Semua Bab Dicintai Kakak Tiri Posesif: Bab 21 - Bab 30
43 Bab
Cerewet!
"Adik?" panggilnya tiba-tiba yang membuatku refleks menoleh ke arahnya."Yah?" Kulihat Jay menyeringai kecil ke arahku. Tak hanya itu tatapan matanya yang setajam belati itu, juga menghunus tepat pada netraku. Membuatku terpaku dan hanya bisa diam ditempat, saat kakak tiriku perlahan-lahan mulai mendekat. Untuk mengikis jarak diantara kita berdua.Detik itu juga aku merasakan waktu seolah melambat. Namun, yang membuatku bertanya-tanya, bagaimana bisa degup jantungku berdetak tak karuan begini? Sampai-sampai aku takut, debarannya yang menggebu bisa di dengar oleh Jay yang kini hanya berjarak beberapa centi saja dari wajahku."Aku bosan, bagaimana kalau kita bermain sesuatu. Seperti membuat anak?" katanya yang entah sejak kapan sudah mendekatkan wajahnya itu, tepat di depan wajahku.Aku yang kaget, reflek memundurkan kepalaku kebelakang dengan ekspresi muka yang tak bisa dikontrol lagi. Yakni, antara kaget, bingung serta tak habis pikir dengan ucapannya yang kadang diluar nalar."H-huh
Baca selengkapnya
Kerumunan
'Jangan!' jeritku dalam hati, saking takutnya. Sampai-sampai, aku refleks mengigit tangan kanan milik Jay yang masih membekap mulutku ini, sekeras-kerasnya. Membuat Jay langsung melepas bekapan tangannya cepat, seraya menyeringai setan padaku. Sekaligus mengubah posisinya menjadi duduk di atas kasur."Aku tidak menduga kalau kau suka menggigit. Selain itu ..." Jay tampak menjeda ucapannya itu, kemudian menjilat bekas gigitan bibirku yang meninggalkan cekungan cukup dalam pada permukaan tangannya, pada detik berikutnya."Air liurmu, manis juga." Aku yang mendengar kata-katanya itu, langsung melemparkan guling didekatku. Tepat ke arah wajahnya yang sialan, masih saja tampan meskipun baru saja bangun tidur.'Mampus, headshot!' batinku berteriak heboh.Yang rupanya meleset, karena Jay memiliki refleks yang bagus. Jadi, membuat lemparan sayang dariku segera ditepiskan dengan mudahnya begitu saja olehnya. "Wah, kenapa kau jadi bertindak anarkis begini, Adik?" Aku menyipitkan mata curiga
Baca selengkapnya
Perihal Bunga dan Cokelat
"Dyl, gue suka sama lo!" Devan mengaku dengan kerasnya seraya berlutut dihadapan tubuhku. Dia yang kutahu selalu berpenampilan acak-acakan, kali ini terlihat rapi dan rupawan. Rambutnya yang biasanya disugar asal serta ditata seadanya itu, kini cukup mengkilap karena Gatsby. Wajahnya juga, yang biasanya penuh lebab bekas perkelahian. Untuk saat ini lumayan enak dipandang. Dan lagi, sejak kapan Devan suka pakai parfum yang wanginya ngalahin minyak nyong-nyong?Sumpah deh, ini bau banget. Lebih bau dari pada minyak pijat urut, punya Ayah kalau masuk angin dan pegal-pegal. Yang katanya resepnya udah turun-temurun dari nenek moyang."Jadi, lo mau kan, jadi cewek gue?" Demi Upin-Ipin yang nggak gede-gede, kenapa harus kalimat ini, sih? Sebab efeknya ituloh, buat semua orang langsung pecah. Apalagi barisan cewek-cewek famous angkatan Devan. Aku yakin, mereka tak akan tinggal diam saja, melihat ini. Terutama cewek dengan poni pagar yang sedari tadi menatap ke arahku nyalang dan menusuk.
Baca selengkapnya
Sebuah Arti
"Ceweknya?!" teriakku spontan dengan kedua mata melotot tak percaya. Kulihat Hera yang melihat ekspresi wajahku begitu, langsung menganggukkan kepalanya santai. Menyetujui. "Ah, kayaknya Kaka salah orang deh, saya itu ..." Belum juga selesai bicara, ucapanku langsung diserobot oleh Nares yang baru saja muncul dari koridor samping dengan satu kresek Snack ringan ditangan kanannya. "Wih, dari siapa lagi, Dyl? Banyak banget perasaan yang ngasih lo bunga hari ini?" ujar Nares yang memilih berhenti disebelahku, kemudian meletakkan tangan kirinya yang bebas diatas bahuku tanpa permisi.Merangkulnya, seraya menarik tubuhku untuk lebih dekat padanya. Supaya tak ada jarak yang tersisa diantara kami. Aku yang sudah biasa dengan perlakuan sahabatku itu hanya bersikap santai tanpa beban. Toh, memang perasaan diantara aku dan Nares pure pertemanan semata. Tidak lebih dan tidak kurang."Tunggu, mawar pink?" ujar Nares yang terlihat begitu tertarik dengan buket bunga milikku."Menarik. Eum, ngom
Baca selengkapnya
Rahasia Dibalik Kamar Jay
"Odyl?" Aku tersentak saat suara Jay yang semula lembut itu berubah menjadi sedikit lebih berat, serta mirip dengan ayah. Yang paling mengejutkannya lagi, sejak kapan pria tua itu ada di sana?Jelas-jelas, tadi aku melihat sosok Jay berdiri disebelahku seraya menengguk minuman kaleng. Yang sempat membuatku berpikir jika visualnya cocok menjadi bintang iklan minuman isotonik, seperti Pocari sweet misalnya. Karena terlihat menyegarkan mata serta bersih. Tapi, kenapa dalam sekejap parasnya berubah menjadi pria tua yang punya kerutan dikening serta kulit yang sedikit bergelambir? Masa iya, mataku rabun?Ragu dengan penglihatan mataku, aku pun mengerjapkannya beberapa kali. Kemudian melirik ke arah Jay yang wajahnya entah sejak kapan mirip sekali dengan ayahku, Ervano Adeswara."Kok muka Bang Jay jadi mirip sama ayah, kalian 'kan bukan anak kembar?" kataku bertanya yang langsung mendapat jitakan gratis didahi."Aowss, sakit!" ringisku spontan, dengan mata melotot tajam. "Lagian kamu, k
Baca selengkapnya
Bibit Kecurigaan
Glek!Aku menelan ludah berat, tatkala mendengar suara Jay yang berbisik tepat ditelingaku. Dengan rasa takut bercampur was-was, kuberanikan diri untuk menoleh ke arah belakang. Untuk melihat sosok Jay yang rupanya tengah menyeringai setan itu.Jelas saja, itu membuat kakiku tanpa sadar mundur beberapa langkah kebelakang, saat melihatnya yang kali ini menatap ke arahku tajam. Seperti seorang penjahat yang baru saja menangkap basah sang korban, karena berniat melarikan diri darinya.Apalagi saat kakak tiriku itu mulai berjalan lurus, dan berniat menghampiri aku yang masih berdiri dengan kedua mata menyorotinya penuh tanda tanya. Rasanya, ketakutanku semakin bertambah dari waktu ke waktu. Setiap kali, kakinya berhasil meninggalkan satu jejak di atas lantai keramik kamarnya yang dingin.Lalu jantungku? Aku bahkan tak bisa lagi membedakan debaran ini. Sensasinya seperti, adrenalinku terpacu tiap kali sosok Jay mendekat ataupun menatap kedua mataku sembari menyeringai penuh misteri. Dan ju
Baca selengkapnya
Mimpi Buruk
Kakiku berlari cepat menuruni anak tangga menuju lantai bawah. Tatkala suara pekikan Roselin makin terdengar nyaring memenuhi seisi rumah.Entah apa yang baru saja terjadi, yang pasti saat aku sampai. Tubuh Roselin terlihat menggigil dalam dekapan Bi Siti. Tak hanya itu, kulihat tangis ibu tiriku begitu pecah, hingga membuat bahunya bergetar hebat dari arah belakang."Ada apa, Bi? Kenapa Mamah menangis histeris begini?" Dengan suara penuh keingintahuan, ku dekati mereka dengan langkah mantap. Hanya saja, keduanya seolah bungkam dan enggan menatap ke arahku. "Bi?" tanyaku lagi, makin penasaran.Aku masih menyoroti Bi Siti dan Roselin bergantian. Sampai, tiba dimana ibu tiriku yang semula membelakangi tubuhku itu. Mulai memalingkan wajahnya yang kacau, dengan kedua mata yang sudah bengkak, menatap ke arahku sendu."Ayah dibegal. Dan sekarang ..." "Bohong!" selaku cepat seraya tersenyum sinis."Jelas-jelas, belum lama Odyl ketemu ayah di atas. Terus bercanda berdua di balkon. Kenapa t
Baca selengkapnya
Kotor
Aku masih termenung sembari menatap Jay dengan banyak sekali pertanyaan. Jujur, pikiranku penuh dan cukup bingung dengan mimpi buruk yang aku alami barusan. Jika itu memang benar mimpi buruk, tapi mengapa aku merasakannya begitu nyata? Entahlah, aku benar-benar kebingungan sampai kurasakan tatapan mata Jay yang tadi sore terlihat dingin. Sedikit berubah kali ini. Kedua pupil matanya yang berwarna hitam pekat, menatap netra cokelat milikku lurus. Dengan perasaan yang sulit sekali dijelaskan. Selain itu, sejak kapan jari-jemari tangannya yang ramping itu menangkup kedua pipiku penuh kehati-hatian. Yang kemudian, mengusap cairan bening yang masih tertinggal dibagian bawah mata ini tiba-tiba?Tunggu, dia sungguh Jay yang aku kenal, kan?Pletak!"Aowss!" ringisku pelan, setelah mendapat jitakan yang tak terduga. Tak lupa, ku tatap kedua bola matanya nyalang seketika. Sialan, aku hampir lupa. Mana mungkin, Jay yang suka seenak jidat bisa berubah lunak dan baik padaku? Cih, dasar kakak ti
Baca selengkapnya
Berani Lo Sentuh Dia!
"Kalian berdua ini memang senang sekali cari perkara sama adek kelas, yah?!" bentak Bu Gian galak. Kulihat matanya menatap tajam ke arah cewek bernama Cantika dan temannya Vivi. Yang baru saja kutahu setelah ditanyai nama masing-masing tadi. "Yaelah Bu, namanya juga becanda. Kayak nggak tahu aja, sama hobi kita-" "Ngeles terus!" Lagi, Bu Gian membentak. Kali ini sembari menjewer kedua telinganya Cantika sekaligus Vivi yang sedang dihukum berdiri dengan kaki terangkat satu tepat di depan ruang BK. Tentu, aku yang merasa senang melihat keduanya tersiksa tanpa sadar tertawa. Yang malah membuatku langsung mendapat plototan mata gratis dari Bu Gian setelahnya."Siapa yang nyuruh kamu ketawa? Kamu pikir, kamu nggak salah sama sekali, Dyl?" "Enggak, maksud saya itu ..." "Terserah kalian mau kasih saya alibi apa. Yang jelas, besok pagi, orang tua kalian harus datang ke sekolah buat bertemu dengan saya." Bak tersambar petir disiang bolong, aku yang mendengar itu. Buru-buru meminta maaf
Baca selengkapnya
Aneh?
Jay? Sejak kapan, dia ada di sini?Aku membatin tanpa sekalipun mengalihkan perhatianku dari balik punggung kakak tiriku. Yang entah sejak kapan, sudah berdiri menjulang tepat didepan wajahku, seolah sedang melindungiku dari Juni.Lain halnya denganku yang masih sedikit terkejut, karena kedatangan Jay yang mirip seperti jelangkung--datang tak diundang serta pulang tak diantar.Kulihat, wajah Juni semakin mengeras dengan pandangan mata tajam sekali, memelototi aku dan Jay bergantian."Lepas!" sentak cowok berkacamata itu kemudian. Yang malah membuat kakak tiriku itu terkekeh kecil ditempat. Tunggu! Kupikir tidak ada hal yang lucu. Tapi mengapa, Jay suka sekali menertawakan orang-orang? Seolah-olah dia menganggap, orang lain itu lebih bodoh dari dirinya, tak terkecuali aku."Lepas lo bilang?" tanya Jay balik, dengan wajahnya yang sangat menyebalkan itu. Sebuah ekspresi wajah, yang kupikir hanya Jay saja yang mampu menunjukkannya dengan sangat tampan tapi benar-benar membuat musuhnya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status