Share

Bab 3

Reiga jelas sudah menunggu lama. Dia tampak tidak sadar dan sama sekali tidak memperhatikan Tanaya.

Tanaya merasa dirinya sangat bodoh. Kenapa dulu dia tidak bisa melihat bahwa Reiga itu munafik.

Saat melihat mata merah Tanaya, Reiga tertegun selama beberapa detik.

"Naya, aku tahu kalau kamu sedih. Tapi masalahnya sudah begini, kita harus realistis dengan memperoleh lebih banyak keuntungan. Kalau nggak, pengorbananmu sia-sia."

"Henry nggak menyetujui proyek Kota Lumina." Tanaya melihat ke bawah untuk menghalangi tatapan jijik di matanya.

Dia belum boleh bermusuhan dengan Reiga, tidak boleh membuat mereka waspada. Sebab masih ada banyak hal yang belum Tanaya cari tahu.

Reiga mengernyit tidak senang. "Kalau begitu dokumen yang kuminta kamu salin ...."

Tanaya baru ingat. Dia sempat mendengarkan Reiga untuk menyalin banyak rahasia perusahaan dari laptop Henry. Kendati Henry mengetahuinya, dia tetap membiarkan Tanaya melakukannya.

Lucunya, Tanaya dan Reiga berpikir rencana berhasil. Sebenarnya Tanaya menginjak ketulusan dan kepercayaan Henry.

Memikirkan hal itu, dada Tanaya sangat sesak. Dia sulit untuk bernapas.

"Ada di ponsel. Ponselku kehabisan daya, nanti pulang akan kukirim."

Mendengar kalimat tersebut, Reiga langsung senang. "Tenang saja, Naya. Suatu hari nanti aku akan membalas dendam untukmu dengan mengalahkan Henry."

Tatapan ironis melintas di mata Tanaya.

Utang Tanaya di kehidupan lampau akan dia bayar di kehidupan ini.

Siapa pun yang ingin melukai Henry harus melangkahi mayatnya dulu.

"Aku punya ide untuk proyek Kota Lumina. Tadi malam ada yang memotret kamu dan Henry masuk ke hotel bersama. Kita bisa mengadakan konferensi pers untuk membongkar plagiarisme Kelab Parada dan pencabulan Henry. Aku nggak percaya kalau dia masih menolak." Tatapan Reiga penuh dengan kelicikan.

Jantung Tanaya mencelos. Kelab Parada adalah kelab kelas atas yang dibangun oleh Henry dan Keluarga Davinon. Investasinya sangat besar. Kala itu Tanaya membawa desainnya pergi mencari Henry.

Henry bersedia menggunakan desain Tanaya, tetapi dia tidak tahu bahwa itu adalah jebakan untuknya.

Plagiarisme dan pencabulan bisa membuat reputasi Henry jelek selamanya.

Hingga saat ini Tanaya masih mengingat mata merah dan tatapan kecewa Henry ketika Tanaya menunjuknya di depan umum. Siapa pun yang melihatnya akan merasa sedih.

...

Setelah menghadapi Reiga seadanya, Tanaya tidak lagi membuang waktu. Dia harus segera menemukan Henry, tidak boleh membiarkan Henry menyerahkan proyek Kota Lumina kepada Keluarga Mauel.

Setelah pergi, Tanaya segera menemukan nomor telepon Henry di ponsel.

Untungnya sebelumnya Tanaya bersekongkol dengan Keluarga Mauel sehingga nomor Henry masih dia simpan.

Sayangnya panggilan telepon Tanaya tidak diangkat.

Henry duduk di kantor. Melihat ponsel yang berdering selama hampir dua puluh menit itu, tatapannya gelap.

Ketika Tanaya berpikir Henry tidak akan mengangkat teleponnya dan akan menyerah, panggilannya tiba-tiba tersambung.

Suara pria itu terdengar dingin dan tidak sabar. "Jangan ngelunjak, Tanaya."

Dia tahu bahwa Tanaya pasti memiliki permintaan lagi sehingga mencarinya seperti ini.

Namun, Henry tidak bisa mengendalikan hatinya.

Dia tidak bisa mengeraskan hatinya terhadap wanita itu.

"Hen ... Henry." Suara pria yang mendadak terdengar itu membuat pikiran Tanaya kosong seketika. "Mitra kerja sama terbaik untuk proyek Kota Lumina adalah Keluarga Davinon. Keluarga Mauel nggak cocok."

Tanaya mengatakan yang sebenarnya. Sebelumnya Henry menyetujui kerja sama dengan Keluarga Mauel karena rencana Tanaya.

Akan tetapi, Keluarga Mauel sangat bobrok. Mulai dari korupsi bahan, nepotisme, hingga menyebabkan korban jiwa di lokasi pembangunan. Henry pun menerima banyak makian.

Sedangkan Keluarga Davinon, karena kehilangan proyek ini, mereka memilih tanah lain di pinggiran timur. Namun, lokasi tersebut ditemukan makam. Modal Keluarga Davinon untuk proyek itu pun ludes.

Mata Henry tampak dingin. Dia tidak ingin tahu apa lagi yang sedang Tanaya rencanakan.

Tanaya membuat rencana demi Keluarga Mauel. Sekarang dia tiba-tiba berubah pikiran pasti karena menginginkan lebih banyak.

"Proyek Kota Lumina adalah toleransiku yang paling besar. Sebaiknya kamu tahu batas."

Usai berbicara, Henry menutup panggilan telepon.

Tanaya terdiam.

Mungkin karena Tanaya sudah terlalu sering memanfaatkan dan membohongi Henry, kini Henry sama sekali tidak percaya padanya lagi.

Mata Tanaya memerah. Dia tersenyum ironis.

Bukan salah Henry. Tanaya juga tidak percaya bahwa seseorang akan tiba-tiba berubah. Akan tetapi, bagaimanapun caranya, Tanaya harus menghentikan kerja sama antara Henry dan Keluarga Mauel dalam proyek Kota Lumina.

Tanaya naik taksi ke Perumahan Hilburn.

Dia ingat kalau rumah Henry ada di perumahan itu. Dia akan menunggu pria itu. Dia harus mengatakannya dengan jelas di depan Henry.

...

Tanaya menunggu lama di depan Perumahan Hilburn. Karena ini adalah perumahan orang kaya kelas atas di Kota Holen, dia tidak bisa masuk seenaknya. Satpam tidak mengizinkan.

Setelah sekian lama menunggu, langit makin gelap, Tanaya pun tidak yakin apakah Henry akan datang.

Pukul delapan malam, sebuah mobil bentley perlahan berhenti di depan gerbang.

Dari jauh, Ethan Luttman langsung mengenali Tanaya. Dia tanpa sadar mengernyit, tetapi tidak bersuara. Dia takut Tanaya mengganggu Henry lagi.

Bukan salah Ethan tidak menyukai Tanaya. Bagaimanapun, setiap kali Tanaya mencari Henry pasti tidak ada hal baik.

Ethan melihat Henry yang berwajah pucat di jok belakang melalui spion. Karena mata Henry terpejam tidak menyadari keberadaan Tanaya, Ethan langsung mempercepat laju mobil ke dalam perumahan agar kedua orang itu tidak bertemu.

Sebenarnya aneh. Henry selalu kejam dan lugas dalam bertindak, tetapi dia seperti disantet oleh Tanaya.

Ketika mobil berhasil masuk ke dalam perumahan, Ethan menghela napas lega.

Namun, Ethan tidak menyangka ketika dia mempercepat laju mobil, pria tampan yang ada di jok belakang perlahan membuka matanya, kemudian melihat ke belakang melalui spion.

Sosok ramping yang familier berdiri di depan gerbang perumahan sedang melihat ke dalam.

Tenggorokan Henry tercekat, bibirnya terkatup. Sesaat kemudian, dia berkata, "Mundur."

Ethan tersentak, tetapi dia tidak berani bersuara. Dia hanya bisa memundurkan mobil hingga gerbang perumahan.

Tanaya menunggu dengan gelisah. Dia tidak mengingat pelat mobil Henry. Saat dia menyesal tidak melihat isi bentley tadi dengan jelas karena melaju terlalu cepat, mobil itu mundur lagi.

Beberapa saat kemudian, jendela mobil diturunkan memperlihatkan seraut wajah dingin.

Pria itu mengangkat tatapannya, melihat Tanaya. "Bukankah aku sudah mengatakannya? Jangan muncul di hadapanku lagi."

Tanaya tertegun sesaat, kemudian dia segera melangkah maju, lalu membuka pintu mobil. Semua terjadi begitu cepat.

Lucu!

Jika dia tidak memanfaatkan kesempatan ini, dia mungkin tidak bisa melihat Henry lagi.

Melihat wanita yang sok akrab ini, sudut mata Ethan berkedut.

Henry mengernyit, lalu berkata dengan nada dingin, "Turun."

"Nggak mau!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status