Semua Bab Satu Malam Untuk Selamanya: Bab 61 - Bab 70
81 Bab
Ancaman Paling Jitu
VIOLASetelah Kenzio pergi aku langsung masuk ke kamar. Putri kecilku masih pulas dalam tidurnya. Posisinya nggak berubah sejak saat kutinggal tadi. Aku naik ke tempat tidur lalu duduk di sebelahnya. Percakapan dengan Kenzio tadi serta ekspresi wajahnya melintas dengan jelas seperti adegan yang diputar ulang.Bukannya aku nggak menghargai dia, tapi sebagai bundanya Kei semestinya kamu mengerti perasaan Kei. Soal kedatanganku besok ke sekolahnya nggak akan mengubah apa pun. Ayah kandungnya tetap bukan aku. Iya kan?Bukan aku nggak mengerti perasaan Kei, sebagai ibunya aku sangat amat mengerti. Bertahun-tahun aku memahaminya sambil menahan perasaan sendiri.Mungkin nggak ada salahnya kalau aku memberinya kesempatan untuk datang ke sekolah Kei. Agar perasaan kecewa Kei pada Ben terobati.Memandangi wajah Kei aku nggak menemukan muka Kenzio di sana karena secara fisik mereka memang nggak mirip. Hanya saja mereka sangat mirip dari segi gestur. Gerakan bibirnya saat bicara, caranya tersenyu
Baca selengkapnya
Kenzio Yang Tidak Mudah Ditipu
KENZIO “Yanda nggak kerja ya hari ini?" Pertanyaan itu memaksaku menggerakkan kepala untuk memandang ke arah Lakeizia yang duduk di sebelahku. Saat ini kami berada di mobil dalam perjalanan ke sekolahnya."Nggak, Yanda lagi libur.""Memang Yanda kerjanya apa?" Lakeizia menatapku penasaran."Pengacara," jawabku singkat."Pengacara? Yang suka bantuin orang baik yang dijahatin orang jahat ya, Yanda?"Aku tertawa sambil mengiakan. Anak ini semakin membuatku takjub."Berarti Yanda kerjanya sama dengan ayahnya Kei. Yanda kenal nggak sama ayahnya Kei?" ujarnya antusias.Perkataan Lakeizia membuatku kaget. Viola belum bercerita mengenai detail pekerjaan suaminya."Maaf, Sayang, Yanda nggak kenal. Soalnya pengacara itu banyak."Lakeizia tampak kecewa mendengar jawabanku."Tapi nanti Yanda coba tanya sama Bunda ya, siapa tahu Yanda kenal."Lakeizia menganggukkan kepala sambil mengibas rambut panjangnya ke belakang lalu memandang ke arah jendela mobil. Di saat itulah aku melihat bordir kecil di
Baca selengkapnya
Membuat Viola Kesal
KENZIOMuka Viola merah padam. Dia marah padaku karena nggak terima aku tuding menyewa pria bayaran untuk diakuinya sebagai suami.Karena nggak ingin membuatnya semakin emosi yang akan mengganggu suasana hatinya dan tentu akan berpengaruh pada pekerjaannya, aku terpaksa mengalah. Aku pergi meninggalkan kantor Viola.Lalu di sinilah aku sekarang. Berada di sekolah Lakeizia. Sudah satu jam aku duduk di sini. Aku membuktikan janjiku pada Lakeizia. Aku akan datang sebelum jam dua belas."Yandaaa!" Suara yang mulai familier denganku itu terdengar memanggil. Ketika memandang ke arah tersebut aku melihat Lakeizia berjalan cepat ke arahku. Aku bangkit dari duduk lalu menyongsongnya."Udah pulang, Nak?""Udah, Yanda.""Terus kita ke mana sekarang?"Lakeizia diam tidak menjawab pertanyaanku, tapi matanya berbahasa."Oh iya, Yanda ingat sekarang. Kita beli crayon yang warna lila kan?"Lakeizia mengangguk cepat penuh semangat. Aku jadi tahu sekarang. Lakeizia sangat menginginkannya, tapi bundany
Baca selengkapnya
Nggak Usah Trying So Hard Gitulah
VIOLA"Aku nggak suka cara kamu, Zio.""Yang bagian mana yang kamu nggak suka?" Dia menimpali, kali ini sambil mengelap sisi bak wastafel yang basah oleh percikan air."Semuanya," jawabku. "Kei itu anakku. Aku punya aturan untuk dia. Apa maksud kamu membelikan dia mainan, pakaian, sepeda dan entah apa lagi?!"Kenzio mengeringkan tangannya dengan lap kepala Hello Kitty lalu memutar tubuh dan bergerak mendekatiku hingga kami berdiri dengan jarak nggak kurang dari satu meter."Apa salah kalau aku membelikan untuk anakku sendiri?" balasnya enteng."Anak kamu?" ucapku sinis."Ya. Kei memang anakku. Anak kita berdua lebih tepatnya. Selama ini kamu pergi dan menyembunyikan dia dariku padahal aku berhak tahu tentang fakta itu."Aku mengibaskan tangan. Sudah sejak tadi siang kami bertengkar. Aku sudah terlalu lelah."Zio, aku capek. Pulanglah. Aku pengen istirahat," usirku."Nggak akan sebelum kamu akui semua," jawabnya nggak mau pergi."Apa lagi yang harus aku akui? Tentang Lakeizia? Nope! Sh
Baca selengkapnya
Ayah X Yanda
VIOLAAku sedang bersiap-siap untuk menjemput Ben ke bandara sambil mendengar cerita Lakeizia mengenai keseruannya main sepeda dengan Kenzio. Nggak ada habisnya pujian terlontar dari mulutnya mengenai Yanda-nya itu."Nda, tau nggak, hari Minggu Yanda mau ngajak Kei lagi.""Main sepeda?""Bukan, Nda, tapi Yanda mau ngajak Kei ke pantai. Kata Yanda Kei mau diajarin surfing.""Apa?" Aku terbeliak mendengar penuturan Lakeizia."Kok Bunda kaget?" Lakeizia menatapku heran."Gimana Bunda nggak kaget, Nak. Kei tau nggak surfing itu apa?" Aku menatap Lakeizia selekat mungkin."Ya taulah, Nda. Tadi Yanda udah ngeliatin sama Kei papan surf-nya. Terus Yanda juga ngeliatin foto-foto saat Yanda surfing di pantai.""Kei nggak takut memangnya? Surfing itu bukan main-main biasa, Nak. Ombaknya besar, Kei juga bisa jatuh kalau nggak hati-hati. Kalau udah jatuh Kei bisa tenggelam."Lakeizia menggelengkan kepalanya yang membuatku kehilangan kata. "Kan ada Yanda. Kei nggak sendiri. Yanda bakal ngelindungin
Baca selengkapnya
Mati Kutu
KENZIOViola dan Ben kompak termangu setelah kutagih buku nikah pada mereka. Namun kemudian Viola mengambil alih situasi.“Duh, Zio, kebetulan buku nikah kami hilang dan kebetulannya lagi aku nggak punya kopiannya,” ucapnya dengan wajah sangat menyesal memohon pengertian dariku.Aku kesulitan menahan diri untuk tidak tertawa kala mendengar ucapan Viola. Agaknya dia benar-benar lupa sedang berbicara dengan siapa. Dan aku rasa dia juga lupa atau tidak memperhitungkan kemungkinan yang satu ini.“Jadi bukunya hilang?” tanyaku mengonfirmasi.Dia memberi jawaban anggukan kepala.“Nggak apa-apa kalau memang nggak ada kopiannya. Kita masih bisa telusuri datanya.”“Maksudnya?” Viola mengerutkan dahi.“Kita bisa tracking data kamu dan Ben secara online. Di sana semuanya lengkap. Mulai dari hari dan tanggal menikah sampai KUA tempat pernikahan kalian terdaftar. Sesimpel itu. Jadi nanti hasil print out-nya bisa digunakan sebagai bukti yang sah bahwa kalian benar suami istri. Kata Pak RT nggak apa
Baca selengkapnya
Fakta Yang Terungkap
KENZIO"Dia bukan istri gue. Kami nggak pernah menikah,” ucap Ben padaku.Seketika seperti ada aliran air membasahi tenggorokanku yang kering mendengar pengakuan lugas lelaki di hadapanku ini. Sejak mendengar cerita Lakeizia yang dituturkan dengan lugu aku memang sudah menduganya. Keyakinanku bertambah kuat oleh sikap Viola yang aneh seakan sedang menutupi sesuatu dariku. Dan ternyata semua terbukti. Ben sendiri yang mengakuinya tanpa aku perlu berepot-repot mencari tahu."Really? Terus kenapa lo ngaku sebagai suaminya?" Aku mencoba untuk bersikap seolah-olah terkejut dan cukup sulit untuk melakukan itu karena nyatanya aku sudah tahu."Viola yang minta gue buat pura-pura jadi suaminya. Karena katanya ada cowok usil yang suka menggoda dia, yaitu lo.”Aku tak kuasa menahan senyum. Ternyata aku membuatnya sebegitu kesal hingga Viola benar-benar sebal padaku."Memang suaminya ke mana? Kenapa dia minta lo? Kenapa bukan suaminya aja yang ke sini?"Ben menyesap Americano-nya sesaat sebelum m
Baca selengkapnya
Terserah Apa Kata Takdir
VIOLA“Nda, Ayah sama Yanda ke mana sih? Kok lama banget dari tadi nggak pulang-pulang?” Lakeizia mulai resah ketika sudah berjam-jam berlalu namun Ben dan Kenzio masih belum kembali.“Mungkin sebentar lagi, kita tunggu aja ya,” jawabku sambil membelai kepala si gadis kecil. Dia sudah nggak sabar ingin quality time dengan ayahnya.“Nanti kita ke pantai sama Ayah dan Yanda ya, Nda?”“Om Zio nggak bisa, Nak. Om Zio lagi sibuk,” jawabku menolak keinginan Lakeizia.“Yaaa … kok gitu sih? Mana seru kalau nggak ada Yanda.” Lakeizia mengerucutkan mulutnya tidak terima.Aku membungkukkan badan. Menyejajarkan posisi tubuh dengannya. Lalu kuberi dia pengertian.“Dulu waktu kita tinggal di Batam nggak ada Om Zio, kita selalu pergi bertiga. Tapi tetap seru kan?”“Tapi waktu itu kita kan belum kenal sama Yanda, jadi mana bisa jalan sama-sama.”Aku salah jika berpikir Lakeizia akan berhenti mendebatku. Dia malah mengeluarkan argumen lain yang membuatku nggak habis pikir pada alur pikirannya. Yang di
Baca selengkapnya
Talk About Unfinished Business
KENZIOSetelah pembicaraan dengan Ben tadi aku pulang ke rumah. Ben juga pulang ke rumah Viola. Aku sengaja nggak mengekorinya karena semua sudah terungkap. Ben menyerahkan semua padaku untuk menyelesaikan masalah dengan Viola. Mengingat betapa keras hati Viola, aku yakin ini semua nggak akan mudah. Tapi untungnya aku memiliki banyak waktu di sini. Aku nggak menyesali keputusanku untuk tidak mengambil job dulu karena ternyata di balik keputusan-keputusan itu ada hikmah yang begitu besar.Tok ... tok ... tok ..."Zio!"Suara Rhiannon terdengar bersama ketukan di depan pintu. Ternyata dia sudah pulang dari Lombok."Masuk aja, Rhi, nggak dikunci."Pintu terbuka setelah aku menyahut.Rhiannon melangkah ke dalam lalu ikut naik ke tempat tidur dan berbaring di sebelahku."Duh, capek banget. Badan aku berasa mau rontok," keluhnya."Ya jangan sampai rontok dong. Kalo nggak punya badan gimana?""Zio, ah, becanda mulu. Ini beneran aku capeknya nggak main-main.""Ya udah, istirahat kalau gitu."
Baca selengkapnya
Yang Pertama Setelah Sekian Lama
VIOLASudah kuduga sebelumnya. Berdua dengan Kenzio akan membuatku terjebak dalam momen ini. Kami harus membicarakan sesuatu yang selama ini sangat aku hindari. Dan dugaanku tadi bahwa Kenzio merencanakan semuanya dengan matang semakin mendekati nyata.“Aku mohon kamu jangan menghindar lagi, Vio. Sudah saatnya kita bicarakan masalah ini secara dewasa. Aku tau akulah yang salah dalam hal ini. Aku nggak akan menyangkal. Sepenuhnya ini memang salahku. Tapi tidakkah aku berhak atas kesempatan kedua?” Kenzio membicarakannya tanpa kata pembuka atau basa-basi. Dia sedikit pun nggak membahas mengenai sandiwara yang kulakukan. Seakan kejadian tadi pagi tentang aku yang mengakui Ben sebagai suami nggak pernah terjadi.“Sorry, Zio, seharusnya kamu nggak perlu meminta kesempatan apa pun padaku karena kesempataan itu mutlak punya kamu. Tapi apa yang kamu lakukan? Kamu membuangnya, kamu melempar kesempatan untuk bersamaku jauh-jauh. Kamu lebih memilih untuk bersama Clara. Jadi kesempatan apa lagi?
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status