All Chapters of Arya Tumanggala 2: Chapter 121 - Chapter 130
150 Chapters
Serangan Rahasia
BELUM lagi gema suitan Kridapala lenyap, ramainya suara berkesiuran sudah terdengar pula di udara. Diikuti oleh belasan anak panah yang melesat dari balik semak-semak di atas lamping batu. Arya Lembana membelalakkan mata. Senopati itu langsung tahu apa yang terjadi. Namun baru saja ia hendak berteriak memberi ingat, jerit pekik para prajurit yang susul menyusul sudah mendahului. Tak kurang dari selusin prajurit Panjalu langsung tewas secara hampir bersamaan. Di tubuh mereka menancap sebatang anak panah yang sepertinya mengandung racun sangat jahat. Terlebih bagian yang diincar si pemanah rahasia merupakan titik-titik paling mematikan. Ada yang mengincar dada, punggung, tenggorokan, juga mata. "Keparat!" maki Arya Lembana sewaktu menyaksikan belasan prajuritnya jatuh bergelimpangan dari atas punggung kuda masing-masing. Gerahamnya bergemeletuk keras. Di lain tempat, Kridapala tertawa gelak-gelak melihat rona kemarahan di wajah Arya Lembana. Setelah puas tertawa, sekali lagi ia meng
Read more
Pertarungan Tidak Imbang
USAI berkata demikian, Kridapala mengangkat tangan kanan di udara dan mengayunkannya ke depan. Sebuah isyarat bagi tiga pendekar sewaan di belakangnya untuk maju menyerang Arya Lembana.Tiga pendekar saling pandang sambil menyeringai tipis, lalu melesat ke muka. Dalam satu lompatan saja mereka sudah berdiri sejarak dua depa dari tempat Arya Lembana berdiri."Siapa kalian? Jangan coba-coba ikut campur urusanku!" bentak Arya Lembana dengan garang.Dua pendekar wanita berpakaian serba kuning sontak tertawa mendengar bentakan itu. Sedangkan pendekar lelaki berkulit gelap mengembangkan seringainya jadi lebih lebar."Senopati gagah, kami sama sekali tidak bermaksud mencampuri urusanmu. Kami hanya menjalankan tugas. Tidak lebih," sahut salah satu pendekar wanita.Sial dangkalan! Arya Lembana memaki dalam hati menyadari jika tiga pendekar ini pastilah disewa Kridapala. Meski tadi sempat membentak garang, itu sebenarnya ia lakukan untuk menutupi rasa jeri di dalam hati.Sejak mengadu pukulan t
Read more
Pertarungan Tidak Imbang 2
DALAM bayangan kedua bekel, pedang mereka yang tajam bakal menebas putus selendang dua pendekar wanita. Namun yang terjadi kemudian justru di luar dugaan.Bukannya putus dibabat mata pedang, ujung selendang seolah berubah menjadi lempengan baja. Membuat senjata kedua bekel laksana menghantam tameng keras dan terpental lepas dari genggaman.Des! Des!Klontang!Berubah paras kedua bekel sewaktu menyadari senjata mereka terlepas. Keduanya saling berpandangan dengan wajah pucat terperangah. Satu keputusan bodoh yang membuka pertahanan sendiri.Dua pendekar wanita memanfaatkan kesempatan yang hanya sepersekian kejapan mata tersebut. Dengan cepat mereka kembali mengebutkan selendang panjang ke muka.Ujung dua selendang kuning menderu kencang. Kali ini mengarah dada kedua bekel yang masih terdiam saling berpandangan.Wuuuss! Wuuuss!Gerakan dua selendang diiringi suara menderu, membuat kedua bekel tersadar akan adanya serangan. Namun kesadaran tersebut sudah sangat terlambat.Belum sempat du
Read more
Dyah Wedasri Curiga
"ASTAGA! Suara apa itu, Mbok?" seru Dyah Wedasri ketika satu dentuman dahsyat terdengar. Mengalahkan gemuruh air terjun yang terletak tak jauh dari gua tempatnya berada."A-ampun, Gusti, h-hamba juga tidak tahu," sahut simbok emban dengan wajah kebingungan bercampur ketakutan.Dyah Wedasri menajamkan indera pendengaran. Ia yakin sekali suara dentuman tadi berasal dari luar gua. Dari arah asalnya, sang puteri menebak ada ledakan tak jauh dari air terjun.Tak lama kemudian Dyah Wedasri tampak mengerutkan kening. Paras ayunya berubah, seperti tengah bertanya-tanya sendiri. Pasalnya, ia kemudian juga menangkap suara-suara lain.Selain dentuman mengagetkan tadi, liang telinga Dyah Wedasri mendengar bentakan-bentakan yang disusul jerit-pekik kesakitan. Lalu ada pula suara seperti senjata beradu."Sepertinya terjadi peperangan di luar sana, Mbok," kata Dyah Wedasri lagi, seraya menelengkan kepala untuk memastikan pendengarannya tidak salah."Gusti mau ke mana?" tanya simbok emban dengan pani
Read more
Dalih Sudawarman
"BUKAN begitu, Gusti. Senopati itu sebenarnya berkomplot dengan Ki Bekel Wikutama."Ucapan yang seolah menjawab pertanyaannya itu membuat Dyah Wedasri seketika menolehkan kepala. Ternyata Sudawarman sudah berdiri tepat di belakangnya, bersama dua prajurit tadi.Dengan raut muka tak percaya, Dyah Wedasri memandangi Sudawarman lekat-lekat. Namun sulit baginya membaca apakah kaki tangan Kridapala itu berdusta atau tidak, sebab kepala lelaki tersebut menunduk dalam.Wajah Sudawarman tak terlihat, sehingga Dyah Wedasri tak dapat membaca air muka maupun sorot mata lelaki itu. Padahal dua bagian tubuh tersebut dapat menunjukkan apakah ucapan tadi dusta belaka atau memang benar adanya."Bagaimana bisa kau menuduh Paman Lembana seperti itu?" tanya Dyah Wedasri kemudian."B-bukan tuduhan, Gusti Puteri," sahut Sudawarman cepat, meski tergagap. Otaknya juga secepat mungkin memeras alasan untuk mendukung ucapannya tadi."Kalau bukan tuduhan, apa itu tadi namanya?" sergah Dyah Wedasri. Jelas sekali
Read more
Rencana Cadangan
"HABISI mereka semua! Jangan beri ampun!" seru Kridapala kepada tiga pendekar sewaan. Satu tawa puas lantas terdengar dari mulutnya.Sementara di gelanggang pertempuran, dua bekel Panjalu terlihat sudah sangat kepayahan. Sudut bibir mereka bercelemongan noda darah, sedangkan wajah keduanya tampak pucat pasi.Baru saja dada kedua bekel tersebut kena hantam ujung selendang milik dua pendekar wanita. Sebuah serangan yang berkali-kali membuat mereka mati kutu dan terus mendapat luka dalam.Dalam keadaan kaki gemetar, kedua bekel tersebut memaksakan diri tetap berdiri tegak. Menunggu gempuran susulan dari dua pendekar wanita berpakaian serba kuning yang sudah bersiap dengan selendang di tangan."Kalian dengar itu?" ujar salah satu pendekar wanita, sembari menyeringai bengis. "Tidak ada ampunan untuk kalian berdua. Jadi, bersiaplah menyerahkan nyawa!""Cuih!" Salah satu bekel meludah ke samping. Air liurnya berwarna kemerahan, pertanda bercampur darah. "Kami kesatria Panjalu tidak takut mat
Read more
Membujuk Dyah Wedasri
RENCANA cadangan yang dimaksud Kridapala adalah melarikan Dyah Wedasri dari kawasan air terjun. Maka diiringi Daksa yang berlari di belakang kudanya, bekel pengkhianat itu cepat menuju gua."Cepat habisi mereka bertiga! Jangan main-main lagi!" seru Kridapala pada tiga pendekar sewaan, sebelum menggebah kudanya dan pergi.Tepat ketika Kridapala dan Daksa tiba di mulut gua, terdengar suara bergemuruh ramai dari arah seberang jembatan. Kedua orang itu sontak menoleh dan melebarkan bola mata.Di sana, di jalan menuju jembatan kayu yang jadi penghubung ke arah gua, tampak sepasukan besar prajurit berderap mendekat. Meski wajahnya tidak terlihat jelas, tetapi Kridapala dan Daksa langsung dapat mengenali sosok yang memimpin pasukan tersebut."Gawat!" desis Kridapala. "Kita tidak punya waktu banyak. Cepat, cepat!"Dengan benak dibungkus ketakutan, Kridapala dan Daksa bersicepat masuk ke dalam gua. Begitu menemui dua prajurit yang tadi mengiringi Sudawarman, mereka langsung menghentikan langka
Read more
Kridapala Kabur
"DAKSA, apa yang terjadi?" seru Kridapala yang langsung mendekati tempat di mana Daksa tergeletak.Sementara Dyah Wedasri terpekik ketakutan melihat keadaan Daksa. Tak kurang dari enam anak panah menancap di punggung dan bagian samping tubuh lelaki tersebut. Darah membasahi sekujur kulit.Daksa sendiri tampak menggerak-gerakkan bibirnya yang gemetar, sembari menatap Kridapala dengan mata nanar. Ia seperti hendak mengatakan sesuatu meski dengan susah payah.Namun belum sampai satu patah kata keluar dari mulutnya, kepala Daksa sudah terlebih dahulu terkulai lemah. Tubuhnya ikut rebah di lantai gua dan tak bergerak-gerak lagi."Daksa!" seru Kridapala dengan panik, sembari mengguncang-guncang tubuh Daksa.Terang saja Kridapala panik, sebab kini pembantunya tinggal Sudawarman seorang. Memang ada tiga pendekar sewaan di luar sana. Namun kesetiaan mereka sangat diragukan. Terlebih ketika keadaan tengah tidak berpihak seperti sekarang.Sadar Daksa sudah tak bernyawa dan keadaan juga tengah ge
Read more
Dyah Wedasri Pingsan
"JANGAN diam saja, Sudawarman! Cepat naik dan dayung perahu ini!" seru Kridapala dengan geram. Sambil berseru begitu, sorot mata Kridapala yang merah menusuk tajam pada Sudawarman. Membuat lelaki tersebut segera tersadar akan keadaan dan buru-buru melompat naik ke atas sampan. Begitu kakinya mendarat di dasar sampan yang rata, Sudawarman langsung mengambil dayung. Dengan benda tersebut ia mendorong sampan agar bergerak menjauh dari tepian. Sudawarman lantas duduk di buritan. Dayung di tangannya cepat-cepat dicelupkan ke dalam air, mengayuh sampan kayu agar berlayar mengikuti aliran arus sungai menuju selatan. Belum terlalu jauh sampan melaju, para prajurit yang baru saja menyeberangi jembatan tiba di bantaran. Mereka tampak kesal melihat Kridapala dan Sudawarman sudah berada di tengah-tengah sungai. "Itu mereka! Jangan sampai lepas!" seru salah satu prajurit. "Cari perahu, cepat!" timpal prajurit lainnya. Namun tak ada perahu lain lagi di dekat-dekat sana. Sampan yang ditumpangi
Read more
Bala Bantuan
KITA mundur sebentar pada kedatangan sepasukan prajurit Panjalu dari Kotaraja....Pasukan tersebut dipimpin langsung oleh Rakryan Mantri Tumenggung. Turut membantu memimpin adalah Senopati Arya Mandura dan beberapa bekel dan lurah prajurit.Sesuai yang diminta Rakryan Tumenggung, pasukan yang disiapkan Arya Mandura berkekuatan seratus prajurit. Campuran dari prajurit magalah dan prajurit pemanah. Dengan demikian ada empat bekel dan delapan lurah prajurit yang turut dibawa serta.Pasukan tersebut meninggalkan Kotaraja sebelum matahari muncul di kaki langit timur. Karena terus bergerak tanpa henti, sebelum tengah hari mereka sudah tiba di tempat sisa pasukan Arya Lembana ditinggalkan.Ketika Rakryan Tumenggung dan rombongan tiba di sana, sisa pasukan Arya Lembana sedang bertempur dengan para prajurit bawaan Kridapala yang dipimpin oleh Daksa. Terang saja kejadian itu membuat para petinggi dari Kotaraja terheran-heran."Hentikan!" seru Rakryan Tumenggung dengan suara menggelegar.Pertemp
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status