All Chapters of Mahar Sepuluh Ribu : Chapter 81 - Chapter 90
114 Chapters
81. Mas Imitasi
"Jangan dulu, kalau kita sudah beli rumah kamu bisa ajak mama ikut kita. Sekarang kamu sama Ibu tolong bersihkan kontrakan ini aku capek, kita istirahat lagi pula rumah ini juga tidak terlalu kotor cukup di sapu, pel, barang-barang pun masih bersih bersyukur kan kita ngontrak dapat yang ada perabotannya jadi kita tidak perlu beli dan kita juga nggak repot-repot untuk–" "Iya, ya, sebaiknya kamu sekarang pesan makanan aku sudah lapar Mas. Anak kamu yang di perutku juga sejak tadi nendang terus!" Semalaman Ferdi tidak bisa memejamkan mata berkas penting itu ada di tangannya hal yang tidak pernah ia pikirkan kini menjadi nyata. Bayangan kekayaan yang akan di milikinya sehingga Ferdi berulang kali mencium berkas itu. "Mas, kamu semalaman tidak tidur tapi mondar-mandir bikin aku pusing. Kalau kamu sulit tidur sebaiknya kamu di luar, tapi sudahlah sekarang udah jam enam sebaiknya kita bersiap-siap kamu sudah janji akan menjual semua aset itu agar kita bisa membeli rumah baru." Esti k
Read more
82. Gelandang
"Aku materialistis, mas? Aku hanya mau mempertahankan apa yang seharusnya menjadi milikku jika harta ini kita dapatkan bersama tentu aku dengan senang hati bagi dua denganmu. Tapi nyatanya tidak, semua harta perusahaan, pabrik ini dan beberapa restoran semua adalah milikku milik keluargaku tidak ada campur tangan dari kamu mas. Kamu bekerja di sini pun sudah digaji sesuai prosedur meskipun aku sebagai istrimu tidak pernah mendapatkan nafkah itu dari kamu. Semua kamu habiskan dengan wanita lain tapi apakah aku pernah menuntutnya? Tidak. Kan? Lantas kamu datang ke sini marah karena semua yang kamu curi ternyata palsu. Aku tidak sebodoh yang kamu pikirkan Mas pengalaman yang menjadikan aku seperti ini pengalaman aku memberikan kamu kesempatan setelah ribuan kali kamu menyakitiku bahkan aku memberikan kamu kesempatan dan kepercayaan itu pada ibumu walau sebenarnya sakit saat aku harus mengikhlaskan kepergian anakku yang belum sempat aku lahir kan, tapi nyatanya apa? Ibumu dengan teganya
Read more
83. Gelandangan 2
"Masa kita gagal membeli rumah dan sekarang kita pun harus ngontrak di tempat seperti ini. Buat kita saja ini terlalu kecil mas, tidak mungkin kita mengumpulkan kedua orang tua kita di sini. Tempat ini begitu sempit untuk kita apa lagi aku juga mau melahirkan tinggal nunggu berapa bulan kagi. Kamu cari kontrakan lebih besar jika perlu gunakan tabungan yang kamu memiliki untuk membeli rumah setidaknya kita tidak sulit untuk mencari–""Tabungan? Bukankah kamu yang masih punya tabungan? Uang itu sudah aku gunakan untuk membayar angsuran berapa bulan kedepan selain itu aku juga mencari pekerjaan baru.""Tidak, tidak. Enakan aja, ini itu uang aku aku dapatkan dari meminta sama bahasa bukannya kamu juga punya kemarin, bukannya kamu minta lebih banyak dari aku, mas?""Kamu masih menyimpan uang itu kan? Kamu gunakan uang itu untuk mencari rumah yang lebih besar dari ini. Mas, pasti akan menggantinya setelah mendapatkan pekerjaan yang baru lagi pula aku akan mendapatkan uang lagi aku pastikan
Read more
84. Surat Kaleng
Seperti hari sebelumnya hari ini Aisha kembali di sibukkan dengan pekerjaan yang menyita waktunya walau hanya sekedar untuk ngopi di cafe bersama teman ataupun keluarga. Semua ia lakukan untuk menutupi kekosongan hatinya. Baginya lebih baik sibuk bekerja dari pada sibuk memikirkan hal yang membuatnya justru takut melihat dunia luar.Segelas teh hangat dan roti bakar dengan selai strawberry bertabur keju menggugah selera tak lupa mengajak wanita paruh baya yang setia bersamanya. Bibi Siti adalah orang yang selalu berada di sampingnya meski sempat terpisah karena Aisha harus hidup sederhana bersama keluarga suaminya namun setelah semua terbongkar wanita berlesung pipi itu mengajaknya tinggal di rumah mewah walau saat Aisha tinggal di rumah Ferdi yang dulu rumah mewahnya itu di tempati Bibi Siti."Bik, siang ini kayaknya pengen makan ayam bakar sambal asam yang pedes poll. Cah kangkung atau sayur lain, bisa bibi buatkan?" Aisha malu-malu saat mengutarakan keinginannya, itulah Ajeng dan
Read more
85. Akte Cerai
"A– aku, tidak apa-apa,""Kamu tidak bisa bohong sama aku, Aisha,"Wina menarik kertas yang di tangan Aisha, wajahnya menegang membaca barisan tulisan tangan seseorang.Untuk Aisha.Enak ya, abisin duit tanpa niat berbagi. Liat aja hari ini aku biarkan kamu bahagia sebentar lagi kamu akan nikmati. Kamu lihat foto mereka, gimana kalau aku main dorong-dorongan? Kayaknya seru deh!! Siapkan tisu Aisha.Wina melempar kertas itu berapa foto tercetak di sana. Tubuhnya tidak kalah tegang terlebih ada foto kedua orang tua Aisha dan seseorang yang memakai hoodie berwarna hitam, masker dan topi sehingga sulit untuk di kenali."Sejak kapan kamu mendapatkan surat kaleng seperti ini? Aku yakin ini bukan pertama kali dikirimkan ke kamu. Jawab aku Aisha? Kamu tahu tidak kalau saat ini kamu tidak baik-baik saja, mereka mengintai kamu bahkan mereka tahu kegiatan kamu sehari-hari dari cara dia menulis kata-kata ini aku yakin selama ini kamu menyembunyikannya."Aisha memilih diam Ia pun enggan untuk menc
Read more
86. Kerampokan
"Kamu mau jelekin aku? Punya hak apa kamu? Aku ke sini mau menagih janji Arga. Tidak ada urusan sama kamu." Arga memberikan selembar cek pada Ferdi yang di ambil oleh Esti dengan cepat. "Idih, Fer istri macam itu yang kamu perjuangkan? Kalau aku sih ogah. Biar sama perempuan juga aku sih–" "Mau ngomong apa kamu? Jelas dong aku yang di pertahankan karena aku bisa melahirkan anak untuknya. Untuk apa istri cantik kaya raya tapi tidak bisa melahirkan anak." Deg!! Hati Aisha terasa tertimpa benda yang begitu berat dan tajam menusuk hatinya yang dalam. Kembali karena anak yang menjadi penyebab semuanya, berapa hari yang lalu Aisha menemui dokter kandungan dan hasilnya tak ada masalah walau sempat mengalami keguguran tapi itu bukan menjadi halangan untuk kehamilan Aisha. Bahkan dokter meminta agar Ferdi turut serta memeriksakan kesuburan. Meski Aisha pun tidak yakin bahwa sang suami mengalami masalah karena Aisha sempat mengandung. "Aisha, jangan dengarkan apa yang dikatakan perempuan
Read more
87. Tamu Tak Biasa
Hujan begitu lebat mengguyur kota hari itu para karyawan yang akan meninggalkan kantor terpaksa menunggu sampai reda. Hanya berapa yang menerobos agar bisa bertemu dengan keluarga di rumah. Aisha menikmati secangkir teh hangat yang belum sempat ia minum sejak tadi, pekerjaan yang menumpuk membuatnya lupa akan teh di sampingnya.Wina yang cuti karena demam tinggi sehingga semua pekerja harus di handle seorang sendiri. Walau rencana untuk mengunjungi sang sahabat pupus mengingat hujan yang tak jua reda.Menghilangkan kejenuhan Aisha membuka berkas yang tersisa di atas tumpukan setidaknya agar sedikit mengurangi untuk esok hari."Alhamdulillah, selesai," Merenggangkan ototnya yang terasa kaku, tersadar jika waktu sudah malam dan hujan pun sudah reda gegas Aisha meninggalkan ruang kerjanya memperhatikan seluruh meja, jika semuanya sudah kembali ke tempat yang seharusnya dan terkunci. Antisipasi adalah cara yang ampuh, sebab Aisha tidak tahu kapan seseorang datang berniat tidak baik pada
Read more
88. Aku Atau Ibu
"Bu, sudah ya, sebaiknya pulang sudah malam. Sebentar lagi taksi online datang.""Mana sini duitnya. Ibu tidak mau di bohongi sama kamu, kayak adikmu itu ngasih cek taunya nyuruh preman buat rampok."Kesabaran Aisha semakin menipis beruntung di saat bersamaan taksi yang di tunggu telah tiba lebih cepat dari perkiraan."Aku tidak peduli ibu mau ngomong apa. Buat kami pantang untuk mengambil apa yang sudah pernah kami berikan. Silahkan ibu masuk, aku sudah membayarnya,""Pak, antar ke alamat yang sesuai di aplikasi ya, ambil kembalinya." "Dasar mantu tidak tahu diri. Mertua pulang bukannya di kasih uang ini malah ngasih sopir yang jelas-jelas tidak ada hubungannya. Beruntung anakku menceraikan kamu!!"Bukan hanya Aisha yang menggelengkan kepala mendengar umpatan Bu Winarti. Sopir taksi itu pun tak kalah terkejutnya melihat tingkah dan ucapan yang terlontar dari wanita di kursi penumpang yang ternyata hanya mantan mertua."Yang sabar, mbak,""Ya, pak. Saya yakin stok kesabaran saya mak
Read more
89. Kecelakaan
Pertengkaran yang selalu terjadi dalam rumah tangga Ferdi dan Esti membuat Bu Winarti meminta pada Ferdi untuk menceraikannya agar bisa fokus meminta maaf pada Aisha dan rujuk dengannya."Ibu, sudah ya, jangan paksa aku untuk rujuk sama Aisha. Apa ibu tidak capek terus-menerus melakukan hal ini?""Ibu cuma ingin melihat kamu bahagia. Kamu lihat Esti kayak apa, anak aja tidak di urus, sama ibu ngelawan terus. Apa ini istri yang baik?""Ibu ingin aku bahagia? Ibu tidak lupa kan, Esti itu istri pilihan ibu. Dia wanita yang ibu siapkan untuk melahirkan anakku, sekarang kenapa ibu yang tidak suka? Kenapa bisa berubah pikiran? Ibu menghadirkan Esti dalam rumah tanggaku sekarang ibu juga minta supaya aku menceraikan Esti dan balik lagi sama Aisha?""Ya, kamu jangan nyalahin ibu juga. Kan ibu kasih tau alasan kenapa ibu minta kamu nikah sama Esti, ibu pengen cucu–""Kemauan ibu sudah aku turuti, Ahmad cucu ibu. Jangan ngeluh menjaganya dia cucu dan menantu yang ibu harapkan. Tadi ibu tanya in
Read more
90. Kekhawatiran Khandra
"Belum nak, tadi Khandra membantu bunda untuk melaporkan pada polisi. Memeriksa CCTV apakah ini unsur kesengajaan atau memang benar-benar kecelakaan. Kita tunggu dokter menjelaskan keadaan Ayah,""Dra, kamu sudah tahu siapa pelakunya?""Kita tunggu kabar dari kepolisian ini masih menyelidiki apakah benar ini kesengajaan atau tidak, sebagian CCTV di sana rusak itu yang membuat kita kesulitan untuk mencari tahu penyebabnya. Kamu jangan khawatir kita pasti menemukan pelakunya dan kita bisa tahu apa penyebab dia melakukan ini, apa benar-benar karena kecelakaan atau sebaliknya."****Setelah menunggu beberapa saat akhirnya mereka bisa bertemu dengan Rayyan. Walau tubuhnya masih lemah namun Rayyan masih bisa menjelaskan apa yang terjadi padanya meski dengan suara terbata."Sebaiknya sekarang Ayah istirahat jangan memikirkan hal lain. Biarkan pihak kepolisian yang mencari tahu penyebab kecelakaan yang menimpa ayah. Jika ini unsur kesengajaanmaka kita akan mengusutnya,""Iya sayang lagi pula
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status