Semua Bab Cinta yang Tertukar: Bab 51 - Bab 60
338 Bab
Bab 0051
Seminggu berlalu cepat. Yara dan Safira mengirimkan empat sampel bersama-sama."Rara, kamu pasti bisa jadi perwakilan perusahaan kita kali ini."Setelah mereka kembali, semua orang langsung bergegas memberi ucapan selamat kepada Yara."Jangan bilang begitu. Desainmu juga bagus-bagus, cuma gayanya saja yang beda."Yara agak malu menerima pujian."Sekarang bebannya beralih ke tim produksi. Detail-detailnya bisa ditangkap semua nggak ya?"Jangan khawatir, waktunya setengah bulan. Kamu bisa pergi periksa perkembangannya ke sana kapan saja. Aku yakin nggak akan ada masalah.""Oh ya, mau pergi merayakannya nanti malam?"Mereka bertiga menatap Yara secara bersamaan."Oke, aku yang traktir."Yara setuju tanpa pikir dua kali. Dia sudah lama ingin mencari kesempatan untuk berterima kasih kepada mereka.Safira menyarankan untuk memanggil Anita juga.Yara langsung menelepon Anita. "Kak Anita, sedang ada waktu? Aku mau ngomong sesuatu.""Apa?" Anita masih seperti biasanya, menghargai kata-katanya s
Baca selengkapnya
Bab 0052
"Oke, sepakat!"Mereka menunggu taksi di pinggir jalan dan Anita meminta Yara pergi dulu.Begitu Yara membuka pintu mobil, dia mendengar seseorang memanggil namanya."Rara! Rara!"Yara menoleh dan tidak menyangka ternyata itu adalah Silvia.Anita melirik Yara dan bertanya, "Kamu kenal dia?""Ibuku." Yara menggerakkan bibirnya dengan enggan.Dia tahu kepulangannya harus tertunda. "Kak Anita, kamu pulang dulu."Anita tertegun sejenak. "Aku ikut nyapa ibumu sebentar juga.""Nggak usah, nggak apa-apa kok. Kak Anita, cepat pulang. Sopirnya sudah nunggu."Yara mendorongnya masuk ke dalam taksi dan menunggu mobilnya pergi sebelum dia berjalan ke arah Silvia.Dia tidak menyangka akan bertemu Silvia di sini. "Kenapa kamu di sini?""Yara, Ibu kangen. Masa nggak boleh aku ketemu kamu?"Mata Silvia berbinar.Yara merasa aneh. "Bagaimana kamu tahu aku ada di sini?"Seperti dugaannya, Silvia terhenti karena pertanyaan itu. Tanpa menjawab, dia menarik Yara dan berkata, "Ikuti aku.""Mau ke mana?" Yar
Baca selengkapnya
Bab 0053
Keesokan paginya, Yudha menunggu satu jam di depan hotel, tetapi Yara tidak kunjung muncul.Akhirnya dia tidak tahan lagi dan langsung menuju kamar 802.Alhasil, Yara masih tidak keluar juga setelah mengetuk pintu cukup lama.Petugas pembersih yang lewat bertanya padanya dengan hati-hati, "Pak, Anda mencari Nona Yara?"Yara sudah tinggal di sini cukup lama dan jadi akrab dengan para petugas kebersihan."Dia sudah keluar?" tanya Yudha dingin."Rasanya belum," jawab wanita pembersih itu sambil mengingat-ingat. "Nona Yara sepertinya tidak pulang tadi malam."Yudha mengerutkan keningnya. "Kalau ... laki-laki yang tinggal dengannya? Dia nggak pulang juga?""Hah?" Wanita pembersih itu tidak begitu mengerti. "Cuma ada satu orang yang tinggal di kamar 802, Nona Yara.""Dia tinggal sendirian?" Yudha agak terkejut.Petugas kebersihan itu menggelengkan kepalanya. "Sendirian. Saya belum pernah lihat orang lain datang ke sini. Nona Yara sepertinya terlalu sibuk dengan pekerjaan dan selalu berangkat
Baca selengkapnya
Bab 0054
Panggilan dari Melanie.Tanpa sadar, Yudha merasa tidak ingin mengangkat panggilan itu, tetapi panggilannya masih terus berdering sampai dia sampai di pintu lift.Dia tidak punya pilihan selain mengangkatnya."Yudha ... terjadi ... terjadi sesuatu ..."Suara Melanie gemetaran, terdengar jelas bahwa dia sedang menangis."Apa yang terjadi?""Rara, Rara ... dia menyayat pergelangan tangannya lagi!"Yudha terhuyung dan hampir menjatuhkan ponselnya.Tangannya berpegangan di dinding. Ketika dia memejamkan mata, matanya dipenuhi warna merah darah dan napasnya terasa seolah sedang dicekik."Yudha, cepat kemari. Kami sudah di Rumah Sakit Pusat, cepat kemari!""Oke, aku ke sana sekarang juga."Yudha menutup teleponnya dan butuh waktu lama untuk menggerakkan kakinya dan masuk ke dalam lift.Menyayat pergelangan tangannya lagi?Kali ini pura-pura juga atau bukan?Wanita ini benar-benar gila!Ketika mereka tiba di rumah sakit, Silvia menangis sesenggukan di koridor dan Melanie mencoba menenangkanny
Baca selengkapnya
Bab 0055
"Siapa? Ada apa?"Silvia terbangun ketakutan, seakan separuh jiwanya hilang.Dia berteriak pada Yara. "Kamu gila apa lagi hah?"Yara tampak acuh tak acuh dan wajahnya sedikit kelam. "Apa kamu nggak ingin menjelaskan?""Menjelaskan apa?"Silvia membuang muka dengan rasa bersalah."Kamu minum terlalu banyak tadi malam dan terus mengatakan kamu tidak ingin bercerai. Aku mengirimmu ke atas untuk beristirahat, tapi aku tidak menyangka kamu akan melakukan sesuatu yang bodoh."Retorikanya hampir sama seperti sebelumnya.Namun, pada saat itu, dia sedang sangat sedih dan pergi minum bersama teman-teman sekelasnya ... Sedangkan kali ini, dia dalam keadaan sadar dan diculik ke rumah keluarga Lubis."Aku minum cuma sedikit tadi malam."Yara menatap dingin kepada Silvia. "Aku jelas-jelas ingat, kamu dan dua orang prialah yang membuatku pingsan.""Ngomong apa kamu ini?" Silvia berteriak lagi. "Pikiranmu pasti masih belum sadar sepenuhnya."Silvia tidak mau berhenti menyangkal. Yara pun malas bicara
Baca selengkapnya
Bab 0056
Zaina terdiam di tempat dengan raut wajah kaget. Dia tidak menyangka Yara mempunyai golongan darah panda."Kak Zaina?" Silvia berjalan perlahan-lahan membawa makanan seperti baru saja keluar membeli makan. "Kenapa kamu di sini?"Zaina segera melangkah maju dan menarik Silvia. "Dokter, ini ibu pasien. Golongan darah mereka pasti sama, 'kan? Pakai darah darinya."Sebelum dokter sempat bicara, Silvia menolak."Mana bisa?"Dokter dan Zaina menoleh terkejut pada saat yang bersamaan."Maksudku, aku sedang kurang sehat dan minum banyak obat akhir-akhir ini. Aku takut ada yang salah kalau pakai darah dariku."Zaina tampak agak malu.Dokter bertanya langsung. "Golongan darah Ibu B dengan RH negatif?""Bukan." Silvia menggeleng."Itu golongan darah saya," kata Zaina tiba-tiba dari sebelahnya. "Pakai darah saya.""Jangan!" Tanpa diduga, Melanie juga datang mencarinya.Dia melangkah maju dan meraih lengan Zaina. "Bu, mana bisa pakai darahmu. Kamu lupa bagaimana kesehatanmu akhir-akhir ini?""Melly
Baca selengkapnya
Bab 0057
Yara tertegun sejenak, dan reaksi pertamanya adalah tidak percaya."Di rumah sakit ada bank darah, 'kan? Kenapa perlu ambil darah darimu?""Kamu punya golongan darah panda? Ngerti nggak golongan darah panda?"Silvia diam-diam sangat bangga. Melly memang pintar."Aku tahu." Yara merasa canggung dan bertanya setelah hening beberapa saat, "Ngomong-ngomong, aku kayaknya lihat Bibi Zaina sebelum aku pingsan.""Tentu saja dia sudah pulang lagi. Dia juga sedang sakit. Dia sudah ditemani Melanie, nggak usah ganggu dia."Silvia memperingatkan."Aku tahu." Yara tidak menaruh curiga sama sekali.Keduanya terdiam beberapa saat hingga polisi datang."Siapa yang menelepon polisi?""Saya." Yara melirik Silvia dari sudut matanya."Pak Polisi, mungkin ada salah paham di sini. Kami nggak mungkin menelepon polisi."Silvia berdiri dan meminta maaf.Polisi itu mengerutkan kening. "Apa yang terjadi? Siapa Anda?""Saya ibunya." Silvia menunjuk Yara di ranjang rumah sakit. "Emosinya sedang nggak stabil ...""
Baca selengkapnya
Bab 0058
Kenapa tidak biarkan dia mati?Dia benar-benar lelah, berbaring dan melihat ke luar jendela.Tanpa disadarinya, cuaca telah sedikit berubah menuju musim penghujan.Karena Kota Selayu dekat pesisir, suhu di musim hujan tetap masih panas. Hanya anginnya saja yang jadi lumayan kencang. Suara siulan angin lamat-lamat terdengar saat suasana benar-benar sunyi."Apa kamu nggak capek mengulang lagi tipuan yang sama?"Yudha akhirnya angkat bicara. Tersirat kemarahan yang terpendam dalam nada suaranya.Tipuan yang sama?Yara tidak begitu mengerti dan menoleh ke arahnya. "Apa maksudmu?""Yara, kenapa kamu selalu menganggap seolah semua orang itu bodoh?"Dua tahun lalu, saat mereka putus, Yara juga menyayat pergelangan tangannya.Itulah pertama kali Yudha melihat darah yang begitu banyak. Sejak itu juga, dia jadi benci melihat darah.Seandainya dia tidak mendengar perkataan Silvia dan mengetahui bahwa Yara sengaja menambahkan darah palsu untuk menakutinya, dia sudah akan setuju mereka tidak jadi p
Baca selengkapnya
Bab 0059
"Hentikan pikiran macam-macammu itu."Yudha melirik ke arah pintu kamar perawatan dan memutuskan untuk pergi."Aku datang ke sini cuma untuk memutus harapan Yara, agar dia menyerah sepenuhnya.""Benarkah?" Tangis Melanie begitu hebat. Dia menatap Yudha dengan mata memelas.Yudha mengangguk dan melepaskan Melanie dari pelukannya. "Ya sudah, aku pulang dulu.""Oke." Melanie menyaksikan Yudha pergi dan kembali ke kamar perawatan.Dengan suara pintu terbuka, Yara segera membuka matanya.Melihat orang yang masuk adalah Melanie, cahaya terakhir di matanya meredup.Dia berbalik dan melihat ke luar jendela, tidak ingin memedulikan Melanie."Rara, kenapa kamu bodoh sekali?" Melanie duduk di tempat tidur.Yara tidak berkata apa-apa."Kamu sudah seperti ini, kenapa nggak nyerah saja buat pamerannya?"Melanie bicara lagi."Kenapa?" Yara berbalik dan memelototinya. "Draf desainnya sudah aku kumpulkan, kenapa aku harus menyerah?"Melanie mendecakkan lidahnya dua kali. "Aku cuma kasihan yang lain. Ma
Baca selengkapnya
Bab 0060
Dia hilang kabar selama dua hari. Sudah pasti mereka panik.Yara mula-mula membalas pesan Safira dan Siska, baru menelepon Anita."Rara, aku dengar kamu menyayat pergelangan tanganmu?" Dari nada bicaranya, Anita benar-benar tidak percaya.Yara yang dia kenal tidak seperti itu.Yara tertawa pahit. "Kak Anita, kalau kubilang aku hampir dibunuh, kamu percaya?""Yara, kamu nggak boleh bercanda yang aneh-aneh. Apa yang terjadi?"Jelas sekali Anita sangat khawatir. "Kamu di mana? Aku pergi ke sana sekarang."Satu jam kemudian, mereka bertemu di kedai kopi. Yara menceritakan seluruh kejadiannya secara detail kepada Anita.Anita terdiam lama sebelum mengucapkan dua kata, "Luar biasa.""Melanie sudah gila!" Dia tidak dapat menahan umpatan yang mendongkol dalam hatinya, lalu menatap pergelangan tangan Yara dengan hati pedih. "Rara, aku kenal dokter bedah saraf. Kubantu buatkan janji dengannya untukmu."Yara sangat terharu. "Kak Anita, terima kasih banyak.""Jangan sungkan-sungkan." Anita menyala
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
34
DMCA.com Protection Status