Semua Bab Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO: Bab 261 - Bab 270
373 Bab
261 - Menjadi Berita Skandal di Tabloid
Di tempat lain, ketika Anika membaca berita itu setelah mendengar dari pekerjanya, wajahnya muram seketika. “Apakah aku akan menimbulkan kesulitan ke Mas Janu gara-gara berita ini?” Dia malah memikirkan dari segi itu. Sejak dulu, predikat janda pada dirinya seakan susah lepas. Entah di era kuno maupun modern, dia tak mengira akan terus membawa status itu. Meski dia melepaskan keperawanannya pada Juna di era modern, tapi orang sudah melabeli dia sebagai janda tanpa dia pernah melakukan apa pun dengan pria lain. “Mbak Anik, cuekin saja berita tak penting begini!” Salah satu pekerjanya memberi semangat ke Anika. “Iya, Buk! Tak usah digubris! Yang penting Ibuk dan Om Juna selalu kompak dan solid dalam situasi apa pun!” Ada juga pekerjanya yang berujar demikian. Pekerja lainnya mengangguk mengiakan ucapan rekan mereka. Di mata para pekerja yang setia pada Anika, Juna adalah sosok terbaik untuk mendampingi Anika. Mereka sudah merestui kedua
Baca selengkapnya
262 - Rela Masuk ke Jebakan
“Jangan, Mas! Jangan malah bertengkar, yah! Aku tak masalah memberikan semua yang mereka mau, kok!” Anika lekas menggelengkan kepala. Kemudian, pada satu jam berikutnya, Juna sudah pergi bersama Anika ke alamat yang telah ditentukan. “Mas, apakah Nyai Wungu masih sering bersamaku?” tanya Anika ketika mereka berada di dalam mobil. Akhir-akhir ini, Anika kurang bisa merasakan kehadiran Nyai Wungu. Meski dia tidak bisa melihat siluman ular itu, dia bisa merasakan keberadaannya berkat penyaluran energi murni Juna waktu itu yang membuka sedikit dari cakra mata ketiganya. “Oh, Nyai Wungu sedang menyepi ke suatu gunung karena sedang ganti kulit. Butuh beberapa minggu baginya untuk menuntaskan prosesi itu.” Juna menjelaskan. Mobil Juna mulai memasuki kawasan yang bukan mencerminkan area perkantoran yang biasanya dijadikan tempat para kuasa hukum mendirikan kantor mereka. “Kok di sini, yah?” Juna heran melihat mereka memasuki kawasan perumahan.
Baca selengkapnya
263 - Kamu Pikir Layak Menyentuh Wanitaku?
Langkah Anika sudah tiba di akhir ketika kakinya sudah menyentuh tepian tempat tidur yang ada di ruangan itu. Dia melirik ke ranjang di belakangnya, kemudian ke Edi di depannya.Senyum Edi semakin merekah menyeringai bagaikan senyum hyena melihat mangsa. “Khu khu khu … apakah kau menggiring aku agar segera ke tempat tidur, Sayang?”Tatapan mesum Edi membuat Anika muak dan jijik. Jantungnya berdegup kencang, berharap Juna lekas datang menolongnya.“Mas!” teriak Anika ketika Edi menerjang untuk memeluk dia. “Mas Janu!” serunya sambil memejamkan matanya erat-erat sambil memberontak dari pelukan Edi.“Siapa yang kamu panggil, heh? Ha ha ha! Mimpi dia datang? Jangan harap! Ayo kita senang-senang dulu sebelum kamu kembali kumpul kebo dengannya!” Edi menghempaskan Anika ke ranjang.Ketika Edi hendak bergabung di ranjang bersama Anika, dia mendengar suara gaduh di luar kamar.“Arrghh!”“Ampun! Jangan!”“Tidaakkk! Sakiitt!”“Tolong—umpphh!”Dahi Edi berkerut. Dia mengenali itu semua suara anak
Baca selengkapnya
264 - Mulai Kelabakan
“Bos, semuanya sudah ketahuan!” Orang kepercayaan Edi menundukkan wajahnya secara muram.Tak berapa lama, polisi datang untuk membawa Edi ke kantor mereka agar bisa ditanyai sebagai saksi sebelum nanti ditetapkan sebagai tersangka.Edi keluar dari rumah besarnya dengan wajah lesu dan kepala tertunduk malu ketika banyak tetangganya yang keluar untuk melihat dirinya dicokok ke mobil polisi.Bahkan ada yang merekam momen tersebut untuk lekas diunggah ke media sosial.“Wah! Juragan elektronik itu, ‘kan? Benar dia, ‘kan? Ternyata penipu!”“Jangan lupa, dia juga pemalsu.”“Kudengar banyak orang bule di luar negeri tertipu dia yang berbisnis furniture ke mereka.”“Apakah orang bule tidak bisa membedakan kayu yang bermutu rendah dan tinggi?”“Mungkin dia sengaja mencari bule tolol yang mudah dibodohi dan ditipu.”Banyak tetangga Edi kasak-kusuk sambil menonton Edi dimasukkan ke mobil polisi dan dibawa pergi. Beberapa polisi juga mulai menggeledah rumah Edi dan kemudian menaruh police line di
Baca selengkapnya
265 - Pengalaman Pertama ke Tempat Karaoke
Mendengar kata-kata Juna, wajah Edi mendadak saja menggelap, antara takut dan tak rela.Brak!Edi menampar keras besi sel di depannya dengan wajah geram.“Kamu serakah! Semuanya kamu rebut!” Edi menggertakkan giginya dengan tatapan sengit ke Juna.Diberi respon demikian oleh Edi, Juna malah tertawa.“Ha ha ha! Bukankah kamu dengan bangga dan sombongnya menyetujui semua yang dipertaruhkan? Aku sudah meminta taruhannya hanya cukup kau menjauh dari Anika, tapi siapa sangka komplotanmu begitu baik dan malah ingin menambahkan keuntungan bagiku.” Juna tersenyum mengejek.Tangan Edi terkepal erat mendengar Juna karena dia teringat akan kebodohan kerabat mendiang suami Anika yang seenaknya menambahkan bahan taruhan tanpa persetujuannya.“Lihat saja nanti kau!” Edi menggunakan suara rendah saat mengancam Juna.Kekehan tawa kecil masih keluar dari mulut Juna atas sikap pecundang Edi.“He he he … masih tidak mengakui kekalahan? Yah, terserah padamu saja. Kuharap kamu masih punya kesempatan untuk
Baca selengkapnya
266 - Mengajak Pergi Gadis LC
Karena sudah tak ada lagi yang ingin ditanyakan, maka Juna pamit hendak pergi saja dari sana. Dia tak mau ikut menggila seperti Ferdinand.“Om, aku pamit dulu!” Juna menepuk lengan Ferdinand yang sedang menatap lapar ke Icha.Dari sana saja Juna paham kalau Ferdinand tak hanya menyewa para LC itu untuk memandu lagu dan menari striptis saja, tapi juga sampai ke ranjang. Dia yakin itu.Yah, itu hak Ferdinand sebagai penyewa dan pemilik uang, Juna tak ingin menghakimi karena dia juga bukan orang suci.“Lho, Jun? Kok buru-buru? Ini masih sore!” Ferdinand sambil menatap heran ke Juna yang bangkit dari kursi.“Masih ada beberapa hal penting yang harus aku urus, Om! Terima kasih untuk penjelasannya.” Juna memulaskan senyum basa-basinya sebelum dia melangkah.Ferdinand tidak mencegah Juna, karena setiap orang punya jadwalnya masing-masing. Dia pun menghampiri Icha yang sedang melucuti pakaiannya satu demi satu sambil terus bergoyang gemulai di depan layar besar yang terang.“Huft!” Juna mengg
Baca selengkapnya
267 - Menggertak Juna
Juna menarik napas panjang sambil memejamkan mata ketika mendengar uang 50 juta rupiah disebutkan sebagai harga gadis LC itu.“Jadi kamu berharga 50 juta?” tanya Juna setelah matanya membuka sambil menoleh ke gadis di sampingnya.Gadis itu tidak berani menatap mata Juna dan kepalanya tertunduk sambil sesekali terisak lirih.“Bagaimana? Kau tidak bisa bayar dia, ‘kan?” Mata manajer melotot gahar ke Juna karena dia mulai merasa percaya diri bisa menekan dan mempermalukan Juna. “Begitu kok masih sok-sokan jagoan, uang 50 juta saja tidak becus!”Tawa mengejek manajer tempat karaoke muncul sekarang dan sangat mengganggu mata Juna.“Apakah kau yakin punya surat perjanjiannya yang berkekuatan hukum secara sah? Bisa mengeluarkannya?” Juna berusaha tenang dan terkendali.Kini giliran manajer itu terdiam dan lenyap sudah tawa licik mengejeknya tadi. Gelagat manajer ini ditangkap Juna sebagai suatu kesempatan.“Ayo, keluarkan surat perjanjiannya! Buktikan kalau dia sudah kau beli dan sah menjadi
Baca selengkapnya
268 - Kedatangan Bos Tempat Karaoke yang Keras dan Kejam
Betapa pongahnya manajer tempat karaoke itu bersikap sekarang setelah mengetahui bahwa pemilik tempat dia menggantungkan hidup ini datang.Memang, pemilik karaoke biasanya datang secara berkala dalam sebulan.Manajer tempat karaoke itu tadinya merasa kecut ketika mengetahui Juna memiliki hubungan dekat dengan Ferdinand. Namun, dia merasa lega karena Ferdinand ternyata berdiri netral di tengah-tengah dia dan Juna dan justru hendak mendamaikan mereka.“Oh, pemilik tempat ini?” Juna tidak terlihat gentar.Hal itu membuat perasaan manajer tempat karaoke menjadi bingung. Kenapa Juna masih bisa tenang? Padahal harusnya Juna mulai terlihat gugup atau semacam itu.Apa yang membuat Juna bisa begitu tenang dan santai?“Di sini, Tuan!” Anak buah di sana membawa pemilik karaoke ke ruangan manajer. “Orang yang membuat gaduh dan menyebabkan pak manajer marah ada di sini!”Seorang lelaki masuk ke ruangan manajer tempat karaoke dibuntuti seorang anak buah. Si manajer sudah tak sabar ingin melihat Jun
Baca selengkapnya
269 - Membebaskan Si Gadis Malang
Manajer bernama Alan melotot ke dua lelaki tadi dengan maksud memberi isyarat agar mereka tutup mulut tak perlu bicara apalagi menyebut namanya.Yang lebih kacau lagi adalah salah satu dari mereka malah langsung menuding ke Juna. “Iya! Aku yakin itu dia! Bos Alan, tolong tangkap dia! Dia mematahkan tanganku!”Manajer yang sudah kepalang malu bergegas berdiri dari berlututnya, memukul kepala orang itu dan menghardik, “Diam! Bos apanya? Jangan sembarangan bicara atau aku cincang kau!”Lelaki tadi bingung melihat tanggapan dari Alan. Bukankah biasanya si manajer akan selalu memihak mereka dan memberikan perlakuan istimewa pada mereka setiap datang ke tempat karaoke itu? Kenapa sekarang ….“Siapa dia, Alan?” tanya Teguh dengan suara dingin pandangan memicing tajam ke manajernya.“A—Ah! I—Itu bukan apa-apa, Bos! Mereka bukan siapa-siapa aku! Mereka hanya orang tak penting. Mungkin pengunjung manja yang berpikir bisa seenaknya bertingkah hanya karena punya sedikit uang.” Si manajer gugup ke
Baca selengkapnya
270 - Juna Menghamili Seseorang!
Mata gadis itu berkaca-kaca dan berbinar ketika senyumnya muncul. “Mau, Tuan! Mau! Saya akan bekerja untuk Tuan!” Dia bersemangat menerima tawaran Juna.Bekerja pada penyelamatnya, tentu ini hal yang masuk akal, bukan?“Jangan panggil tuan, panggil saja pak.” Juna bersikap santai sambil mengeluarkan uang dan kartu nama dari dompetnya. “Ini, gunakan ini untuk pulang. Besok temui aku di kantorku ini. Bilang ke resepsionis sambil menunjukkan kartu namaku ini ke dia bahwa kau sudah punya janji denganku.”Gadis itu mengembalikan uang Juna dan tetap menerima kartu namanya. “Terima kasih, Pak! Selamat malam!” Dia membungkuk lagi ke Juna dan Teguh, lalu berlari keluar untuk pulang menggunakan angkutan umum.Juna dan Teguh saling berpandangan dan tersenyum.“Bocah zaman kini penuh semangat darah muda.” Teguh sambil terkekeh.“Saya setuju dengan Pak Teguh, ha ha!” Juna menimpali.Saat mereka melangkah keluar dari tempat karaoke, langit sudah berubah hitam pekat dengan hiasan bulan serta bintang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2526272829
...
38
DMCA.com Protection Status