All Chapters of Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA: Chapter 21 - Chapter 30
60 Chapters
Teror
Bab21Dengan perasaan kesal bercampur kebencian, Nara menuruti semua perintah Angkasa.Nara bertekad dalam hati, bahwa dia juga kelak akan sukses dan memiliki kekuasaan. Nara berharap, suatu saat bisa membeli kesombongan Angkasa, dan membalas dendam kepada Ibu tiri dan Ayah kandungnya sendiri.Karena bagi Nara saat ini, kelemahanannya hanya karena dia orang miskin, bukan karena dia lulusan SMA.Nara menuju dapur, membuatkan Angkasa sarapan nasi goreng spesial. Aroma masakan Nara, tercium ke hidung Angkasa, membuat perut lelaki itu semakin histeris berteriak.Nara menghampiri meja makan, dan meletakkan hidangan di atasnya, sembari menatanya dengan rapi. Sedangkan Angkasa, lelaki itu masih memainkan ponselnya, tanpa memperdulikan Nara yang menata di atas meja."Sudah siap, silahkan ...." Usai berkata, Nara berniat pergi meninggalkan ruangan makan."Mau kemana?" tanya Angkasa, tanpa melihat ke arah Nara.Nara yang semula mau melangkah, kemudian menatap Angkasa."Mau kembali ke kamar.""D
Read more
Kejam
Bab22"Nara, kau akhirnya datang." Mama Lida tersenyum melihatku, ketika aku berada di muara pintu rumah kontrakkan Siska."Apa yang kalian lakukan? Lepaskan Siska!!" teriakku kesal.Mama Lida terkekeh, dan berjalan angkuh ke arahku. Tiba- tiba, tangan kanannya melayang kepipiku dengan keras.Sangat keras, hingga telingaku berdengung, menyisakan sakit dan panas dipipi.Aku tidak siap sama sekali, wanita itu tiba- tiba saja menamparku."Memangnya kamu siapa? Berani sekali memberi perintah pada anak buahku sembari berteriak." Tatapan matanya begitu tajam.Aku memegangi pipiku yang panas dan sakit, kemudian kuluruskan pandangan ke arah wanita itu."Kenapa menatapku begitu? Gara- gara wanita sialan seperti kamu, aku menghabiskan banyak uang, hanya untuk mendapatkan tanda tangan saja," ujarnya. Tangannya langsung menarik rambutku dengan keras."Awwkkkhhh ...." aku memegangi tangannya, yang terus menarik keras rambutku.Tenagaku belum pulih sepenuhnya. Rasa sakit bekas siksaan tempo hari sa
Read more
Dia yang Tidak Sadarkan Diri
Sore itu, Angkasa pulang ke apartemennya. Lelaki itu sedikit bingung, karena apartemennya gelap sekali, seakan tidak ada tanda- tanda orang di dalamnya.Angkasa masuk, kemudian meletakkan sepatu kerjanya di tempat sepatu, dan menggantinya dengan sendal."Nara ...." Angkasa menghidupkan lampu, sambil memanggil wanita itu. Namun tidak ada sahutan sama sekali.Angkasa berjalan menuju kamar Nara, dan langsung membukanya begitu saja. Kamar itu kosong, membuat Angkasa benar- benar kesal."Berani sekali dia pergi ...." Angkasa berjalan langsung ke arah ruang kerjanya, dan memeriksa Nara melalui cctv. Nara meninggalkan apartemen Angkasa pada siang hari, dan hingga kini belum kembali. Angkasa pun menghubungi Wili, dan meminta lelaki itu melacak keberadaan Nara."Kenapa aku harus begitu perduli padanya? Dia yang menginginkan pergi dari apartemen ini, lebih baik tidak perlu kucari lagi." Angkasa membatin.************Berita kematian Siska ada ditivi. Sayangnya, berita kematian Nara tidak ada,
Read more
Sadar
Bab24Angkasa terkejut, ketika Nara menggerakkan 1 jari tangannya. Lelaki itu tersenyum dan memanggil dokter.Tidak lama kemudian, Nara membuka matanya, dokter pun mulai memeriksa kondisi wanita itu."Sukurlah, Anda sudah sadar," celetuk dokter."Semua baik- baik saja, anda hanya perlu beristirahat beberapa hari lagi, untuk memulihkan tenaga." Nara terdiam sejenak."Dok, apa yang terjadi?" tanya Nara."Anda koma selama 3 bulan, dan ini sebuah keajaiban, anda sekarang sudah sadar, dan banyak- banyak beristirahatlah dulu, semoga cepat pulih," seru dokter sambil tersenyum."Aku koma 3 bulan?" Nara bingung, dia mencoba mengingat- ngingat semua kejadian yang menimpanya."Baiklah, saya permisi dulu, tolong jaga kesehatan, karena anda sedang mengandung.""Hah, mengandung?" Nara begitu terkejut, ketika mendengar ucapan dokter itu."Ya, anda mengandung." Dokter tersenyum dan kemudian mereka pun keluar.Nara terdiam, masih dalam kebingungannya.Angkasa pun masuk ke dalam ruangan, membuat Nara
Read more
Rindu
"Baiklah, hanya sampai dia melahirkan. Setelah itu, kamu tidak boleh berhubungan dengannya lagi.""Bu, Ibu tahu sendirikan, kalau aku hanya mencintai Monalisa. Jadi Ibu tidak usah begitu khawatir. Aku hanya minta bantuan Ibu, tolong jagakan Nara, dan jangan sampai terjadi sesuatu pada calon anakku," pinta Angkasa."Ya." Nyonya Rengganis menjawab dengan terpaksa.Hatinya begitu kesal, karena tahu bahwa cucunya ada di kandungan wanita yang tidak jelas asal- usulnya.Nara terpaku, ketika berada di dalam kamar mewah Angkasa. Kamar yang bernuansa abu- abu, dengan interior sederhana dan tidak begitu banyak barang di dalamnya.Meskipun Angkasa seorang laki- laki, tapi kamar itu begitu rapi dan wangi, sangat mampu membuat nyaman untuk Nara tempati.Nara merebahkan diri di dalam kamar itu, dan sambil mengelus perutnya yang sedikit terlihat membuncit, sebab bentuk tubuhnya yang memang agak kurus."Entah aku harus bagaimana, kamu jelas bukan sesuatu yang aku harapkan ada. Tapi kenapa takdir begi
Read more
Bertemu
Rasanya seakan berada di bawah guyuran hujan. Tubuhku basah, dan aku cukup terkejut. Entah bagaimana, tiba- tiba tadi menjadi gelap. Aku membuka mata, setelah merasakan tubuhku basah bersimbah air.Kutatap sekeliling, ada Ami yang tersenyum sinis ke arahku. Dan nyonya Rengganis, yang menatap tajam."Bangun! Dasar ceroboh, begini saja sampe pingsan," bentak nyonya Rengganis padaku.Sejak awal memasuki rumah ini, aku tahu dia tidak menyukaiku. Tapi tidak kusangka, dia begitu kejam memperlakukan aku di rumah ini.Aku sadar, menjadi wanita miskin, tidak berpendidikan, akan selalu menjadi petaka dalam hidupku.Aku juga tidak berdaya saat ini, kondisiku sedang hamil seperti ini. Melawan? Bukan sifatku melawan orang tua, apalagi dia Nenek dari calon bayiku."Apa yang terjadi?" Suara bariton itu terdengar dingin. Semua menoleh, begitu juga denganku kini yang sudah duduk, masih di genangan air, juga pecahan kaca piring.Angkasa, lelaki itu menatap tajam ke arah kami semua. "Angkasa, kok kamu
Read more
Kita Bukan Pasangan
Bab27Dalam hidup ini, entah kenapa aku merasa kerdil dan berkecil hati. Keadaanku semakin tidak berdaya, sedangkan orang yang menginginkan kematianku semakin hidup jaya.Pintu apartemen terbuka. Aku yang sedang duduk di ruang tamu pun terkejut."Nona ...." Bi Aya menyapaku. Aku mengulas senyum, rasanya sudah cukup lama tidak melihat wanita ini."Hallo, Bi.""Non, bagaimana keadaannya? Apakah masih ada yang sakit?" tanya bi Aya."Alhamdulilah, semua baik- baik saja, Bi. Terimakasih sudah perhatian," jawabku ramah.Bi Aya tersenyum dan duduk di dekatku."Saya di minta untuk menemani Nona. Apakah Nona Nara membutuhkan sesuatu?"Aku menggeleng lemah."Tidak ada, Bi. Terimakasih.""Jangan sungkan, ini bagian dari tugas saya, Nona." Bi Aya tersenyum kepadaku. Setidaknya, aku merasakan ketenangan di sini.Aku berpamitan untuk beristirahat ke kamar, karena memang kondisiku masih tidak sepenuhnya baik. Di dalam kamar, ponselku terus berbunyi, aku mengernyit, ketika melihat begitu banyak pesan
Read more
BAB 28 [GRATIS]
"Aku tahu kamu membenciku, tapi tolong jangan membantah. Bekerjasamalah, untuk bayi itu," tunjuknya ke arah perutku."Aku tidak senang dengan sikapmu itu, yang seakan- akan, kita ini adalah pasangan. Aku dan anak ini hanyalah korbanmu.""Ya, aku tahu. Itu bagian dari bentuk tanggung jawabku sama kamu, Nara. Aku akan mengurus kamu dengan baik, sampai anak itu lahir.""Kenapa tidak kita gugurkan saja? Setelah itu, kita bersikap saling tidak kenal saja.""Jangan coba- coba berani, kamu menyakiti anak itu."Aku mendengkus."Aku tidak akan pergi ke dokter," ujarku membuang pandangan."Apakah kamu mau, aku menghentikan penjagaan untuk Zaskia? Karena Ibu tirimu, masih bersikeras mengganggu Zaskia. Karena apa? Ia masih penasaran, karena mayatmu hingga detik ini belum di temukan."Aku tersentak, dengan tubuh yang kembali bergetar, mendengar ucapan Angkasa."Mereka masih mengincar Zaskia?" tanyaku."Ya, aku mengirim beberapa orang, untuk menjaga kediaman Zaskia dan keamanan kemana pun Zaskia pe
Read more
Bab29
Bab29Rasa mual terus- menerus menyerang pagiku. Kadang aku sampai kesulitan untuk menelan makanan."Makan ini, setidaknya tetap ada yang bisa kamu makan," ucap Angkasa, sambil memberikan aku sepiring aneka buah- buahan yang sudah terpotong- potong cantik.Aku terdiam sejenak."Ayo makan, aku nggak mau calon anakku kenapa- kenapa," lanjut lelaki itu.Aku menarik napas berat dan menerimanya. "Aku pergi dulu," ucapnya lagi. Aku hanya mengangguk.Aku berusaha berdamai dengannya, tanpa terus- menerus melawannya. Nyatanya keadaanku sekarang tidak berdaya, dan tidak memiliki kekuatan apa- apa. "Dalam hidup ini, tidak ada yang benar- benar mudah, semua menjalani ujiannya masing- masing. Jangan berkecil hati, Nona. Apapun yang terjadi, jalani dan pelajari, agar semua terasa lebih mudah." Ucapan bi Aya, terngiang ditelinga. "Awali pagi dengan senyuman, doa dan harapan. Bibi yakin, Nona akan menjadi lebih tenang."Dan semua itu, aku coba terapkan dalam hidupku selanjutnya. Mama Lida, Mouren
Read more
bab30
Bab30Di dalam kamar, Angkasa duduk memandangi laptopnya dalam kehampaan. Ada perasaan bersalah di hatinya pada Nara.Bukan manusia namanya, jika dia tidak merasa bersalah sama sekali. Hanya saja, dia tidak ingin Nara tahu perasaan bersalahnya. Angkasa tidak ingin, Nara memanfaatkannya. Sebab itulah, Angkasa terus- menerus menunjukkan sikap dinginnya, agar wanita itu mematuhinya.Pikirannya tidak karuan akhir- akhir ini. Kadang, bayangan Monalisa, kembali bergelayut manja di ingatannya.Tapi pengkhianatan yang wanita itu lakukan, mengantarkan Angkasa, pada kesalahan 1 malam, yang membuat dirinya kini semakin serba salah.Angkasa membuka tampilan cctv, untuk memantau keberadaan Nara.Namun Nara sudah tidak terlihat lagi di ruang tengah, dapur dan juga balkon belakang. Sepertinya wanita itu telah masuk ke dalam kamar, beristirahat.Bayangan perlakuan Ibunya kepada Nara, kembali terlintas dibenaknya. Entah mengapa, perasaan bersalah semakin dalam Angkasa rasakan.Sebab karena dialah, Na
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status