Semua Bab Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya: Bab 71 - Bab 80
110 Bab
47 B
“Kenapa pada lihat-lihatan?” Bang Rian kelihatan bingung, barulah semua keluarganya kompak tertawa.“Ih, gak asyik. Sukanya meledek terus. Kita main di luar saja, ya.,” ujar Bang Rian dan membawa anak perempuanku keluar.“Sebelumnya saya minta maaf, ya, Pak, Bu. Sepertinya ada yang perlu diluruskan sete;ah kejadian tadi. Saya tak ada niatan mau mempertemukan kalian dengan mantan besan. Saya benar-benar tak tahu kalau mantan mertua dari wanita yang sering diceritakan Rian adalah Pak Nugroho. Kami tak pernah membahas nama mereka, hanya sedikit mengetahui kalau Alina pernah mengalami penyiksaan dan kelaparan di rumah suaminya,” jelas Om Sandiaga.“Iya, benar. Kami harap kalian tak salah paham, ya.” Tante Erni menimpali.“Iya, kami yakin kok kalau kedatangannya tadi ke sini bukan kalain rencanakan. Tapi memangnya siapa yang sakit di sana, Pak?” tanya Ibu.Om Sandiaga tersenyum sekilas dan menegakkan punggungnya. “Saya dan istri merasa orang paling miskin di dunia ini. Meskipun harta kami
Baca selengkapnya
48 A
“Astaga, Rian. Gak modal banget, ya, main petik bunga Tante sembaranagn. Si mawar itu sudah Tante anggap kayak anak sendiri,” cerocos Tante Erni, menatap iba pada tangkai bunganya yang sudah dipetik.“Duh, Tante ini berlebihan. Aku ini juga kan anak Tante. Bunganya juga kuambil cuma satu tangkai, itupun untuk menyenangkan hati calon menantu Tante.”Tanter Erni tertawa sekilas. “Baiklah. Tapi kamu harus ganti rugi dengan nyiram semua tanaman ini besok pagi.”“Siap, Tante.”“Ya sudah, kalian mandi dulu, baru bawa Alina jalan-jalan.”“Memangnya boleh mandi bareng?” bisik Bang Rian. Tante Erni membeliakkan mata dan aku langsung membuang muka. Ekspresi tante dan kepokannya itu bikin gemas saja.“Apa kamu bilang? Kalau kamu berani berbuat nakal sama Alina, Tante yang akan jadi lawanmu.”Aku mengulum senyum melihat wanita yang ikut berjasa menjadikan calon suamiku jadi seorang dokter, mencubit perut Bang Rian. “Ampun, Tante. Ampuuun.”“Ini belum seberapa. Kalau kamu nakal, awas saja, perutm
Baca selengkapnya
48 B
“Udahlah, kalian pergi saja. Jadi pastikan jangan kena hujan, panas dan debu, ya.”“Beres, Tan. Akan dipasangi plastik tranparan di pintunya biar aman dan nyaman. Ayo, Tuan putri.”Bang Rian mengulurkan tangan pada putriku dan mereka berjalan duluan.“Hati-hati, Nak,” ujar Ibu yang sejak tadi ikutan senyam-senyum. Sedangkan Bapak, aku belum melihatnya. Entah sudah tidur di kamar, karena bagi Bapak perjalanan jauh itu sangat melelahkan sekali. Mungkin karena efek badan yang sudah menua juga.Aku naik ke becak dan duduk di bagian pinggir pintu dan Cici sudah duduk di sebelah sopir. Motor yang digunakan untuk menggandeng becak ini adalah motor besar dan masih mengkilap. Becaknya juga model untuk angkutan wisatawan sehingga tetap cantik digunakan jalan-jalan.“Darimana dapat ini, Bang?”“Sewa, Dik. Aku takut kalau naik mobil, kamu dan Cici malah tidur. Ini lebih bebas memandang semua jalanan.”“Memangnya kita mau kemana?”“Ya, keliling-keliling saja. Nanti kalau lapar atau haus, kita mamp
Baca selengkapnya
49 A
“Jadi gimana, Alin? Kamu izinkan Delon menemui Cici?” tanya Bang Rian, menyentuh pundaku. Aku terdiam, masih ragu apakah laki-laki ini tidak akan nekad menyakiti putriku juga mengingat dia pernah sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan.“Alina, aku memang laki-laki paling bodoh di dunia ini. Aku terlambat menyadari kalau cintaku padamu sebenarnya bisa tumbuh dengan sendirinya. Aku terlalu fokus ingin memiliki wanita lain yang jiwa dan raganya tidak bisa kurengkuh. Aku telah menumbalkanmu demi ambisiku,” lirih Delon sambil terisak. Kami jadi perhatian beberapa orang yang kebetulan lewat, tapi mereka berlalu tanpa ikut campur dengan urusan kami.Aku menarik napas panjang, menatap iba pada lelaki kurus ini. Tiada dendamku padanya, apalagi aku telah berhasil melewati masa-masa sulitnya hidup dengan baik. Kami sudah resmi berpisah, tapi ada anak yang menjadi hubungan ini tidak bisa benar-benar putus.“Baguslah kalau kamu sudah sadar dengan kesalahanmu. Kuharap kamu itu kuat. Kamu harus b
Baca selengkapnya
49 B
Tak terasa, mataku ikut menghangat. Perlahan pandangan pun buram karena cairan bening itu mulai menghalangi. Aku mengerjapkan mata dan mengalihkan pandangan agar Delon tak tahu kalau aku ikut menangis. Aku prihatin padanya, tapi tiada hak dan kewajibanku lagi untuk merangkulnya seraya mengatakan mengatakan kalau aku akan setia mendampinginya. Semuanya sudah bebeda. Di hatiku ada nama lain, lelaki terbaik menurut hatiku dan juga keluargaku. Lelaki yang akan memberikan warna hidup untukku.“Makasih, ya, Kak. Sudah bantu jagain anak saya,” ujarku pada perempuan berseragam khusus itu. Dia menganggukkan kepala dan permisi mau melanjutkan pekerjaan.“Eh tunggu. Ini sedikit tanda terima kasihku.”“Gak usah, Mbak. Saya ikhlas kok. Saya permisi,” tolaknya sambl menangkupkan kedua tangan di depan dada.“Dia tidak akan mau menerima uang pemberian orang lain, kecuali gaji karena bekerja,” timpal Bang Rian. “Dan menjaga Cici pastinya bukan pekerjaan menurutnya.”Aku tersenyum dan memsukkan kembal
Baca selengkapnya
50 A
Satu bulan kemudian, pernikahan antara aku dan Bang Rian dilangsungkan dengan meriah di kampungku. Ijab qobul berlangsung dengan lancar meskipun kuyakin Bang Rian sangat grogi. Terbukti dari tangannya yang dingin saat aku menyalami lelaki yang telah resmi jadi imamku itu. Orang paling banyak dikasih nasehat adalah Bang Rian. Dalam acara memberi petuah, semua yang hadir mengingatkan agar suamiku tak pernah menyakiti istri. Ya, sesayang itu semua orang padaku“Kamu ikutan memajukan yayasanku, ya, Lis. Jangan sampai yang sudah kita bangun dengan susah payah itu sampai tutup,” ujarku pada Lisda, sahabatku. “Beres, Bu Kepala. Makanya nanti sering pulang kampung untuk memantau perkembangan yayasan dan juga kebun sawit Cici.”“Aku bukan kepala yayasan lagi. Kak Sri yang akan mengurus semuanya. Dia itu sarjana dan lebih bijak untuk urusan itu semua. Kamu harus dukung kakak iparku, ya. Dan kebun, biarlah jadi urusan Bang Raka.”“Salut salut. Ya, beginilah yang namanya bos, ya. Tak usah kerj
Baca selengkapnya
50 B (Selesai)
“Maksudnya eskrim, Buya.”“Oalah, maaf Buya gak tahu. Tapi sedikit saja, ya, Nak.”Cici mengangguk senang. Bang Rian berjalan menuju kulkas yang berada di ruang tengah. Di sana isinya khusus jajanan saja, sedangkan lemari pendingin yang di dapur baru berisi bahan masakan.“Buya yang suapin, ya. Nanti kalau kamu dibiarkan makan sendiri, bisa habis semuanya.”“Iya, Buya.”Bang Rian menuntun putriku berdoa, lalu menyuapkan satu sendok es krim lembut dengan aneka rasa dalam satu wadah itu ke mulut Cici. Bocah itu langsung mengatakan kalau eskrimnya enak.“Bunda juga mau?”Aku mengangguk senang. Sebenarnya aku enggan makan es krim karena gigiku sensistif dan akan langsung ngilu jika memakan sesuatu yang cukup dingin. Tapi sepertinya tak apa kalau aku mencoba mencicipi sedikit. Gaya makan Cici kelihatan enak sekali.“Aaaah. Buka mulutnya. Aduuuh.”Bang Rian mengaduh kesakitan setelah jarinya berhasil kugigit. Salahnya sendiri, dia tak benar-benar niat mau memberiku es krim itu karena sendo
Baca selengkapnya
Adakah Cinta Buat ODHA? (Season 2)
Adakah Cinta Buat ODHA? HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga daya tahan semakin melemah dan rentan diserang berbagai penyakit. HIV yang tidak cepat ditangani akan berkembang menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yang mana kondisi kini merupakan stadium akhir dari infeksi HIV dan tubuh sudah tidak mampu untuk melawan infeki yang ditimbulkan. Dan Delon adalah salah satu pasien HIV. * “Pa, kenapa hidup kita jadi begini, ya? Miskin dan aku penyakitan pula.” Aku duduk lemas di teras rumah, di samping Papa yang sedang belajar jalan. Setelah lumpuh mengambil kebebasannya bergerak, kini Papa mulai mencoba bangkit lagi. Di rumah ini, teman yang bisa diajak mengobrol hanya Papa, sedangkan Mama masih sering marah-marah. Mama belum bisa menerima kenyataan kalau kami sudah bangkrut dan anak kesayangannya ini adalah Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). “Sebenarnya hidup yang kita rasakan sekarang adalah akibat dari perbuatan kita d
Baca selengkapnya
Menyakitkan
Hari ini aku ada janji akan bertemu Dina, janda yang punya satu anak lelaki. Wanita itu begitu manis meski tak begitu cantik. Dia perempuan yang sopan dan selalu menjaga jarak denganku jika sedang makan atau jalan di luar. Katanya gak enak jika dilihatin orang. Aku jadi merasa yakin kalau dia perempuan baik-baik yang menjaga maruahnya. Tidak mau terlampau mesra karena belum ada hubungan halal di antara kami.Andai dia nanti tetap takut berhubungan badan denganku tanpa pengaman setelah menikah, anak tentu tak akan jadi persoalan. Dia sudah punya anak sendiri dan aku bersedia menganggap anak itu seperti darah dagingku. Yang penting Dina setia dan sayang padaku. Menerima diriku dengan segala kekurangan dan juga kelamnya masa lalu.Aku memang sudah cerita padanya kalau pernah menikah dengan seorang perempuan cantik bernama Alina. Awalnya dia sempat cemburu kalau kami akan balikan lagi mengingat kalau aku sudah punya satu anak perempuan dari Alina. Namun, saat kukatakan kami tinggal beda k
Baca selengkapnya
Wanita Pengacau
“Gimana, Delon? Dia menerimamu, kan?” tanya Papa begitu melihatku pulang.Aku menundukkan kepala, lantas menggeleng lemah. Cukup lama tadi aku di kafe setelah ditinggalkan oleh Dina. Ada sedikit harapan kalau dia datang lagi dan mengatakan sudah berubah pikiran dan mau menerimaku apa adanya. Dia hanya bercanda mengatakan tidak mau jadi pendampingku. Itulah yang kuharapkan dan nyatanya hanya impian belaka. Wanita yang kusukai itu tidak balik lagi, tapi membawa pergi cincin yang kuberikan. Saat mau pulang dari kafe, aku ingin menge-chatnya dan berterima kasih telah jadi pelipur lara selama ini, tapi sayang sekali nomorku sudah diblokir. Dia benar-benar tak mau berkomunikasi lagi denganku.“Yang sabar, Delon. Kamu pasti bisa menemukan perempuan yang tulus.” Papa menepuk pundakku.“Kayaknya gak bakalan ada yang mau jadi istriku, Pa. Aku kapok. Dina juga baik dan pengertian, tapi untuk soal penyakit ini, dia gak mau kok. Siapa sih yang mau menerima lelaki yang punya penyakit menular dan ta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status