Share

Empat Bulanan

Akhir-akhir ini, Bara lebih sering menghabiskan waktu bersama Aisya. Lambat laun, Cintya terbiasa tanpa kehadirannya. Seminggu sekali, dia pulang menemui istri pertamanya. Itupun tak lama. Pernah umi menasihatinya, agar bisa membagi waktu dengan adil, tapi sepertinya Bara abai.

"Nduk, lagi apa?" Umi Khofsoh mengagetkan Cintya yang tengah melamun, di atas ayunan. Bahkan, Cintya sampai menjingkat, karena saking kagetnya.

"Cari udara segar, Mi," sahutnya sambil menurunkan kaki.

Umi lantas duduk di kursi kayu dekat kolam ikan.

"Umi sudah menghitung, acara empat bulananmu. Mau dibuat acara apa?"

Cintya diam. Dia mengusap perutnya yang mulai membuncit. Bayi di dalam perutnya tidak bersalah. Dia berhak mendapatkan kasih sayang darinya.

"Buat acara di pesantren khusus anak yatim piatu saja, Mi. Mereka lebih membutuhkan," ujar Cintya. Dia teringat akan ustadz yang ia datangi lalu. Di pesantren itu, ada ratusan anak yang kurang beruntung.

"Boleh, biar dapat berkah." Umi Khofsoh mengangguk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
thor, kapan dihancurkan pelakor luknut sama laki² brengsekk bara... muakkk bangett..!! cintya harusnya kamu gak usah mikirin laki2 pengkhianat itu lagii...
goodnovel comment avatar
Ina Noor
Chintya nya lemah, harus nya klau memang, sakit buru"minta ceraii, klau dia g mau menceraikan, kan bisa perempuan yg menggugat, lagi pula tidak ada halangan wanita hamil untuk bercerai.
goodnovel comment avatar
Marianah
mknya cintya jng plin plan laki model bara gk pantes dipertahanin buang jauh" biar gk makan hati. pergi sejauh mungkin mumpung dia gk pulang gk ush pamitan percuma biar dia tau rasa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status