All Chapters of Satu Malam Untuk Selamanya: Chapter 51 - Chapter 60
81 Chapters
Ikatan Batin Yang Tidak Disadari
KENZIO“Salah satu tim gue.” Ben menjawab tanpa memandang padaku. Perhatiannya tertuju ke arah countdown timer di depan sana.Sesolid itu Ben pada bawahannya. Dia benar-benar tipe pimpinan yang pasti sangat disenangi para karyawannya.“Gue pikir istri lo yang sakit.”“Bisa dibilang begitu.” Kalimat itu masih diucapkan tanpa memandang ke arahku.Aku mengernyit heran. Apa maksudnya ini?Aku ingin bertanya banyak tapi karena melihat Ben yang tampak panik luar biasa maka niat itu terpaksa kuurungkan. Aku menyimpulkan sendiri. Mungkin Ben dan istrinya adalah rekan sekantor. Dan istrinya itu merupakan bawahannya.Ben menekan klakson sekuat yang bisa dilakukannya setelah lampu hijau menyala lalu menekan pedal gas sedalam mungkin hingga hampir saja menabrak sepeda motor yang bergerak pelan di depan mobil.Sepanjang sisa perjalanan aku duduk tanpa suara di sebelah Ben. Melihatnya panik aku ikut tegang. Separah apa keadaan istrinya itu sehingga membuat Ben sampai sepanik ini?Setibanya di rumah
Read more
Am I Dreaming?
VIOLA Setelah melalui observasi dan kondisiku dinyatakan stabil, aku dipindahkan ke ruang rawat biasa. Ada Ben, Widi dan Hani yang saat ini menemaniku."Dia kok nggak ada miripnya sama lo ya, La?" tanya Widi setelah sedari tadi begitu konsentrasi memandangi putri kecilku yang berada di dalam box bayi. Box itu berada tepat di sebelah tempat tidurku."Jangan-jangan dia mirip bapaknya kali ya," celetuk Hani menimpali."Bukan!" sahutku cepat. "Dia memang nggak mirip siapa-siapa. Nggak semua anak harus mirip sama orang tuanya.""Iya deh."Keduanya mungkin menyadari kalau aku nggak suka anak bapak ini disebut-sebut."Ben, temen lo tadi mana?" Widi mengalihkan topik obrolan demi menghindari suasana canggung."Udah pergi.""Temen siapa?" Aku ikut bertanya pada Ben."Temen dari Jakarta. Kebetulan dia lagi di sini. Tadi aku lagi sama dia waktu Hani menelfon. Terus aku ajak dia ke sini sekalian."Oh.""Katanya dia titip salam buat kamu, semoga sehat terus.""Amin ... makasih.""Tadi dia juga se
Read more
Berpisah
VIOLABen memandangku dengan tatapan sedih. Sudah sejak kemarin dia menunjukkan tanda-tanda tersebut. Ben yang biasanya ceria dan begitu energic, kali ini seakan kehilangan semangat hidupnya.Bukan hanya aku, tapi gadis kecilku yang cerdas juga bisa merasakan perubahan sikap Ben. Dia lalu berbisik padaku.“Nda, Ayah kenapa sedih?”“Coba deh Kei tanyain sendiri.” Aku membalas bisikannya.Beranjak dariku, Lakeizia menarik langkah menghampiri Ben yang saat ini sedang memeriksa lagi barang-barangku.Seperti yang Ben katakan kala itu, ternyata aku benar-benar dipromosikan. Aku dipercaya untuk memimpin cabang Starnusa di Bali yang berlokasi tepat di kota Denpasar. Bagiku itu adalah pencapaian terbesar selama aku berkarir. Dan aku nggak mungkin menyia-nyiakannya begitu saja.Sudah sejak dua hari yang lalu aku berada di Jakarta mengurus segala sesuatunya. Ben juga ikut. Dia yang membantuku. Mulai dari packing barang-barang, mengantarku ke Jakarta lalu menemaniku ke kantor pusat, dan masih ban
Read more
Kenapa Orang Dewasa Suka Berbohong?
VIOLA"Lakeizia!" Aku memanggilnya sambil berlari keluar dari pagar.Suasana sore ini cukup sunyi. Nggak ada seorang pun di sekitarku. Orang-orang sibuk di dalam rumah masing-masing atau belum pulang dari tempat aktivitas mereka"Lakeizia! Kei, di mana, Nak?" Aku memanggilnya dengan suara lebih keras sambil memandang ke kiri dan kanan. Tapi nggak ada yang menjawab panggilanku.Aku mulai panik. Lakeizia seperti lenyap ditelan bumi."Lakeizia! Lakeizia!" Aku terus memanggilnya dengan suara keras. Isakku akan pecah. Pelupuk mataku menghangat oleh genangan air mata yang siap untuk tumpah. Aku nggak bisa membayangkan jika sesuatu yang buruk terjadi pada putriku. Dia satu-satunya yang kumiliki. Aku lebih baik kehilangan segalanya asal bukan dia."Kei di mana, Sayang?!" Aku terus memanggilnya sambil terus berjalan.Sampai di ujung jalan langkahku terhenti karena sudah buntu.Aku memutar arah kembali ke arah rumah. Mungkin Lakeizia main keluar dari komplek ini. Mungkin sekuriti di dekat gapur
Read more
I Call It magic
VIOLA"Ayah jahat, Bunda jahat. Kei malu sama teman-teman. Semua orang punya Ayah, cuma Kei yang nggak punya!"Bulir-bulir air mata menetes mengaliri pipi Lakeizia. Isaknya pecah menjadi tangisan kencang. Setiap kali dia tantrum pasti dia akan mengungkit-ungkit soal ayah kandungnya.Aku mendekati Lakeizia yang kini berguling di lantai sambil terus menangis keras. Kalau sudah begini aku nggak bisa berbuat apa-apa karena semakin dibujuk dia akan semakin ngamuk.Akhirnya aku hanya bisa membiarkan dia melampiaskan emosinya sepuas hati.Sampai keesokan harinya Lakeizia masih bertingkah. Dia nggak mau melakukan apa pun, mulai dari makan, mandi sampai mogok sekolah. Bahkan aku juga dilarang pergi kerja.Aku baru saja menelepon asistenku di kantor untuk mengatakan bahwa hari ini aku masuk agak siang—ketika pintu rumah diketuk.Ternyata Tante Zeline yang datang."Eh, Tante, ayo masuk, Tante." Aku menyilakan.Tante Zeline tersenyum padaku. "Tante pikir kamu sudah berangkat. Tante cuma mau ngasi
Read more
Somebody Like You
KENZIOBukan hanya tatapannya yang lekat di mukaku, tapi tangannya yang melingkari leherku juga begitu kuat, seakan renggang sedikit saja maka dia akan jatuh.“Jadi Kei tinggal di dekat mana, Yang?” tanyaku menagih janji Ayang untuk bercerita.“Persis di sebelah rumah kita.”Dahiku mengernyit membayangkannya. “Yang di sebelah mananya, Yang?”“Yang itu lho, yang bekas rumahnya Pak Ketut. Sekarang rumah itu disewa sama perusahaan buat tempat tinggal kepala cabang mereka. Nah, bundanya Kei ini adalah si kepala cabang itu.”Aku ber ‘oh’ menanggapi penjelasan Ayang.Lalu kupandangi anak di dalam gendongan. Dia balas menatapku.“Kei umurnya berapa?” tanyaku.“Empat, Om,” jawabnya lugas.“Udah sekolah belum?”“Udah, Om.”“Terus hari ini nggak sekolah atau sudah pulang?”Lakeizia yang sedari tadi lancar menjawab tiba-tiba membisu. Membuatku bertanya di dalam hati, apa ada yang salah dengan pertanyaanku?Ayang yang berjalan di sebelahku menyikut lenganku sebagai isyarat.Mengerti kode yang dik
Read more
Takdir Membawamu Kembali
KENZIOAku mengusap kepala Lakeizia yang memandangiku dengan wajah lugunya. Dia masih menanti jawabanku. Aku nggak habis pikir bagaimana cara bundanya mendidik Lakeizia sampai dia sedewasa ini dalam berpikir."Kei nggak usah bayar. Kei nggak berutang apa-apa sama Om Zio. Om membelikannya dengan ikhlas. Dan yang namanya pemberian bukan utang. Oke?”Lakeizia menatapku bimbang. Seakan meragukan kalau aku benar-benar ikhlas.Kuusap kepalanya sekali lagi untuk meyakinkannya. "Kei, nggak usah takut. Yang tadi beneran Om Zio ikhlas beliinnya buat Kei, dan itu bukan utang. Kei tahu kan utang itu apa? Kalau Om meminjamkan uang untuk Kei biar bisa beli coklat, itu namanya utang. Tapi kalau Om yang ngasih, itu artinya bukan utang. Oke, Sayang?”Lakeizia akhirnya mengangguk setelah kuterangkan dengan detail."Boleh Kei makan coklatnya satu, Om?" tanyanya sesaat kemudian yang membuatku lega. Itu artinya dia nggak lagi mempermasalahkannya."Boleh dong. Kei makan aja.""Om mau?" Dia menawarkan padak
Read more
Patah Hati
VIOLA “Nah, itu Kei sama Zio pulang,” kata Tante Zeline sambil memandang ke arah pintu.Aku ikut memalingkan wajah ke arah yang sama. Dan …Sosok itu berdiri tepat di hadapanku sambil menggendong Lakeizia. Sosok yang nggak ingin kuingat-ingat lagi walau sejujurnya dia selalu berputar-putar di dalam pikiranku. Dia satu-satunya orang yang terakhir yang ingin kutemui kalaupun aku harus bertemu dengannya.“Kenapa pada bengong?” tegur Tante Zeline menyaksikanku dan ‘orang itu’ saling memandang dengan tubuh membatu. “Viola, itu Kenzio, anak Tante, selama ini dia tinggal di Jakarta. Dia itu kerja sebagai pengacara di sana. Bisa dibilang dia workaholic sampai nggak punya waktu buat diri sendiri saking sibuknya.”Iya, Tante, iya, saya tahu itu. Saya tahu semua tentang anak Tante yang hebat itu.Setelah puas memberi tahu mengenai anaknya padaku, Tante Zeline gantian mengenalkan jati diriku pada putra yang dibanggakannya itu.“Zio, kenapa masih berdiri di sana? Kenalin dulu, ini Viola, bundanya
Read more
Berhentilah Berpura-Pura
VIOLAKenapa hidup sepertinya begitu suka bermain-main denganku?Kenapa aku harus bertemu lagi dengan orang itu? Dan kenapa aku baru tahu bahwa Tante Zeline adalah orang tuanya?Sejak pertama diberi tahu akan ditugaskan ke Bali, nama Kenzio adalah hal pertama yang melintas. Tapi sedikit pun aku nggak pernah menyangka akan bertemu lagi dengannya bahkan orang tuanya bertetangga dekat denganku.Seakan nggak cukup membuatku syok dengan pertemuan kami, dia juga sedang menggendong anakku. Dan mereka persis seperti ayah dan anak."Maaf, Bu, dokumen yang tadi sudah ditandangani?"Aku tersentak dari lamunan saat asistenku masuk menagih dokumen yang membutuhkan approval dariku. Sudah sejak tadi dia memberikannya tapi aku belum menyentuh sedikit pun. Dokumen tersebut masih teronggok di atas meja tanpa aku apa-apakan. Sudah berjam-jam lamanya aku melamun memikirkan pertemuan mengejutkan dengan Kenzio yang efeknya berdampak jangka panjang bagi hidupku."Besok ya, saya review dulu," ucapku pada Sar
Read more
Bicara Berdua
VIOLAEntah semerah apa mukaku saat ini. Ucapan itu disampaikan dengan ringan tetapi sangat menyentil.Belum aku merespon, Kenzio sudah kembali mencecarku."Kamu tahu aku sangat menyukai rambut panjang dan hitammu itu, Vio. Tapi kamu sengaja mengubahnya untuk melupakan aku dan semua kenangan tentang kita. Kamu pergi tanpa kata, tanpa bicara dan menghilangkan jejak biar aku nggak bisa mencari kamu. Bertahun-tahun ini aku menderita. Aku mencari kamu ke mana-mana sampai nyaris gila. Kamu nggak akan ngerti gimana rasanya nggak bisa tidur bermalam-malam. Sekalinya bisa memejamkan mata harus kebangun karena mimpi buruk. Tapi mimpi burukku itu nggak ada apa-apnya ketimbang mengetahui kenyataan bahwa kamu nggak ada lagi di sisiku, Vio."Ucapan yang disampaikan dengan panjang lebar itu memang membuatku termangu untuk beberapa saat. Namun kemudian realita menyadarkanku. Jangan lupakan profesinya. Dia seorang pengacara yang begitu lihai bersilat lidah. Jadi lip service baginya ada hal yang sudah
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status