All Chapters of Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO: Chapter 271 - Chapter 280
373 Chapters
271 - Pelaku Sebenarnya
Juna, Teguh, dan orang-orang di restoran sederhana itu sama-sama terkejut dengan seruan wanita paruh baya itu.‘Aku menghamili seorang gadis? Kenapa aku tak tahu itu?’ Juna membatin di hatinya.Sementara, wanita paruh baya itu semakin keras memberontak dari tarikan mantan gadis LC yang merupakan putrinya.“Ma! Sudah! Jangan mempermalukan diri sendiri di sini! Mama ngawur!” Mantan gadis LC tadi masih terus menarik-narik lengan ibunya yang keras kepala.“Aku sedang memperjuangkan harga diri dan masa depanmu di sini! Mempermalukan apanya?” Ibu si gadis mantan LC melotot ke putrinya dan menyentakkan lengan sehingga dirinya bisa terbebas.Dengan berjalan cepat, ibu si gadis mantan LC segera mendatangi meja tempat Juna dan Teguh duduk.“Masih bisa enak-enakan di sini makan hotpot, heh?” Ibu si gadis mantan LC memarahi Juna sebelum tangannya menyambar teko teh panas di meja, hendak menyiramkan ke Juna.Namun, apakah itu mungkin terjadi dilakukan pada bekas panglima kuat dari era kuno?Sett!
Read more
272 - Ibu yang Terlalu Lugas dan Ambisius
Si ibu menoleh ke Juna dengan pandangan linglung, “Ka—Kamu sudah menerima dia di kantormu? Jadi, kamu—oh, maksudku, Anda … pemilik perusahaan?”Juna tersenyum melihat perubahan panggilan untuknya dari si ibu.“Ibu, duduklah terlebih dahulu. Tentu tak baik berdiri terus begitu untuk Anda dan putri Anda yang sedang hamil.” Juna menunjuk dengan sopan ke dua kursi kosong di meja mereka.Maka, dengan sikap sungkan dan malu, si ibu menarik Kezia untuk menerima tawaran duduk dari Juna.Kezia duduk di sebelah Juna, sedangkan si ibu di sebelah Teguh.“Pelayan!” Teguh memanggil pelayan. “Tolong berikan 2 piring lagi. Tambah juga dagingnya.”Sebagai orang yang bertanggung jawab pada hidangan di meja, tentu teguh paham apa yang harus dia lakukan.Kezia dan ibunya pun ikut makan meski dengan rasa sungkan karena tadi mereka sudah membuat keributan.“P—Pak Juna, maafkan saya.” Ibunya Kezia sudah mengetahui nama Juna dari Teguh. “Saya ini orang kampung, minim tata krama. Maaf kalau saya tadi kasar da
Read more
273 - Saatnya Menikmati Waktu Berdua Saja
Kezia justru kesal mendengar ucapan ibunya. “Mama ini apaan, sih? Membuatku malu saja di depan calon bosku!” Kemudian sambil bersungut-sungut, dia masuk ke kamarnya.Namun, si ibu masih saja mengejar dan ikut masuk ke kamar untuk memberikan berbagai bujukan bernada sama: menjadi pacar Juna, si bos.Ketika Kezia sedang berada di bawah bujuk dan persuasi level memaksa dari ibunya, Juna saat ini sedang bersama Anika, menikmati waktu berdua mereka di penthouse.“Rasanya sepi nggak ada mbak-mbak yang menemani aku.” Anika menatap sekeliling yang terasa sunyi saat duduk bersama Juna di ruang tengah.“’Kan ada aku, Sayang.” Juna mendekatkan bibirnya ke wajah Anika sambil setengah berbisik.“Mas ini ….” Anika tersipu dan menjauhkan sedikit wajahnya dari Juna yang sedang terkekeh.“Aku sudah pindahkan mereka di apartemen yang aku beli murah dari Hamid. Sebenarnya beberapa apartemen di sana aku ingin berikan ke kamu dan Rafa.” Juna menyampaikan rencana itu sambil meraih jemari Anika untuk dia ma
Read more
274 - Energi Jahat di Tubuh Rafa
“Harghhh … mmrrghh ….” Juna masih menggeram sembari menahan sakit di kepalanya.Menyaksikan pria tercintanya dalam kondisi aneh dan kesakitan begitu, bagaimana mungkin Anika tidak langsung berpikiran, ‘Ini tulahku! Ini kesialan yang melingkupi aku. Aku sudah membawa celaka ke Mas Janu!’Juna memicingkan mata menahan sakit di kepala yang mendadak berdenyut hebat dan melihat Anika di depannya yang sudah terduduk dan menangis tanpa suara.“Nik … Sayang, jangan menangis.” Juna menahan sakit sambil meraih Anika untuk dia peluk.“Mas Janu pasti kena tulah aku, ya ‘kan? Hiks! Mas Janu … lihat, benar, ‘kan? Aku ini cuma bawa sial untuk siapa pun pasanganku, hiks!” Anika menangis di dada Juna pada akhirnya.“Tidak, Nik. Bukan karena itu.” Juna kini mengerti kenapa Anika menangis.Sebenarnya dia terharu dengan Anika menangis untuknya ketika melihat dia kesakitan. Di merasa sangat dicintai oleh wanita terkasihnya. Bukankah itu membahagiakan?Sementara itu, Anika menggeleng dan masih tersedu-sedu
Read more
275 - Energi Ilahi Anika
Anika seperti mendengar suara Juna memanggilnya, tapi dia tak yakin. “Mas Janu memanggil aku? Tapi kenapa? Untuk apa? Ah, aku mungkin berhalusinasi.”Namun, tak berselang lama, Hartono keluar dari kamarnya dan menyeru ke Anika di lantai bawah, “Anika! Cepat naik! Juna membutuhkan kamu!”Kepala Anika menengadah ke selasar lantai atas, mendapati ayah mertua Juna berteriak panik padanya.“O—Ohh, baiklah, Pak!” Anika pun tidak ragu lagi.Dia bergegas lari menaiki anak tangga karena Juna membutuhkan dia, entah mengenai apa, yang penting dia datang dulu untuk kekasih tercinta.“Erghhh!” Juna masih berjuang menyalurkan energi murni dia melalui dahi Rafa.Ketika dia melihat Anika sudah datang di ambang pintu kamar Hartono, Juna memanggil, “Nik! Kemari, Nik! Bantu aku!”Anika tidak berpikir apa pun selain menuruti pria terkasih. Dia mendekat ke Juna.“Pegangi dan tahan tangan Rafa sambil kamu salurkan energi murni kamu ke dia melalui tangannya!” Juna memberi arahan.Lekas saja Anika melakukan
Read more
276 - Menuju ke Pernikahan Kedua
“Kalian pasti memberikan restu, ‘kan?” Juna menatap Wenti dan Hartono bergantian. “Aku sudah menganggap kalian orang tuaku sendiri. Kalian adalah pengganti ibu dan bapakku.”Kini gantian Juna yang menggunakan kalimat semacam itu kepada Hartono untuk menekan Hartono.Pertama-tama, Wenti menoleh dulu ke suaminya, seakan tak enak jika bicara mendahului sang suami.Hartono paham istrinya pasti menyetujui Anika menjadi bagian dari keluarga mereka.Maka, setelah menghela napas, Hartono berujar, “Ya, kami merestui kalian.”Alangkah plong hati Juna mendengar secara langsung Hartono mengucapkan itu tanpa dia perlu memaksa, tanpa harus berdebat sengit seperti sebelumnya.“Terima kasih, Pa, Ma. Kalian memang keluarga terbaikku.” Juna bangkit dari sofa untuk memeluk ayah dan ibu mertuanya.Rafa ikut gembira, dia tertawa senang sambil bertepuk tangan setelah melepaskan pelukannya ke Anika. Gelak tawa bocah itu sungguh menceriakan siapa pun yang melihatnya.“Sepertinya putra kita juga sangat merest
Read more
277 - Kalian Menginjak, Aku Menggilas!
Juna mendengus geli dan berkata, “Sekarang aku dibilang kaya? Ke mana ucapan aku ini miskin, lelaki tidak becus, lelaki sok hebat, sok , lelaki mokondo, menumpang duit wanita, menjanjikan omong kosong, bocah bau kencur sok berlagak, disuruh bangun jangan mimpi, seenaknya klaim apartemen punya teman. Pfftt!”Mendengar apa yang dijabarkan Juna, kerabat mendiang suami Anika diam seketika, merasa malu karena mereka lebih mengedepankan cemoohan tanpa mencari tahu.“Kalau aku ini cuma bocah tak becus dan miskin, bagaimana aku bisa menginjak kalian?” Juna semakin menyukai momen di mana dia bisa membalas orang lain yang menginjak dia dengan menggilas mereka sekaligus.Kakak mendiang suami Anika terpaksa bersuara, “Lebih baik kita hentikan saling sindir begitu. Alangkah lebih baik kita berdamai. Kita lakukan ini demi Anika.”“Demi Anika? Ha ha ha!” Juna sampai tertawa lepas. “Oh ya, minggu depan, aku menikah dengan Anika. Kalau kalian ingin datang, aku akan berikan undangan ke kalian.”Mendeng
Read more
278 - Sudah 50 Persen Lebih
Juna manggut-manggut sebelum berkata, “Bagus, dengan ini aku jadi lebih paham kalau kalian memang tidak pernah menyayangi Anika.”“Apa katamu?” Si kakak emosional tadi mendelik bengis ke Juna.Namun, Juna sudah lebih dahulu menekan tombol di alat komunikasinya untuk memanggil petugas keamanan.“Kalau memang kalian ingin aku membeli minimarket yang tak seberapa itu, yah anggap saja ini perbuatan amal kecilku ke orang seperti kalian, aku ingin melihat dulu sejauh mana kalian menyayangi Anika. Kalau kalian gagal membuatku percaya, maka silakan saja ambil semua toko itu sampai kalian puas.” Juna memberikan janji yang dibalut dengan syarat.Sebenarnya dia tidak serius ingin membeli minimarket itu, tentu dia akan berdiskusi dulu dengan pengacaranya mengenai status dokumen minimarket Jozmart di tangan Edi.Juna hanya ingin kerabat mendiang suami Anika bisa lebih takluk, lebih tunduk, dan melepaskan harga diri mereka pada Anika setelah ini. Itu akan menjadi sebuah hiburan menarik baginya.“Pa
Read more
279 - Ketahuan Rinjani
Rinjani segera menghampiri Juna dan Anika. “Kalian kok baru keluar dari butik baju pengantin? Siapa yang hendak menikah?” tanya penuh penasaran sekaligus berdebar-debar.Anika tertunduk sambil raut wajahnya menunjukkan bimbang. Selama ini, Rinjani kerap berkata padanya bahwa wanita itu sangat menyukai Juna. Tapi justru dia yang berhasil menikah dengan pria yang disukai Rinjani.Dia merasa sudah berkhianat terhadap Rinjani.“Aku, Rin. Aku akan menikah minggu depan.” Juna menjawab.“Hah? Menikah? Dengan siapa?” tanya Rinjani sambil terkejut yang sangat jelas kentara di wajahnya.“Ini orangnya.” Juna merangkul bahu Anika sambil meremasnya.Bagaikan disengat ribuan voltase, Rinjani melonjak di tempatnya. “Hah?”Anika semakin merasa tak enak hati dengan respon Rinjani.“Jadi, ternyata kalian selama ini diam-diam pacaran?” Rinjani menyelipkan rasa kesal di nada bicaranya.Juna melirik Anika yang masih saja menundukkan kepala dan mulai memahami apa yang sekiranya berkecamuk di sanubari sang
Read more
280 - Campur Tangan Ayah Rinjani
“Apa dia sudah berani mati, heh?” tanya Dharma. Namun, bukannya pria itu terlihat marah atau murka, dia justru menggerakkan kedua tangannya bagaikan sedang menari sebuah tarian tradisional.Mau tak mau, Rinjani terkikik geli melihat kelakuan ayahnya. “Pfftt!”Alhasil, bukannya kesal, Rinjani jadi tertawa lepas ketika ayahnya semakin menggila dengan berdiri dan benar-benar menari seolah sedang di panggung dan gerakannya cukup lucu dilihat.“Aha ha ha ha! Papa apaan, sih! Ha ha ha!” Rinjani sampai harus memegangi perutnya karena saking gelinya melihat tingkah aneh ayahnya.“Loh, apaan apanya? Papa ini diam-diam anggota sanggar tari, loh!” Dharma berhenti menari. “Tapi itu waktu masih SD dan tak pernah ditunjuk untuk menari karena gerakan Papa kaku, ha ha ha!” Dia tertawa lepas sekeras-kerasnya.Melihat ayahnya berkelakuan ajaib, mana mungkin Rinjani tidak ikut tertawa terbahak-bahak?Hingga ketika tawanya lenyap karena disudahi, Dharma berkata, “Sudahlah, Rin. Jangan lagi memaksakan cin
Read more
PREV
1
...
2627282930
...
38
DMCA.com Protection Status