All Chapters of Project Darah Malaikat: Chapter 91 - Chapter 100
146 Chapters
Pengujian Anbar Dimulai
Siku ku menempel di bahu Daffar.Kemudian, aku menggerakkan telapak tangan ke depan dada laki-laki yang memabukkan semua orang yang melihatnya ini.Kini telapak tangan kanan ku berada sejengkal di depan dada Daffar.Telapak tangan ini bergerak mundur sejengkal ketika dalam pikiran ini mengukur panjang belati dua dimensi itu jika keluar dari dalam tempat bersemayamnya di tangan kanan ku.Sejenak aku memejamkan mata.Sampai di batas mana jika belati itu masuk dalam tubuh Daffar?Agh!Aku baru membayangkan, tapi mendadak rasa sakit yang terasa begitu menusuk jantung terasa.Uh! Ternyata menusukkan belati dua dimensi itu ke jantung Daffar sama juga dengan menusukkannya ke jantung ku sendiri.Agh!Bagaimana ini?Aku membuka mata dan menunduk untuk menatap wajah Daffar.Laki-laki itu memejamkan mata dengan ekspresi wajah setenang bayi.“Daffar,” panggilku mengusik ketenangannya.Bola mata dalam kelopak mata yang tertutup itu bergerak-gerak, tapi mata itu tetap terpejam.“Em,” gumamnya lembu
Read more
Utusan Ghasan
Sepertinya satu anomali terjadi!Apa yang biasa terjadi hanya di Anbar atau Ardasyr menyisir ke kota manusia, Shrim.Aku berdiri dengan tegang.Otak ini ingin menebak apa yang sebenarnya terjadi dengan air laut itu, tapi tak satu pun penjelasan yang masuk akal terlintas dalam pikiran.“Keluarlah!” seru Daffar tiba-tiba.Dan seketika satu makhluk menyeramkan berwujud setengah manusia setengah gurita muncul dari gelombang yang beku di atas permukaan laut itu.Aku tercekat.Mata ini sudah berusaha terbiasa melihat penampakan tak sempurna dari penduduk Anbar, tapi tetap saja, melihat yang satu ini membuat diri ini menahan napas.Wujud manusia yang memiliki tentatel gurita itu menyabetkan satu tentakelnya ke arah ku. Tapi, dengan cepat Daffar mengangkat tangannya, menahan serangan itu.Aku terpaku, diam tak bergerak.Tunggu!Aku memang Darah Malaikat yang tak mempan oleh sihir dua dunia, baik dunia sihir maupun dunia penengah.Tapi, jika aku diserang seperti itu, bagaimana aku harus melawa
Read more
Tower Terpisah Dimensi
Aku menegakkan punggung mencoba menganalisa kepanikan Sinna.“Aa!” jerit Sinna terkejut.Lalu, suara jeritan Sinna disusul dengan tangisan bayi.Kedua bahuku tegang mendengar tangisan bayi comel yang biasa aku gendong itu.“Sinna!” seruku menuntut penjelasan lebih lanjut.Brakk!Suara sesuatu yang terjatuh menambah kepanikanku meninggi.“Sinna, ada apa?!” tanyaku panik.“Cepat ke sini! Cepat!!” teriak Sinna di antara napasnya yang ngos-ngosan.Teriakan Sinna dibarengi dengan tangisan bayinya.Sepertinya Sinna sedang berlari sambil menggendong bayinya.“Mereka mencarimu!” teriak Sinna dengan panik.“Mereka? Siapa?!” tanyaku ikut panik.“Entah, orang-orang aneh!” teriak Sinna dengan suara gemetar.Mataku membelalak.“Orang-orang aneh?” gumamku pelan.Hah?!Anbar?Orang-orang Anbarkah?Mereka mencariku ke tempat Sinna?Kurang ajar!Nggak mungkin!“Daffar, aku harus segera pergi dari sini!” teriakku sambil menyambar tas ranselku dengan telepon masih menempel di telinga.“Ada ap-”Aku ngga
Read more
Menuju Asal Bunga Es
“Anneth!” panggil Daffar kencang.Aku menoleh ke arah laki-laki tinggi tegap itu yang sedang hendak mengangkat tangannya.Aku nggak tahu apa yang hendak dia lalukan, tapi sepertinya ia membaca kebingunganku.Tangan Daffar terangkat, lalu telapak tangan itu membuat gerakan seperti menarik sesuatu.Eh!Aku menoleh ketika dari arah apartemen melayang satu papan kayu yang sepertinya berasal dari salah satu balkon yang ada di sana.Papan kayu bulat seukuran meja kecil berdiameter lima puluh centimeter itu mendarat tepat di depanku.Ah!Aku paham maksud Daffar.Aku segera melompat ke atas papan kayu itu.Daffar tahu, tubuhku tak akan berpengaruh dengan sihirnya, jadi dia menggunakan papan kayu yang mungkin sebelumnya adalah sebuah alas meja milik salah satu penghuni apartemen ini untuk menjadi alas pijakan.Dengan begitu Daffar bisa mengirimkan tenaga sihirnya untuk mengangkatku ke atas jalan dari bunga es yang seolah memiliki tiang-tiang penyangga yang tak terlihat itu.Daffar menggerakkan
Read more
Munculnya Pemilik Bunga Es
Sinna yang semula masih ragu seketika melompat karena teriakanku yang menghentak, seketika melompat dengan cepat ke lantai balkon apartemennya.Dan begitu kaki Sinna menapak ke lantai balkon, jalan bunga es berikut dengan semua bola es yang menghujani jalan itu menghilang.Aku melihat papan kayu yang semula tergeletak di ujung jalan tempat aku menaiki jalan bunga es itu meluncur ke bawah dengan tajam. Benda itu pecah berkeping-keping.Ah ... andai aku berjalan ke arah itu, bisa jadi kami bernasib sama dengan papan kayu itu.Sinna mengalihkan pandangannya dari kayu itu. Mungkin apa yang ada dalam pikirannya sama dengan apa yang ada di pikiranku.Lalu, ia kembali merapat ke punggungku.“Anneth, beneran kita mau masuk?” tanyanya dengan ketakutan.“Nggak mungkin kita terus berdiri di pinggir balkon ini ‘kan?” balasku dengan tetap berusaha tenang.“Ayo!” ucapku dengan sangat pelan.Lalu, aku mulai melangkah dengan sangat pelan ke dalam apartement Sinna.Mau tak mau, Sinna yang terus merapa
Read more
Pertolongan Darurat
Dan kini ia berdiri selangkah di depanku.Aku harus mendongakan kepala jika ingin membalas tatapan horornya.Lalu, seperti tentakel Formes, tangan makhluk itu pelan-pelan terulur ke arahku.Sesaat aku bingung harus bertindak apa.Aku masih nggak ingin menginggalkan spot tempatku berdiri untuk kabur dari makhluk ini.“Hihh!” seruku dengan kencang.Aku nekad menyambut tangannya.Tangan itu terasa sangat dingin.Wajahnya tetap tanpa ekspresi, tapi aku terus menyalurkan energi hangat yang berlawanan dengan energi dingin yang ada di tubuhnya.Tapi, ia juga tak menyerah, aku merasakan perlawanan dari tubuhnya.Makhluk itu mengangkat tangan yang lain untuk mendeteksi kekuatanku. Tapi, aku menggunakan tangan lain untuk menghadang tujuannya dengan kembali menyalurkan energi hangat ke tubuhnya yang sedingin bongkahan es.“Hah!” teriakku tercekat.Mataku membelalak maksimal ketika dari punggungnya tangan lain muncul.Dan lebih gawatnya, tangan yang muncul bukan hanya satu, tapi ....Dua.Tiga.E
Read more
Menemukan Penglihatan Baru
Daffar mengikuti apa yang kulakukan dengan kembali merapikan tempat ini ala kadarnya dengan gerakan cepat.Sinna dan suaminya yang tidur berhimpitan di sofa belum menunjukkan tanda-tanda akan segera bangun.Aku meraba saku ketika hendak duduk di sofa yang berada di ruang tamu.Ah! Telepon genggamku tertinggal dalam mobil Daffar. Aku terlalu terburu dan panik hingga melupakan benda itu.“Kita pakai telepon genggamku dulu,” ujar Daffar yang membaca gerak-gerikku.Aku mengangguk pelan, lalu duduk di sofa itu sambil masih menggendong bayi Sinna. Aku nggak mau bayi itu menangis sementara ibu dan ayahnya masih dalam kondisi pemulihan.Daffar duduk di sebelahku dan menunjukkan layar telepon genggamnya padaku. Lalu, aku menunjuk beberapa bahan pokok yang harus dibeli agar untuk sementara waktu keluarga kecil Sinna tidak keluar rumah.Daffar mengutak-atik layar telepon genggamnya sambil menyendarkan kepalanya ke bahuku.“Kita juga akan seperti ini kelak ‘kan, Anneth?” tanyanya pelan.“Hem?” gu
Read more
Dongeng Tersamar
Aku mengalihkan pandangan ke arah si bayi, Sinna mengikuti arah pandanganku dan menempelkan telunjuknya di tengah bibir dengan posisi vertikal.Perasaan dia yang bicara, gimana ceritanya aku yang disuruh diam?“Dan jelaskan! Gimana Mister Daffar bisa bersamamu ke tempat ini? Dan terangkan bagaimana dedemit itu bisa sampai ke sini? Apa urusan dedemit itu sama keluargaku ini? Apa? Apa? Kenapa? Gimana? Siapa?” Dalam suaranya yang ditahan, tetap saja cerocosannya tak berkurang derajatnya.Masih sambil berbaring, aku menggerakkan kedua telapak tanganku ke bawah, lalu mencontohkannya sebuah gerakan tarik embus napas panjang dengan pelan.Sinna otomatis mengikuti gerakan percontohan itu.Kemudian setelah ia terlihat tenang, aku mengusap-usap punggungnya.“Yang pertama yang harus ada dalam pikiranmu adalah tenang, oke? Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja,oke?” ucapku menebarkan sugesti positif.Bagaikan anak kecil, Sinna dengan patuh mengangguk.“Aku akan menceritakan dengan pelan, han
Read more
Tidak Akan Mundur
Suami Sinna memperhatikan apa yang diucapkan Daffar dengan saksama. Kurasa kegilaan yang baru saja ia alami membuatnya tak ingin banyak tanya.“Aku nggak tahu harus bagaimana mengucapkan terima kasih, apalagi dengan barang sebanyak itu,” balas suami Sinna terus terang.“Itu bukan masalah, yang penting kalian aman,” jawab Daffar dengan tenang.Suami Sinna beranjak untuk membantu Sinna.“Ssst! Daffar,” ucapku sambil mendekat ke kupingnya.“Em,” gumam Daffar lembut.“Gimana kalau Anbar membayar jenis manusia untuk mengganggu keluarga Sinna?” tanyaku khawatir.Daffar menoleh dan memandangku dengan lembut, lalu ia tersenyum.“Jangan khawatir, apa saja yang digerakkan Anbar, mereka nggak akan bisa menembus kekuatanmu,” jawab Daffar dengan yakin.Aku sangat lega mendengar keyakinan dalam suaranya itu.“Aku hanya waspada saja, makanya aku membuat gudang di depan, apartemen ini jadi memiliki dua lapis pintu. Ya, mana tahu, mereka butuh sesuatu yang terlewat kita beli. Aku ingin semua pertemuan
Read more
Dasar Gelap Anbar
Aku mengelap kedua tangan, lalu membuka apron tolak basah ini.Dengan tergesa, aku berjalan mencari tas ransel.Aku nggak tahu apa Daffar merasakan firasat yang sama atau hanya menebak dari gerak-gerikku, yang jelas, sekarang dia berjalan mengekor.Aku merogoh telepon genggam dalam ransol. Nama Aaron terpampang di layar.“Halo?” sapaku begitu telepon genggam ini menempel di telinga.“Anneth!!” Suara melengking perempuan seketika membuat telinga ini berdenging.Dengan cepat, aku menjauhkan telepon genggam ini dari telinga.Ini ‘kan telepon Aaron? Kok suaranya-Aku kembali menempelkan layar telepon genggam itu karena raungan suara perempuan itu tak henti meneriakkan namaku.“Anneth!” seru suara perempuan itu sekali lagi.“Iya, halo,” balasku dengan cepat.“Kamu harus cepat ke sini!” seru suara perempuan itu panik.Ini kok kayak suara-“Allen?” tebakku dengan cepat.“Haduh! Iya! Siapa lagi?!” jawabnya dengan nyaring.Tapi ini ‘kan nomor Aar-“Di mana Aaron?” tanya dengan nada cepat, mend
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status