Share

Bab 2

Tiga bulan kemudian, Keluarga Mauel yang dulu berjaya pun hancur.

Hari ini cuacanya bagus, matahari tidak terlalu terik.

Henry merapikan kemeja dan jasnya di depan cermin.

Jasnya disetrika rapi. Henry memilih satu-satunya hadiah yang diberikan Tanaya kepadanya: dasi bergaris biru.

Tidak ada ekspresi bengis di wajah pria itu. Dia seperti pemuda yang akan pergi berkencan. Mobil melaju ke manor mawar yang Henry bangun untuk Tanaya.

Hamparan mawar merah di dalam manor begitu indah. Sedangkan di tengah lautan bunga terdapat sebuah makam dengan nisan kayu yang diukir nama Tanaya.

Tanaya tahu bahwa Henry-lah yang mengukir nisan kayu itu dengan belati.

Tanaman merambat berwarna hijau tua melilit nisan kayu itu. Beberapa mawar bermekaran di atasnya, sederhana dan indah.

Henry duduk begitu lama di depan nisan kayu. Dia seperti anak yang ditelantarkan.

Ponselnya tiba-tiba berdering, memecahkan keheningan.

"Tuan Henry, sebelumnya kamu pernah mengatur transplantasi kornea. Apakah operasinya masih mau dilaksanakan?"

Henry terdiam sekian lama sebelum menjawab, "Batalkan saja, dia sudah tiada."

Mendengar jawaban itu, orang tersebut menghela napas. Untung saja. Jika dia benar-benar memindahkan mata Henry ke tubuh seorang wanita, Keluarga Bastin tidak akan mengampuninya.

Tanaya menggigit bibirnya. Air matanya hampir keluar.

Bisa-bisanya Henry mau memberikan matanya kepada Tanaya.

Kenapa Henry begitu baik padanya?

Kenapa Henry mau memberikan matanya? Kenapa dia masih rela melakukannya padahal dia tahu bahwa Tanaya telah memanfaatkan dan menipunya berkali-kali?

Kenapa Henry tetap pergi menyelamatkan Tanaya padahal dia tahu bahwa Reiga menjadikan Tanaya sebagai umpan?

Bodoh!

Kamu benar-benar orang terbodoh di dunia ini, Henry!

"Ethan, tanggal 6 Maret itu hari peringatan orang tua Naya. Lain kali kamu wakili aku untuk mengantarkan bunga ke makam mereka setiap tahun."

"Tuan Henry ...."

Henry membelai nama Tanaya pada nisan, tatapannya begitu lembut. "Kubur aku di sebelahnya."

Tanaya tiba-tiba memiliki firasat buruk. Dia ingin menarik Henry. "Jangan, Henry! Jangan!"

Ketika jari Tanaya menembus lengan Henry, Henry seolah merasakannya. Dia menoleh lalu bergumam, "Apakah kamu datang melihatku, Naya?"

Tanaya berteriak histeris, tetapi pria itu hanya tersenyum tipis.

Sesaat kemudian, Henry mengangkat sebuah pistol, lalu membidik kepalanya sendiri sambil berkata dengan lembut.

"Jangan takut, kita akan segera bersama lagi ...."

"Dor!"

Kemudian Henry jatuh di depan makam. Semua bintang di dunia ini menggelap.

Pemuda mencintai mawarnya, dia dan pujaan hatinya akan selamanya bersama.

Tanaya menangis tanpa suara, jiwanya perlahan menjadi transparan.

Henry, kalau ada kehidupan berikutnya, aku pasti akan memperlakukanmu dengan baik.

...

"Huh, kamu benar-benar berlapang dada demi Reiga!"

Suara dingin nan familier itu membuat sekujur tubuh Tanaya membeku.

Dia melihat hotel yang asing di depannya. Kepalanya terasa sakit, seperti gejala mabuk.

"Henry, lenganmu ...."

Tanaya tertegun melihat pria yang ada di depannya itu. Tubuhnya tegap, wajahnya dingin, matanya yang indah tampak gelap dan dalam.

Dia tampak lebih muda daripada yang Tanaya ingat, lalu sepertinya dia belum terpukul oleh pengkhianatan dan disakiti.

Hal terpenting adalah lengan kirinya masih ada.

Tanaya hampir mengira dirinya salah lihat. Dia refleks mengulurkan tangan untuk menyentuh lengan kiri Henry. Sentuhan nyata itu membuatnya senang. Suaranya pun menunjukkan kegembiraan. "Lenganmu baik-baik saja?"

Tatapan Henry dingin. Dia mendorong wanita itu. "Apa lagi yang kamu rencanakan?"

Tanaya terhuyung ke belakang. Dia belum sepenuhnya sadar.

Henry menarik kembali pandangannya lalu berkata dengan suara terkendali, "Aku akan membatalkan kerja sama dengan Keluarga Davinon dalam proyek Kota Lumina sesuai keinginanmu, lalu membiarkan Keluarga Mauel mengambil alih. Jangan muncul di hadapanku lagi."

Usai berbicara, Henry pergi tanpa melihat Tanaya lagi.

Dia tahu bahwa Keluarga Mauel yang curang bukan pilihan yang baik. Namun, bagaimanapun juga, Keluarga Mauel telah membesarkan Tanaya. Tanaya menganggap mereka sebagai kerabat terdekatnya.

Jadi meskipun Henry tahu bahwa itu adalah jebakan, dia tetap tidak tega mengecewakan Tanaya.

Henry menunduk, menyembunyikan tatapan ironis di matanya.

...

Tanaya berdiri di tempat semula dan melamun untuk waktu yang lama.

Proyek Kota Lumina?

Keluarga Davinon?

Bukankah itu sepuluh tahun yang lalu?

Apakah Keluarga Davinon masih ada?

Ayah asuh Tanaya, Theo Mauel, berbohong pada Tanaya bahwa Tanaya adalah putri dari pembantu Keluarga Davinon. Setelah ibu Tanaya dibunuh oleh Keluarga Davinon, Tanaya dibuang ke panti asuhan.

Oleh karena itu, setelah mengetahui kerja sama antara Keluarga Davinon dan Henry di kehidupan sebelumnya, Tanaya dan Keluarga Mauel menggunakan beberapa cara tercela untuk menghancurkan Keluarga Davinon demi membalas dendam.

Namun, kini semuanya belum terjadi.

Tanaya bergegas ke depan cermin kamar mandi, menatap gadis cerdas dan cantik yang ada di depannya. Mata indahnya memerah sedikit demi sedikit.

Tenggorokan Tanaya tercekat. Dia menyentuh pipinya dengan jari gemetar.

Kulitnya putih, halus dan lembap, seperti telur rebus. Tidak ada bekas luka.

Matanya jernih dan cerah, bisa melihat dengan jelas.

Apakah dia terlahir kembali?

Dia terlahir kembali!

Tuhan memberinya kesempatan untuk mengubah nasibnya.

Sudut mata Tanaya basah, dia tertawa. "Reiga, Vera, tunggu saja! Kali ini, aku akan membuat kalian membayar perbuatan kalian!"

Setelah menenangkan suasana hatinya, Tanaya mengambil barangnya lalu pergi. Dia hendak mencari Henry.

Tanaya ingat bahwa proyek Kota Lumina adalah awal dari semua perubahan.

Demi merusak kerja sama antara Henry dan Keluarga Davinon, Keluarga Mauel membius Tanaya, lalu meletakkannya ke atas ranjang Henry. Akan tetapi, Tanaya malah mengira dirinya dilecehkan Henry sehingga dia membenci pria itu.

Karena nasi sudah menjadi bubur, Tanaya pun memanfaatkan kesempatan itu untuk memeras Henry.

"Tuan Henry, kalau kamu menyerahkan proyek Kota Lumina kepada Keluarga Mauel, maka aku akan melupakan kejadian malam ini, menganggapnya lunas."

Karena kata-kata inilah, Henry mengejek Tanaya lapang dada.

Memikirkan hal ini, Tanaya tersenyum ironis. Bukankah dia memang lapang dada? Dia tak ragu untuk menukar kesuciannya dengan masa depan Keluarga Mauel. Ternyata semuanya adalah persekongkolan.

Tanaya juga tidak menyangka bahwa tadi malam Henry menahan diri.

Pria itu sama sekali tidak menyentuhnya.

Memikirkan hal ini, dada Tanaya terasa sakit.

Henry selalu menyayangi dan menoleransi Tanaya. Lucunya, Tanaya malah memanfaatkan ketulusan itu dan menjebaknya.

Tanaya pantas mati dengan anggota tubuh yang hancur.

Namun, Henry yang baik begitu cerdas dan memesona tidak seharusnya mati.

Begitu Tanaya tiba di lobi lantai pertama, dia ditarik seseorang. "Bagaimana? Apakah berhasil?"

Suara yang mendesak dan familier itu membuat Tanaya mual sekaligus menarik pikirannya kembali.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status