Share

Andai Aku Hamil?

Dokter Mela tak tahu harus menjawab apa. Dia juga tidak menyangka, Bara yang selama ini dia kenal bisa sejahat itu.

"Andai aku bisa hamil, pasti mas Bara tak akan mendua. Apa aku terlalu jahat, ternyata Aisya tidak jadi hamil?"

Dokter Mela mencoba memeluk Cintya. Cintya tak menolak.

"Sabar, Allah pasti sudah merencanakan yang lebih baik," bisik Mela.

Cintya tak mampu menahan tangisnya. Beban yang selama ini tertumpu, dia curahkan kepada Mela. Sesekali, Mela mengusap punggung wanita cantik di pelukannya.

"Sudah ah jangan nangis terus, nanti cepet tua!" goda Mela yang dibalas cubitan kecil Cintya.

"Aduh, galak amat bu dosen," rintih Mela sambil mengusap lengannya yang merah.

"Pasienmu sudah nunggu, pulang saja!" usir Cintya sambil melirik jam tangannya. Jam lima sore, klinik Mela sudah harus buka.

Bukannya tersinggung, Mela malah tertawa ngakak.

"Kamu belum bayar. Mana bayaranku!" ujar Mela ceplas-ceplos.

"Aku enggak punya uang."

Mela memutar bola mata malas. Sahabatnya memang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status