Semua Bab Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO: Bab 281 - Bab 290
373 Bab
281 - Menggosipkan Idola, Juna!
“Eh? Um … anu, itu ….” Anika jadi gugup ketika pertanyaan Rinjani mengenai Shevia datang padanya. Secara refleks dia menoleh ke Juna.Juna terus diam mengawasi calon istrinya. Namun, mendadak Anika menoleh padanya, seakan meminta bantuan menjawab.“Undangan untuk Shevia sedang dikirim.” Juna menyahut dari samping Anika sehingga pasti terdengar oleh Rinjani di sana.“Oh, begitu.” Rinjani tidak menaruh curiga dan percaya. “Undangan untukku jangan lupa dikirim, yah! Aku harus datang dengan papa untuk memberi kalian ucapan selamat yang pantas.”“Jangan khawatir.” Juna menyahut.“Anika, jangan menangis lagi, yah! Aku yang salah, kok! Tadi siang aku yang bertingkah kekanakan. Sekali lagi, aku minta maaf.” Rinjani mengulangi.Akhirnya obrolan menjadi lebih santai dan nyaman untuk mereka bertiga, hingga belasan menit kemudian, percakapan disudahi dan sambungan diselesaikan.“Untunglah kak Rin tidak marah lagi.” Anika lega bukan main.“Makanya kamu ini, Nik … jangan terlalu membawa berat hal a
Baca selengkapnya
282 - Kedatangan Tiga Banaspati Kuat
"Hah? Wanaspati?" Hartono sempat bingung dan linglung beberapa saat ketika Juna berteriak.Anika dan Wenti segera menoleh. Wajah Anika mendadak jadi serius."Nik!" seru Juna memanggil calon istrinya."Ya, Mas!" Anika mengangguk tegas, paham kenapa dirinya dipanggil.Segera saja, Juna berlari ke depan rumah, sedangkan Anika meminta Rafa dari gendongan ibunya. Wenti yang paham mengenai apa yang bakalan terjadi, segera menyerahkan putranya untuk digendong Anika.Tangan Juna terjulur ke atas untuk menangkal setan banaspati yang hendak masuk ke rumah Hartono."Sialan! Tidak cuma satu!" pekik tertahan Juna ketika mata batinnya juga mendeteksi adanya 2 setan banaspati lainnya sedang dalam perjalanan menuju ke rumah tersebut.Di dalam rumah, ditemani Wenti, Anika memejamkan mata sambil berkonsentrasi beriringan dengan dua lengan menggendong Rafa yang tenang."Nik, ada tiga!" Juna menyeru dari halaman depan."Iya, Mas!" Anika membalas tanpa membuka matanya. Dia belum sepenuhnya mengisi energi
Baca selengkapnya
283 - Desakan untuk Tinggal Bersama
Juna geleng-geleng kepala sambil terkekeh dan berkata, “Pa, Ma, energinya Rafa ini besar sekali, padahal dia masih kecil. Pantas saja dia diincar 3 setan api kuat.”Hartono dan Wenti sebagai manusia biasa tanpa memiliki kemampuan supranatural apa pun menjadi terkejut.“I—Incaran ….” Wenti tergagap sambil matanya membola.Mereka memang sudah pernah diberitahu Juna mengenai energi supranatural kuat Rafa sebelum ini, tapi tidak menyangka bahwa kemampuan anaknya akan menjadi daya tarik makhluk astral sekuat setan api banaspati.“Jun! Jun! Papa tak mau tahu, pokoknya Papa ingin kamu dan Anika nantinya tinggal di sini saja! Kalian harus tinggal di dekat Rafa!” Hartono mendadak saja membuat keputusan sepihak.Hartono tidak ingin kehilangan putra satu-satunya, sumber harapan paling akhir keluarganya setelah Lenita tak bisa lagi diharapkan.Juna terkekeh mendengar kemauan ayah mertuanya, “Pa, akan sangat canggung kalau aku dan Nik tinggal di sini.”“Tak usah canggung-canggung! Anggap ini rumah
Baca selengkapnya
284 - Menangani Si Gadis Mantan LC
“Sudah diwawancara pihak HRD?” tanya Juna sambil menaikkan kedua alisnya tinggi-tinggi.Dia sedikit bingung, bukankah dia sudah memberi pesan ke manajer HRD akan adanya Kezia yang melamar kerja di kantor PT. Kencana Buana? Kenapa ternyata Kezianya ditolak?“Iya, Pak. Sudah wawancara dan ditolak. Katanya saya kurang memenuhi syarat perusahaan.” Kezia tersenyum kecut.[20.29, 13/11/2023] Nathan Diablo: Helaan napas Juna muncul meski pelan. Dia berpikir cepat.'Yah, memang aku cuma minta pihak HRD untuk mengadakan sesi wawancara khusus kalau ada pelamar kerja datang dengan membawa namaku, sih! Aku tidak memerintahkan mereka untuk menerima, tapi menyeleksi dengan benar.' Juna sambil membatin.Karena pemikiran itu, Juna memerintahkan ke resepsionis di lobi, "Tolong bawa dia ke ruangan serba guna.""Baik, Pak." Resepsionis sigap melaksanakan perintah si bos."Aku masuk ke ruanganku dulu, yah!" Juna bicara dengan Kezia sebelum gadis itu dibawa resepsionis. "Tunggu saja aku di ruangan yang ta
Baca selengkapnya
285 - Pernikahan Kedua Mereka
“Oke, minta dia menunggu.” Juna menjawab resepsionisnya.Namun, alih-alih mendatangi ruangannya, Juna justru pergi keluar gedung kantornya untuk menemui Saini.“Bagaimana prosesnya, Pak Saini?” tanya Juna pada orang yang dia percaya dalam pembangunan gedung apartemen barunya.“Semuanya lancar, Pak! Silakan kalau ingin dicek dulu, Pak!” Saini yang ada di lokasi pembangunan siang itu, siap memimpin Juna meninjau lokasi.Ini yang disukai Juna dari Saini. Orangnya jujur dan bisa diandalkan untuk kerja cepat.Untung saja dia memiliki tenaga kanuragan yang bisa memeriksa kontur tanah dan bahan bangunan yang ada di sana, sehingga dia bisa dengan cepat mengetahui jika ada kesalahan.“Semuanya aman, Pak Saini. Terima kasih atas kinerja bagus Bapak.” Juna mengangguk senang.Saat ini, pembangunan gedung kedua dia sedang dalam tahap awal pengerjaan. Yang membuat dia gembira, sudah ada banyak orang yang memesan unit ke dia, bahkan sebelum gedung itu berdiri.‘Mereka orang-orang yang memercayai aku
Baca selengkapnya
286 - Bisa Bersatu di Era Ini
Mendengar ucapan yang terdengar tidak tulus dari Shevia, Juna dan Anika saling bertatapan satu sama lain. Anika terlihat sedih dan menjadi tak enak hati.Mengetahui perubahan air muka Anika, Rinjani menyodokkan sikunya perlahan ke Shevia di sampingnya untuk memberi kode. “Aiyaa … tentu saja mereka akan langgeng. Sudah terlihat dari bersinarnya muka mereka, ‘kan?”Untuk menetralkan atmosfir yang kurang nyaman dari Shevia baru saja, Rinjani tertawa agar suasana jadi lebih cair.Shevia akhirnya juga sadar kalau dirinya menyebabkan Anika sedikit terlihat muram. “Ah, Kak Anik! Aku tak sabar ingin lihat penampilan Kak Anik nanti malam! Pasti super cantik!”Dengan cepat, Shevia membelokkan topik obrolan ke arah lain sambil meraih kedua tangan Anika. Tak lupa dia juga menyematkan tawa riangnya.Shevia tak mungkin melupakan kekonyolan yang pernah dia ucapkan pada Anika ketika mereka sempat berduaan saja.“Kak Anik, Juna ganteng, yah! Dia juga hebat. Aku selalu merasa nyaman kalau ada di dekat
Baca selengkapnya
287 - Penembakan di Pesta
“Shevia!” pekik beberapa orang sekaligus, termasuk Juna. Sedangkan orang lain segera merunduk, berjongkok ketakutan.Semua terjadi begitu cepat dan tidak terduga, sampai-sampai Juna saja lengah. Ada orang yang membawa senjata api dan menembakkannya ke dia, tapi dihalangi Shevia.Juna segera bergerak cepat, lari mengejar orang yang tadi meletuskan senjata apinya. “Berani sekali kamu!”Dia melancarkan energi kanuragannya sehingga berhasil menumbangkan orang itu meski dari jauh.“Argh!” Pelakunya jatuh terjerembab dan tak bisa ke mana-mana lagi.Dibantu petugas katering, Juna berhasil meringkus pelakunya dan seseorang lain menelepon polisi.“Kamu! Sangat hebat sekali kau!” Juna menarik bangun orang itu sambil matanya sudah dipenuhi dengan hawa membunuh.“Ya! Aku memang hebat! Memangnya kenapa?” Pelakunya ternyata masih muda dan terlihat bukan seperti preman atau sejenis suruhan.Kening Juna berkerut heran, kenapa penampilan orang ini sepertinya memang terbiasa di kelas atas? Kalau preman
Baca selengkapnya
288 - Pengorbanan Shevia
“Semua ini pokoknya gara-gara kau!” Hamid sudah terlalu emosi sampai tinjunya melayang ke Juna.Dhuakk!Juna tidak menghindar dan menerima tinju dari Hamid dengan sikap penuh ksatria. Dia bisa saja mengelak atau menangkap serangan Hamid, tapi tidak melakukannya.Di hatinya, Juna membatin, ‘Aku memang sudah bersalah, jadi biarlah aku menerima kemarahan Hamid kali ini saja.’“Mas!” Anika memekik tertahan.“Jun!” Rinjani juga demikian.“Papah!” Ibunya Shevia turut menjerit tertahan melihat kelakuan suaminya yang di luar dugaan.“Om, jangan begitu, dong!” Rinjani sudah pasang badan di depan Juna sambil berkacak pinggang dan memicing mata tajam ke Hamid di hadapannya.“Rin, tak apa.” Juna menyentuh bahu Rinjani sambil menggeser pelan tubuh wanita itu. “Pak Hamid, saya benar-benar minta maaf atas apa yang terjadi dengan Shevia. Kami juga tidak mengira—““Kalau sampai Shevia kenapa-kenapa, cacat sekali pun, aku akan tuntut kamu untuk mempertanggungjawabkan kehidupannya!” Hamid memotong ucapa
Baca selengkapnya
289 - Menyaksikan Hal Magis
Rinjani masih tak paham dengan ucapan Anika barusan. Apa dia salah dengar? “Energi murni … apa? Chakra?”Anika menganggukkan kepala dengan penuh keyakinan. Dia tidak tega melihat kondisi Shevia yang demikian.“Lebih baik dicoba daripada hanya diam saja dan menunggu lama.” Anika berbisik, sebenarnya untuk dirinya sendiri.Rinjani tidak bisa berbuat apa-apa dan menuruti saja keinginan Anika yang meminta dia untuk berjaga-jaga di pintu andaikan nanti ada orang masuk.“Ayo, Shevia, izinkan aku untuk menyembuhkan kamu. Sang Hyang Widhi … beri aku kekuatan.” Anika berbisik setelah Rinjani menjauh dari tempat tidur Shevia.Kedua tangan Anika segera membentuk mudra terlebih dahulu untuk mengumpulkan energi di telapak tangannya sembari dia merapalkan mantra jawa kuno yang mendadak saja muncul di kepalanya.Tak berapa lama, dari tapak tangan Anika, muncul berkas sinar samar yang kian lama, kian jelas dan terang.“Shevia, lekaslah bangun dan sembuh, yah!” bisik Anika sembari menempelkan tapak ta
Baca selengkapnya
290 - Tuduhan Hamid untuk Anika
Ketika Hamid masuk lagi ke ruang perawatan putrinya, dia mendengar istrinya menyeru, “Aku benar-benar akan melaporkanmu karena sudah macam-macam dengan putriku!”Mata Hamid langsung mendelik bengis ke Anika, siap melontarkan kata-kata kejam yang lebih lebih menyengat ketimbang istrinya. Bahkan mulai mengeluarkan ponsel untuk menghubungi polisi.Namun ….“Ermmgghh ….” Ada gerakan kecil dari Shevia.“She—Shevia bangun!” Rinjani lebih dulu berseru sambil matanya membola.Segera saja, Hamid dan istrinya mendekat ke putri mereka. Juna tahu diri dan membopong Anika menjauh dari ranjang rawat inap tersebut.“Via! Via Sayang! Nak?” Ibundanya memanggil Shevia berulang kali sambil mengusap wajah pucat Shevia.Mata Shevia perlahan saja membuka.“Shevia! Kamu tidak apa-apa?” Hamid memeriksa putrinya, berharap tidak terjadi sesuatu pada putri semata wayangnya.Perawat yang sudah datang lekas saja mengambil alih untuk memeriksa kondisi terbaru Shevia.“Kok sudah sadar, yah?” bisik salah satu perawa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2728293031
...
38
DMCA.com Protection Status