkan benda pipih miliknya ke dalam tas. Meski takut, tapi Yura akhirnya mencoba untuk mengajak bicara sang mertua.“Mama, apa ada sesuatu yang ingin mama beli nanti?”Di satu sisi Ghea kaget mendengar pertanyaan Yura. Namun, di sisi lain dia lega karena gadis itu mau bicara dan bahkan memanggilnya dengan sebutan mama. Ghea terlihat kebingungan dan hanya bisa memandangi wajah sang mantu, hingga bibirnya menipis. Ia tersenyum untuk mencairkan suasana.“Lihat-lihat saja dulu, sebenarnya mama ingin membelikan beberapa hadiah untukmu,”jawab Ghea.Yura menelan ludah, benar dugaannya. Ghea pasti akan mengajaknya berbelanja. Ia mencoba untuk berbasa-basi dengan menolak kalimat Ghea yang ingin memberinya hadiah.“Hadiah? Ulangtahunku sudah lewat.”Yura sengaja tertawa, meski apa yang dia tunjukkan sedikit mengandung kepalsuan. Dadanya terasa berdebar, Yura benar-benar takut jika samp
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
31
DMCA.com Protection Status