Share

BAB 4

"Kawin kontrak?" ucap Keisha ketika ia membaca judulnya. "Maksudnya?"

"Baca dulu sampai selesai baru bertanya."

Keisha melirik Kenzie sambil mengambil surat itu. Ia bisa melihat Kenzie diam-diam tersenyum menyeringai. Wajahnya seolah tengah menyiratkan suatu hal yang mencurigakan, dan tentu saja membuat penasaran.

“Abang nggak lagi kerjain aku, kan?” tanya Keisha penuh kecurigaan.

Namun, Kenzie hanya menghela napas. “Baca, Keisha.”

Keisha mendengus dan mulai membaca isi kontrak itu secara detail. Dahinya terus berkerut di setiap kalimat yang dibacanya. Memang tidak aneh, tapi kenapa dia merasa sedang dipermainkan Kenzie di sini.

Perjanjian Pernikahan Kontrak Keisha - Kenzie.

Pernikahan ini hanya berupa status semata. Oleh karena itu kedua belah pihak harus berakting di depan kedua orang tua.

Tidak diperkenankan melakukan skinship jika salah satu di antara mereka tidak menginginkannya.

Mereka juga bebas melakukan apa pun termasuk berpacaran, dengan catatan harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Keisha membacanya dengan saksama, sampai akhirnya jatuh pada pasal terakhir.

"Dua tahun?" tanya Keisha sambil menatap Kenzie dengan bingung. "Kenapa pernikahannya harus selama itu? Nggak bisa apa kalau semisal 6 bulan atau setahun aja?"

Kenzie menggeleng pelan seraya menyunggingkan senyuman. "Jika kita berpisah secepat itu, mereka pasti akan minta kita buat mempertimbangkannya kembali. Mereka pasti bilang kalau masa awal pernikahan emang selalu banyak pertengkaran."

“Berarti, apa untungnya buat aku?! Mau pakai kontrak atau nggak, kita tetap nikah sama, kan? Gimana sih, Bang!” sungut Keisha kesal sambil meletakkan kertas itu di sebelahnya.

Kenzie mengangkat bahu. “Ya, terserah kamu, sih. Padahal saya udah tawarin keuntungan besar dari pernikahan kontrak kita ini loh, Kei.”

Mendengar kata keuntungan besar, sontak membuat konsentrasi Keisha buyar. Ia yang sedari tadi sibuk memahami isi kontrak tersebut, kini beralih menatap Kenzie dengan ekspresi wajahnya yang penasaran.

“Tell me, please,” pinta Keisha.

“Makanya, saya bilang baca sampai habis.” Kenzie kembali memberikan kertas itu dan membaliknya. Ada tulisan lagi di sana. “Yang pertama, uang jajan kamu akan jadi double, dari Ayah, dan juga dari saya.”

Keisha mengangguk-angguk sambil membaca tulisan ceker ayam itu. “Oke, terus?”

“Kamu yang awalnya dilarang keluar malam, kini bisa bebas menjelajahi dunia itu bersama saya. Kamu mau pergi ke mana pun, silakan. Asal … seperti yang saya bilang tadi, kamu harus perginya bareng saya.”

Keisha berdecak. Memang tawaran menarik, tapi tidak cukup untuk membuatnya mengiakan pernikahan itu.

“Dan setiap mereka datang.” Kenzie menunjuk ke arah ponsel Keira yang memampangkan sekelompok pria muda tampan yang menjadi idola gadis itu. “Kamu bisa bertemu mereka semua secara langsung, tanpa perlu mengeluarkan satu rupiah pun.”

Jiwa fangirling Keira langsung meronta-ronta. Ia meneguk ludahnya dengan kasar. Ia mulai goyah, apakah harus mempertahankan logika atau ego hedonisme ini.

Sebagai anak bungsu, Keisha memang hidup dimanjakan. Namun, bukan berarti ia tidak memiliki logika. Pernikahan itu hal yang besar, ia tidak bisa bermain-main hanya karena kesalahpahaman. Apalagi, ia sudah menganggap Kenzie sebagai kakaknya sendiri.

“Jadi, gimana?” Kenzie memiringkan kepalanya. “Saya kembali lagi ke kamu. Kalau kamu tetap nggak setuju, saya bisa bilang ke Ayah nanti. Meski saya tetap nggak menjamin beliau setuju, sih.”

Keisha mengangkat kepalanya, dan menatap Kenzie. “Bang, nikah itu bukan mainan loh…”

“Siapa yang bilang mainan?” Kenzie malah bertanya balik.

“Tapi aku nggak cinta sama Bang Kenzie. Gimana kita mau nikah?”

Kenzie tidak menjawab, malah mengambil kertas kontrak dari tangan Keisha, seolah mengingatkannya tentang pernikahan kontrak yang tadi ia tawarkan.

“Saya nggak maksa kamu, Keisha.” Pria itu pun bangkit dari kasur sambil membawa kertas kontraknya.

Sekarang Keisha benar-benar bimbang. Ini tentang uang jajan, konser boygroup kesukaannya, atau menjadi istri Kenzie, si dosen dingin sekaligus teman Bang Reyhan.

Ceklek!

“Saya akan kabarin Ayah buat batalin pernikahan–”

“OKE, AKU MAU, BANG!”

Suara pintu terbuka dan (sedikit) ancaman Kenzie membuat mulut Keisha bekerja lebih cepat. Namun detik itu juga, Keisha menyesali ucapannya. Apalagi setelah melihat senyum tipis Kenzie yang menyebalkan itu.

Keisha mengepalkan tangannya. ‘Y-ya Tuhan… apa aku malah masuk ke lubang buaya, ya?!’

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status