Semua Bab Suami Pengganti untuk Adara: Bab 151 - Bab 160
316 Bab
151). Danish si Ember
***"Jadi Mbak maafin aku, kan?"Pelukannya dengan Adara terlepas, pertanyaan tersebut langsung diucapkan Clarissa pada perempuan di depannya itu."Seharusnya aku yang minta maaf karena udah salah paham sama kamu," kata Adara. "Mana waktu itu aku nampar kamu.""Enggak apa-apa, Mbak. Waktu itu Mbak kan lagi kalut," kata Clarissa maklum. "Sekarang aku juga udah enggak ada hubungan apa-apa lagi kok sama Mas Rafly.""Baguslah." Meskipun tak kenal pada Clarissa, Aksa berceletuk. "Kamu cantik, jadi cari aja laki-laki lain yang lebih baik dari Rafly. Di luaran sana banyak kok laki-laki yang lebih ganteng dari dia.""Kak Aksa nih ya," kata Adara."Kakak ngomong kenyataan," kata Aksa.Setidaknya Aksa bisa bernapas lega karena dia yang hampir diintrogasi Adara akhirnya lolos berkat kedatangan Clarissa dan Ronald.Bukan takut atau apa, Aksa hanya takut Adara ataupun Danendra tak suka dengan apa yang dia dan Danish lakukan pada Rafly dan Felicya karena sejauh ini Aksa pantau, baik adik maupun adi
Baca selengkapnya
152). Bertemu di Apartemen
***"Seriusan mau pulang?"Merasa tak ikhlas, Danendra memandang wajah istrinya itu dengan tatapan nelangsa setelah beberapa menit lalu Adara mengatakan akan pulang."Iya seriusan, kenapa?" tanya Adara sambil merapikan meja nakas yang sedikit berantakan."Aku sama siapa kalau kamu pulang?" tanya Danendra. "Kalau aku butuh apa-apa gimana?""Ada Danish, Sayang," kata Adara. "Barusan dia bilang lagi di jalan sama Ayuma. Lagian aku enggak enak juga sama Mama. Seharian El kan sama Mama.""Ada asip kan di kulkas?""Ada sih, cuman kan kasian Mama harus jagain El," kata Adara.Danendra menghela napas sambil memandang istrinya itu. "Oke, sekarang kamu boleh pulang," ucapnya. "Tapi nanti sore ke sini lagi ya? Aku pengen tidur sama kamu malam ini.""El?""Siapin lagi aja asipnya," kata Danendra. "Malam ini aja. Ya? Kangen akutuh beberapa malam enggak sama kamu.""Tapi Mama.""Nanti aku telepon Mama buat titipin El.""Kalau enggak boleh?""Harus boleh," kata Danendra."Ck, kamu tuh," ujar Adara.
Baca selengkapnya
153). Mengakhiri Semuanya
"Kamu kenapa sih?"Tak langsung memberi jawaban, yang dilakukan Felicya justru mengepalkan tangannya ketika kilasan kejadian semalam bersama Rafly lagi-lagi memenuhi pikirannya—membuat dia untuk sekali lagi, kembali memberikan tamparan pada Adara."Fel!" Kali ini suara Adara meninggi. Ditampar dua kali tanpa tahu alasan dibalik penamparan Felicya padanya tentu saja membuat dia emosi. "Kenapa sih kamu, hah?!""Harusnya aku yang tanya, kamu kenapa?!""Aku kenapa?" tanya Adara. "Emang apa yang aku lakuin?""Apa yang kamu lakuin?" desis Felicya geram. "Yang kamu lakuin itu hancurin hidup aku, Dara. Gara-gara pizza yang kamu kirim buat Rafly semalam, aku kehilangan keperawanan aku.""Pizza?" tanya Adara sambil mengernyit. "Pizza apa? Kapan aku kirim pizza ke Rafly?""Enggak usah pura-pura polos dan suci," ketus Felicya. "Kamu itu licik dan jahat. Setelah rebut Danendra, bisa-bisanya kamu lakuin hal yang lebih jahat ke aku. Salah aku sama kamu apa sih, Ra?""Fel, maksud kamu apa sih?" tanya
Baca selengkapnya
154). Merah di Pipi Adara
***"Danish."Sebuah nama digumamkan Adara di sela-sela kegiatan mengemudinya. Pergi dari apartemen, Adara bergegas melajukan sedan hitam yang dia kendarai menuju rumah.Namun, sepanjang perjalanan pikirannya ke mana-mana. Kedua tangan fokus mengemudi, otak Adara sibuk memikirkan perkataan Rafly di apartemen tadi.Mantan kekasihnya itu mendapat kiriman pizza setelah sebelumnya mendapat chat dari nomor Adara. Karena sang pemilik nomor sama sekali tak merasa mengirimkan pesan pada Rafly, itu berarti pelakukan sudah jelas Danish.Ya, siapa lagi? Semalam, selain Danish tak ada lagi yang meminjam atau memainkan ponselnya. Dan jika benar Danish pelakunya, Adara juga yakin adik iparnya itu tak bekerja sendirian.'Tanya aja sama Kak Aksa, dia dalangnya'Sekarang, ucapan Danish tadi pagi pun kembali melintas di pikiran Adara—membuatnya bisa dengan mudah menyimpulkan semuanya."Kak Aksa sama Danish pelakunya," gumam Adara kemudian—ketika mobilnya memasuki pintu gerbang komplek perumahan yang di
Baca selengkapnya
155). Penyerangan
***"Kalau ada apa-apa, kamu bisa hubungin aku."Selesai mengemasi semua pakaiannya, Rafly menghampiri Felicya yang sejak tadi duduk di sofa ruang tamu. Pikirannya kacau, Felicya memang tak pergi ke butik hari ini."Males," celetuk Felicya. "Buat apa juga aku hubungin kamu.""Jangan lupa, semalam aku baru nanam benih di rahim kamu," kata Rafly. "Kalau kamu hamil, bilang sama aku. Biar aku tanggung jawab atau paling enggak, kamu bisa serahin anak itu ke aku nanti. Jangan pernah punya niat gugurin kandungan kalau kamu beneran hamil.""Aku enggak se-pshyco itu," kata Felicya."Iya, tapi kamu nekad," kata Rafly."Ck.""Kerja sama buat misahin Dara sama Danendra, aku pikir semuanya selesai sampain di sini," ucap Rafly. "Aku enggak mau ngikutin ide gila kamu lagi buat pisahin mereka berdua karena memang Dara sama Danendra itu jodoh.""Pengecut banget kamu," celetuk Felicya. "Baru gini aja udah nyerah.""Aku bukan pengecut, aku cuman berpikir realistis," kata Rafly. "Kita enggak sebanding ka
Baca selengkapnya
156). Diam-diam Peduli
***"Mama."Adara yang masih sibuk merapikan pakaian Elara di lemari seketika beranjak ketika suara klakson mobil terdengar dari bawah.Beranjak lalu melangkah perlahan, Adara membuka pintu dengan sangat hati-hati agar tak menimbulkan suara dan membuat Elara terbangun."Aman," kata Adara setelah berhasil keluar dari kamar tanpa membangunkan Elara. Mempecepat langkah,Adara berjalan menuruni tangga hingga di ruang tengah, dia berpapasan dengan Teresa yang datang diikuti Aksa."Mama," panggil Adara. "Mama darimana?""Apartemen Felicya," kata Teresa. "Mama habis kasih pelajaran buat perempuan itu, tapi mantan kamu datang. Semuanya jadi kacau.""Mantan?""Rafly," kata Aksa. "Dia datang dan enggak sengaja dorong Mama karena jambak Felicya.""Ya ampun, Ma.""Enggak usah berlebihan responnya, Mama enggak apa-apa," kata Teresa. "Elara mana?""Masih tidur.""Delvino, Aretha, sam Adeeva?""Sama Bibi kayanya.""Oh oke."Setelahnya, Teresa melangkah pergi begitu saja. Menaikki tangga, dia meningg
Baca selengkapnya
157). Danendra Rindu
***"Titip Elara ya, Ma.""Enggak usah bilang nitip pun, Mama pasti jaga cucu Mama."Adara tersenyum. Memberikan kecupan di kening Elara, dia berpamitan pergi ke rumah sakit. Sesuai janjinya pada Danendra, malam ini—sekitar pukul tujuh Adara bergegas menuju rumah sakit untuk menemani suaminya itu semalaman penuh.Tak dengan tangan kosong, Adara pergi sambil membawa satu set kotak makan berisi nasi juga lauk pauk untuk makan malam suaminya setelah sore tadi ketika pulang Danish menyampaikan request saudara kembarnya yang ingin dibawakan masakan rumah—khsususnya masakan Adara.Tak lagi memakai sedan hitam milik Danish, malam ini Adara pergi menggunakan audy putih milik Teresa. Sebenarnya dia ingin sekali mengambil mobilnya di apartemen.Namun, tentu saja Teresa tak mengizinkan semua itu karena memang mengambil mobil ke apartemen terlalu merepotkan. Lagipula di garasi kediaman Alexander pun terdapat belasan mobil yang bisa Adara pakai."Semoga Danendra suka makanan yang aku buat," kata
Baca selengkapnya
158). Positif
***"No, Felicya. Jangan sampai. Semoga enggak."Berdiri di depan cermin kamar mandi, raut wajah Felicya terlihat begitu tegang sementara tangannya memegang sebuah alat berukuran kecil.Pagi ini—lebih tepatnya beberapa hari ke belakang, Felucya mengalami keanehan dengan tubuhnya. Nafsu makan berkurang, mual, juga sensitif dengan beberapa bau.Curiga, Felicya segera membeli alat tes kehamilan untuk memastikan semuanya dan sekarang, dia menunggu hasil pada testpack yang baru saja dia gunakan."Oke, sepuluh menit," kata Felicya setelah hampir sepuluh menit dia menunggu.Tangannya yang semula menggenggam testpack perlahan terbuka dan seketika umpatan keluar dari mulut Felicya setelah melihat hasil tes yang sangat tak dia inginkan."Ah, shit!"Felicya mendesah lalu menundukkan kepalanya setelah melihat dua garis merah terpampang pada testpack. Hamil. Dua garis merah yang terlihat jelas tersebut menandakan dirinya positif hamil.Dan tentu saja anak yang dia kandung sekarang adalah anak Rafl
Baca selengkapnya
159). Benar-benar Mengikhlaskan
***"Akhirnya pulang juga."Adara tersenyum lalu menepuk bahu kanan dan kiri Danendra untuk merapikan kemeja yang baru saja dia pakaikan di tubuh sang suami.Tiga minggu menjalani perawatan intensif, Danendra akhirnya diizinkan pulang setelah kondisinya dinyatakan pulih. Luka di kepala juga lainnya sembuh, yang perlu dilakukan Danendra hanya menjaga kondisi tangan kanannya yang baru lepas gips dua hari lalu.Meskipun bisa dibilang sembuh, tetap saja tangan kanannya itu belum boleh digunakan terlalu sering untuk mencegah pergeseran tulang yang sempat patah."Seneng?" tanya Danendra."Apanya?""Aku pulang, kamu senang enggak?""Hello, Dan! Pertanyaan macam apa itu?" tanya Adara spontan. "Jelas senanglah! Masa enggak? Lega aku tuh sekarang.""Kenapa?""Ya lega aja," kata Adara. "Udah deh, mendingan sekarang kita pulang. Sebelum pulang, aku nebus obat dulu ke apotek.""Iya," kata Danendra.Anggota keluarga Danendra tak ada yang menjemput karena ada sesuatu yang harus dilakukan, Danendra m
Baca selengkapnya
160). Rumah Baru
***"Seriusan ini kamu yang nyetir?"Adara yang baru saja membukakan pintu untuk Danendra mengukir senyum sambil memandang suaminya yang baru saja duduk di jok sebelah kiri."Seriuslah, masa bercanda?""Tapi kan-""Apa?" tanya Adara. "Lupa apa kata dokter? Tangannya jangan dipake dulu buat yang berat-berat. Nanti bisa geser atau bahkan patah lagi.""Nyetir enggak berat, Ra," kata Danendra. "Aku ngerasa aneh aja kalau aku duduk manis, kamu yang nyetir. Kaya ada yang janggal.""Apanya yang janggal sih, Dan?" tanya Adara. "Banyak kok yang kaya gini. Udah deh ya, jangan banyak protes.""Kamu tuh.""Apa? Cantik? Iya, aku emang cantik," kata Adara percaya diri. Setelah itu dia menutup pintu lalu mengitari mobil untuk duduk di kursi kemudi.Tak lagi memakai sedan hitam milik Danish ataupun audy putih milik Teresa, siang ini Adara menjemput Danendra memakai mobilnya sendiri."Udah dipasang belum seatbeltnya?" tanya Adara."Belum sih, ini baru mau aku pas-""Aku aja." Tanpa banyak kompromi, A
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
32
DMCA.com Protection Status