All Chapters of TERPAKSA JADI PENGANTIN PENGGANTI IBUKU: Chapter 71 - Chapter 80
236 Chapters
Gagal
Prisha menoleh ke arah suaminya. Paras Gavin terlihat tenang. Bibir lelaki itu seperti menahan senyum. Apakah Dokter Gavin senang menerima kedatangan Dokter Ariana?Prisha ingin membuang segala pikiran negatif. Namun, ucapan nenek tahu-tahu terngiang di benak. Terasa mengganggu. "Untuk apa lagi bertahan? Ibumu sudah meninggal."Rasa malu bercampur sedih membungkus hatinya. Meski mengerti tujuan pernikahan, harga dirinya menjerit. Kenyataan Gavin tidak mendukungnya menuntut Karina, semakin membuatnya kecewa. Kedatangan Ariana, juga membangkitkan kesadaran, betapa impulsif dirinya. Namun, bukan Prisha namanya jika menyerah begitu saja. Ia memutar otak. Senyum tipis terbit di bibirnya saat menemukan jalan.Prisha menggeser tubuh, menjauhi Gavin, tatkala calon menantu baru sang ibu mertua muncul di ruang tamu. Ruangan yang luas dan mewah, jadi terasa sempit dan buruk.Dokter Ariana seorang wanita matang dan dewasa. Pembawaannya tenang dan lembut, tapi matanya berkilat cerdas. Wajahnya
Read more
Tak Sesuai Selera
Prisha berkali-kali menguap saat memasuki rumah. Jam dinding klasik di ruang tamu mewah milik Gavin, telah menunjukkan angka sepuluh malam. Biasanya Prisha tahan begadang. Namun, hari itu terlalu melelahkan. Lahir batin. Ia terus melangkah menuju kamar pribadi. Lupa izin ke suami. Langsung menutup pintu dan menguncinya, sesuai kebiasaan. Usai berganti baju dengan babby doll, Prisha merebahkan tubuh sambil melafazkan hamdalah. Begitu mencium bantal, gadis itu langsung pulas.Sementara Gavin masuk ke kamarnya sendiri pula. Seperti biasa, ia mandi air hangat sebelum tidur. Saat merendam tubuh dengan nyaman di bath tube, kenangannya terlempar ke acara mandi siang tadi di rumah Nenek Sarah. Dokter merangkap CEO DIMS Hospital itu tersenyum sendiri. Lantas, ia menoleh ke sekeliling. Tak ada yang berubah di kamar mandinya. Segala sesuatu terletak pada tempatnya. Terasa wajar.Lelaki itu bangkit, berbilas, lalu memakai kimono handuk sebelum keluar kamar mandi. Setengah melamun, ia berganti b
Read more
Halusinasi
Gavin menyetir mobilnya sendiri. Alif disuruh ke kantor duluan. Ia ingin menikmati momen berdua Prisha, tanpa gangguan pihak lain. Mobil sport bugatti berbelok memasuki halaman sebuah salon kecantikan merangkap butik ternama. Prisha ternganga. Ia cukup update untuk mengenal brand sebuah tempat. Salon Kecantikan Shalinaz sudah bertaraf internasional. Bahkan Shalinaz Beauty Clinic telah menciptakan produk kecantikan sendiri yang mampu bersaing di pasar global. Sementara butiknya tak kalah eksklusif. Butik itu terkenal khusus mendesain busana muslim dan muslimah yang elegan, mewah, dan kontemporer.Butik milik tantenya Keyko hanya seperdelapannya. Dari bangunan Shalinaz Beauty Clinic plus butiknya yang mentereng sudah terlihat gambaran profesionalitas para pegawainya. Tak pernah terlintas dalam mimpi sekalipun, Prisha bakal menginjak tempat tersebut. Nalurinya sebagai wanita yang ingin tampil cantik pun bangkit. Terpancar dari wajahnya, rasa antusias yang berhasil mengusir kabut suram
Read more
Pertemuan Keluarga
Usai berdeham, menguasai rasa tergelitik geli, Gavin berkata serius. "Oke, mari kita upayakan kondisi ideal suami istri. Pertama-tama, saya mau komplen. Dua hari lalu, kamu ngundang saya masuk kamar, pura-pura sakit. Tau-tau memanfaatkan saya. Kira-kira itu ideal, nggak?"Prisha terbelalak. "Anda merasa dirugikan?""Sangat. Nggak adil kalo nggak gantian."Bibir mungil Prisha mengerucut lucu. Sepasang alisnya bertaut. "Keterlaluan," desisnya. "Mengapa harus dipertanyakan? Tentu saja itu ideal. Bahkan sudah seharusnya. Jangan bilang rugi. Jelas-jelas saya tau, Anda untung besar. Oh, bilang aja pengen tidur sekamar. Ish, nggak usah muter-muter." Wajah Gavin sontak merah padam. Berhubung sudah tak kuat menahan penderitaan sejak malam tadi, ia memutuskan membuang gengsi."Bagus kalo ngerti. Praktik ideal tahap pertama, pagi ini kamu gantian ke kamar saya. Saya butuh diperiksa coz tiba-tiba saya meriang.""Pak Dok sakit?" Prisha menatap tak percaya.Gavin diam. Cemberut. Prisha tak berani
Read more
Playing Victim
Beruntung Prisha sejak kecil telah terlatih menghadapi bullying. Jika tidak, mungkin saat ini ia sudah lari sambil menangis. Atau sebaliknya, menggebrak meja sambil berteriak melampiaskan gusar. Prisha memutuskan memberi jawaban yang ia pikir paling elegan tanpa kehilangan harga diri."Salam kenal, Nek. Saya tersanjung, Anda lebih dulu tau nama saya, sedang saya sama sekali belum mengenal Anda." Gadis itu merapatkan sepasang telapak tangan di depan dada ke arah Nenek Clara. Senyumnya manis dan matanya berseri-seri penuh energi hidup. Lantas, ia menoleh pada Gavin. "Mas Gavin mestinya mengenalkan seluruh anggota keluarga Mama Karina kepada saya," ungkapnya, setengah protes.Mendengar sebutan "mas" disertai nada menyalahkan, Gavin berdeham ringan, meredakan desir di dada."Tadinya saya mau ngajak kamu mengunjungi keluarga besar Mama, sekalian ngantar undangan. Siapa sangka, semuanya nggak sabar pengen ketemu kamu," sahutnya, lembut.Karina, Nenek Clara beserta segenap keluarga, serasa t
Read more
Karena Kamu Jelek
Keluarga Karina meninggalkan rumah Zed Devandra dengan wajah masam. Maksud terselubung mereka telah tersingkap. Karina menangis kecewa karena gagal mempengaruhi putranya. "Belum satu bulan menikahi anak ular itu, kamu udah tergigit racunnya. Sampai-sampai mengabaikan ibu yang membesarkanmu bertahun-tahun!" raung Karina, begitu mertuanya meninggalkan ruangan tamu untuk beristirahat. "Mama menyuruhmu menikahinya, hanya sebagai pemanis belaka. Bukan untuk jadi istri utama!""Mama sangat serius saat memaksa saya menikahi Prisha. Mengapa berubah pikiran ketika saya betul-betul serius menikahinya?" sahut Gavin, tenang. "Itu karena Mama ditindas," sahut Karina, pilu. "Kakekmu mengancam akan memenjarakan papa dan membuat Mama jatuh miskin. Tau-tau sekarang, papamu menceraikan Mama. Mama tiada daya, kehilangan pegangan. Hanya kamu harapan Mama. Mama nggak mau kamu jadi boneka di tangan keluarga papamu!""Mama rupanya belum sadar. Sikap Mama tiada bedanya dengan kakek nenek. Nganggap saya tak
Read more
Istri Sungguhan
"Resepsi pernikahan kalian tinggal seminggu lagi. Persiapannya udah beres. Tempatnya fix di ballroom hotel berbintang milik rekan bisnis perusahaan kita," ungkap Nenek Diana, saat makan malam bersama Gavin dan Prisha.Sang nenek bersikeras meminta pasangan itu untuk bertahan sampai makan malam. Demi menyenangkan hati si nenek, Gavin dan Prisha terpaksa menyetujui, meski sangat letih."Waktu untuk fitting baju mepet sekali." Nenek Diana menunjukkan ekspresi cemas. "Desainer busana pengantin, memakai ukuran standar. Bajunya baru selesai malam ini. Besok pagi kalian harus segera ke butik, mencoba baju pengantin. Kalo ada yang nggak cocok, akan langsung diperbaiki penjahit profesional yang kerjanya cepat.""Maaf, Nek. Biar Prisha saja. Saya sudah beberapa hari nggak kerja. Rencananya besok mau rapat evaluasi," tolak Gavin."Kamu kemaren kan izin karena sakit." Nenek Diana meletakkan sendok, menunda suapan berikutnya. "Uruslah cuti nikah!"Gavin menggeleng. "Kerjaan saya banyak.""Kamu tin
Read more
You"re Only Mine
"Waa ... ma-maaf, Dok!" Prisha cepat-cepat membuka jendela yang hanya setinggi dada. "Masuk sini, Dok!"Gavin menggeleng kuat. Seumur-umur, ia belum pernah masuk rumah lewat jendela. Sungguh memalukan jika itu terjadi."Ayoo ...." Prisha menarik tangan suaminya. "Nggak!" tolak Gavin, galak. "Bukain pintu!""Oh, i-iya, iya ...." Prisha melepaskan tangan Gavin, lalu menghambur ke luar kamar.Gavin tampak bersungut-sungut begitu dibukakan pintu. "Pak Dok tadi di taman?" Prisha bertanya pelan dan hati-hati, seperti orang takut menyenggol singa luka.Gavin tak menjawab. Masih dongkol. Tadi, sepulang dari rumah kakek, ia sudah bad mood. Rasa tertekan mendorongnya langsung ke taman belakang rumah yang menyatu dengan kolam renang. Ia duduk melamun di tepi kolam, tanpa menyalakan lampu taman. Belum setengah jam menikmati kesendirian, chat Prisha mengusik kenyamanannya. Ingin mengabaikan, tapi tidak bisa. Gadis itu seperti nyamuk nakal yang terus mendengung di telinga. Gavin serasa ingin ja
Read more
Tetap Bertahan
Pagi-pagi sebelum sarapan, Gavin melakukan prosedur angkat jahitan di pergelangan lengan kanan Prisha. Benang jahitan digunting dan dilepas karena luka sudah mengering. Gavin mengoleskan desinfektan di sepanjang luka yang telah menjadi garis lurus di kulit yang halus. Kasa steril dan plester, ia tempelkan sebagai sentuhan akhir perawatan luka.Sebagai dokter spesialis bedah jantung yang terbiasa menangani luka serius pascaoperasi, gerakan Gavin telaten, rapi, dan hati-hati. Padahal, yang ditanganinya saat itu hanya perawatan luka biasa. Prisha mengamati wajah serius dokter konsulennya. Delapan tahun telah berlalu, tapi Prisha menemukan hatinya masih seperti dulu. Meski Dokter Gavin tak lagi suka tersenyum. "Kamu mandangin wajah saya terus, apa nggak bosan?" tegur Gavin, dengan nada tak acuh."Saya bersyukur, impian saya terkabul, meski lewat jalan berliku."Gavin duduk tenang di sisi Prisha, usai membersihkan tangannya. "Emangnya apa impian kamu?""Pengen jadi dokter supaya bisa ber
Read more
Terancam
Prisha agak gugup di forum formal tersebut. Sebelum masuk, ia melihat banyak orang bertubuh tegap, berkacamata hitam dan berjas hitam, berbaris di depan pintu. Sebagian berdiri di dalam, pada sudut-sudut ruangan, dengan penampilan serupa.Orang-orang berkacamata hitam itu jelas bukan anggota keluarga Devandra. Sikap dan gestur tubuh mereka terlalu kaku dan formil. Prisha yakin, mereka penjaga keamanan, mirip-mirip anak buah mafia di film-film thriller yang pernah diceritakan Keyko. Ingat Keyko, Prisha jadi ingat Hana dan teman-teman koasnya. Mereka tadi hadir di acara resepsi, tapi hanya sebentar karena mesti tugas dinas. Padahal, Prisha kangen dan ingin ngobrol banyak dengan sahabatnya.Aneh. Menyaksikan banyaknya penjaga, Prisha malah tegang. Rasa tak nyaman menyelimuti dirinya. Seakan-akan diintai monster ganas. Apalagi anggota keluarga dan kerabat mertua, melempar pandangan sinis bercampur iri dengki ke arahnya.Prisha tersenyum dan menyapa mereka, hangat dan ceria. Namun, balasa
Read more
PREV
1
...
678910
...
24
DMCA.com Protection Status